"Dengar aku menabrak seorang wanita, aku tidak ingin masuk penjara gara-gara ini. ku mohon bantu aku, apa yang harus aku lakukan" katanya sambil setengah menangis.
"Oke tenang, pertama kamu turun lalu segera bawa wanita itu ke rumah. selebihnya biar aku urus" kata lelaki di seberang sana.
Kata-kata itu masih melekat di pikiran Clarissa hingga mobilnya berhenti di depan sebuah rumah besar dengan gaya klasik modern itu.
"Tolong bantu aku mengangkat wanita itu Lucas! Kau langsung bawa dia ke kamar tamu" perintah Clarissa pada salah satu penjaganya.
Setelah masuk ke dalam rumah, seorang pelayan bernama Lily menghampirinya sambil memberitahukan pesan tuan nya.
"Nona saya sudah memanggil dokter, sebentar lagi akan datang. Tuan berpesan anda untuk tenang karena tuan akan membereskan semuanya" kata pelayan itu.
20 menit kemudian sebuah Jaguar berwarna silver telah berhenti tepat di depan pintu rumah, lalu keluarlah sosok tuan yang ditunggu-tunggu Lily.
"Perintah tuan sudah saya jalankan. Nona Clarissa berada dikamarnya dan wanita itu sekarang sedang diperiksa dokter" lapor Lily.
Maliq's POV
Maliq tak percaya melihat seorang wanita yang terkulai diatas tempat tidur adalah Alena. Wanita itu terlihat lemah dan pucat, tapi satu yang membuatnya kagum adalah wajah manisnya itu begitu kontras dengan rambut hitam yang ikal.
Ya, kini ia melihat wajah lengkap Alena yang biasa terbalut dengan hijab. Tak disangka sebuah senyuman terukir di bibir Maliq saat itu namun senyum itu tak bertahan lama mengingat luka di sudut pelipisnya.
"Dokter bagaimana keadaannya?" tanya Maliq khawatir.
"Untung saja tak ada luka yang serius, hanya beberapa goresan dan memar. Tapi saya belum bisa menjamin keadaan kepalanya, bisa saja dia mengalami gagar otak ringan. Ku sarankan agar segera membawanya ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut" jelas sang dokter panjang lebar.
Setelah dokter pergi, Maliq mendekati Alena yang masih memejamkan mata. Ia menyingkirkan anak rambut yang menghalangi wajah cantiknya. Maliq terpana melihat wajah manis khas Asia yang Alena miliki. Kulitnya yang berwarna kuning langsat sangat berbeda dengan para wanita yang pernah ia temui. Maliq terus membelai lembut wajahnya sembari menenggelamkan matanya dalam kesejukan.
Clarisa's POV
Didalam kamarnya, Clarissa memeluk lututnya dengan raut wajah ketakutan. Wajar saja jika ia terlihat syok, mengingat dia tidak pernah melukai siapapun seumur hidupnya.
Clarissa langsung memeluk sepupunya begitu melihatnya didepan pintu.
"Maliq ... help me Maliq, I'm scared" ucap Clarissa terbata-bata.
Clarissa memeluk Maliq dengan erat. Pelukan itu dibalas dengan belaian lembut di kepalanya yang terasa menenangkan. Setelah emosinya stabil, Clarissa menceritakan kronologis kejadian sebenarnya sesuai permintaan sang kakak.
Flashback on.
Sore itu Clarissa sedang mengendarai mobilnya sambil mengangkat telepon. Ia sedikit berdebat dengan kekasihnya sehingga membuat Clarissa tidak fokus melihat jalan. Clarissa membelokkan mobilnya ke arah kiri sembari terus menelpon hingga tak memperhatikan sekitarnya. Bertepatan dengan saat itu seorang wanita melintas dihadapannya begitu saja. Merasa tak siap dengan situasi dadakan itu, Clarissa berusaha menginjak rem untuk menghindari tabrakan namun nyatanya ia terlambat.
Ciiiiiittt
BbraakkkkkDerit ban mobil itu memekakan telinga siapapun yang mendengar. Clarissa menutup matanya karena ia enggan melihat korban yang tertabrak karena ulahnya.
Clarissa tak ingin mati konyol dengan keluar tanpa persiapan, ia mencari benda pipih yang terselip didalam tasnya yang mahal. Lalu Clarissa men-dial nomor Maliq untuk membantunya disaat genting seperti ini.
Flashback off.
Di alam mimpi Alena
Alena terbangun dari tidurnya disebuah tempat yang asing. Matanya menyapu seluruh ruangan yang kental dengan suasana minimalis. Ia tak habis pikir dengan apa yang ia lihat saat ini.
Alena merasakan pusing di kepalanya, ia mengangkat tangannya untuk memijat bagian kepala yang sakit itu namun tangannya tertahan oleh sesuatu. Ia melihat seorang lelaki tertidur di sampingnya dengan posisi duduk sembari memegang erat tangannya.
Alena tak merasa marah, jijik, ataupun ragu dengan sentuhan itu. Dia merasakan kehangatan saat tangan yang cukup besar itu menelungkup di atas tangan kecilnya.
Segaris senyum tertarik kala ia mengusap lembut rambut lelaki itu. Sentuhan itu mengalun lembut hingga turun ke pipi. Alena menyentuh kantung mata yang menandakan kurangnya jam tidur sang pemilik mata.
Gerakan halus jari Alena membuat lelaki itu terbangun dari tidurnya.
"Akhirnya kau bangun. Selamat pagi my beloved" ucap lelaki itu yang diikuti dengan kecupan di kening Alena.Maliq's POV
Setelah mendengar penjelasan Clarissa, Maliq menghampiri Alena yang masih terlelap dengan kondisi yang sama.
"Wake up sweety, I need you! don't scare me" ucapnya memelas.
Maliq tak mengerti dengan apa yang ia rasakan saat ini. Entah mengapa hatinya menangis saat melihat Alena tak sadarkan diri. Wanita yang kini ada di hadapannya ini bukanlah kekasihnya, dia juga tidak memiliki hubungan keluarga dengannya tapi mengapa ia bisa menyita perhatian Maliq begitu besar.
Ia menyugar rambut hitamnya dengan frustasi. Wajah manis itu membuat matanya tak bisa lepas untuk terus menerus menatapnya. Ia mengakui jika ia jatuh cinta pada pandangan pertama namun ia tak menyangka jika wajah wanita ini akan menjadi candu baginya.
Alena tak akan akan bisa dibandingkan dengan wanita yang selama ini menjadi teman one night stand nya. Alena mempunyai inner beauty yang terpancar dari wajahnya yang selalu dipenuhi dengan senyuman.
Maliq masih setia duduk di samping Alena sembari menggenggam erat tangannya. Tak lama kemudian, terdengar dering ponsel dari dalam tas Alena.
Maliq mengambil ponsel itu karena sejak tadi ponsel itu tak berhenti berdering. Ia melihat nama Abigail tertera dilayar smartphone-nya
"Alena, where'd you go? we are worried? tanya Abigail cemas.
Maliq terpaksa memberitahu Abigail jika Alena mengalami sebuah kecelakaan. Namum ia meyakinkan Abigail bahwa teman mereka ada dirumahnya dalam keadaan aman.
Abigail tak percaya jika saat ini Alena berada di kediaman keluarga Dawson. Jika saja Maliq tidak mengatakan siapa dirinya, mungkin Abigail akan bersikukuh untuk menarik sahabatnya itu pulang.
Setelah menutup panggilan itu, Abigail mengirimkan sebuah pesan jika dirinya dan Amanda menantikan penjelasan setelah kondisinya pulih.
Baru beberapa menit ponsel itu tergeletak di meja, kini benda pipih itu kembali berdering. Kali ini terpampang sebuah nama yang membuat dahi Maliq mengernyit.
"My beloved" begitulah nama yang tertera dilayar ponsel itu.
My beloved 🤔
Siapa lelaki itu 🙄
Apakah itu kekasihnya 😲
Tanda tanya besar menyelimuti pikirannya saat itu.
Hanya author yang tahu 😈😈😈
.
.
.
.
.
Post - 24 Desember 2018
Revisi - 15 Juni 2019Siapa ya my beloved itu 🤔🤔
Ayo tebak 🙄🙄
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum My Beloved (Revisi)
Romansa"Don't touch me! we're not muhrim!" bentak Alena. "Oke, I'll get you my muhrim!" kata Maliq dengan tegas. Awalnya Maliq menyukai Alena karena karakternya yang berbeda namun seiring dengan penolakan yang Alena tunjukkan membuat Maliq terobsesi untu...