SEBELAS

3.1K 173 3
                                    


Setelah melaksanakan sholat isya, Alena mengganti bajunya dengan piyama berlengan panjang yang disediakan Clarissa. Kepalanya tak terlalu pusing seperti siang tadi. Alena makin semangat saat Maliq mengatakan jika besok dia sudah diperbolehkan pulang.

Akhirnya dia bisa lepas dari bayang-bayang Maliq. Sejujurnya dia sangat betah tinggal dirumah ini karena nenek Rose sangat baik padanya, sedangkan Clarissa merupakan sosok adik yang ia inginkan.

Alena mengambil air wudhu dan membaca doa sebelum tidur agar ia selalu dalam perlindungan Allah SWT.

Maliq's POV

Pukul 2 dini hari, terlihat seorang lelaki yang berjalan mengendap-endap ke kamar Alena.

Ceklek

Ia membuka kenop pintu itu dengan sangat hati-hati. Setelah pintu itu tertutup, lelaki itu meringankan langkahnya menuju Alena yang masih terlelap dalam tidurnya.

Ia mengambil posisi duduk di samping Alena yang tertidur dengan sangat cantiknya. Tak bosan-bosannya ia memperhatikan tiap lekuk wajah wanita yang ada dihadapannya. 

Maliq tak bisa mengontrol tangannya untuk tidak menyentuh Alena. Wajah itu begitu memikat hatinya sampai-sampai membutakan matanya. Terdengar sebuah bisikan yang memintanya untuk memberikan  cinderamata yang tak akan pernah Alena lupakan sebelum ia meninggalkan rumahnya.

Maliq seperti merasakan sebuah magnet yang menariknya untuk mengecup bibir Alena yang sangat menggoda. Tanpa sadar Maliq mendekati bibir itu lalu

"Cup,"

Sebuah ciuman yang awalnya hanya menempel itu mulai membakar birahinya. Bibir itu bagaikan morfin yang membuat ketagihan. Tanpa ia sadari Maliq memperdalam ciumannya, mencengkeram pergelangan tangannya hingga menindih tubuh mungil itu. Maliq tak memperdulikan apakah Alena akan bangun atau tidak.

Sentuhan asing itu berhasil menyadarkan Alena dari tidurnya. Ia merasakan tubuhnya bagai di himpit tembok, bahkan ia tak bisa menggerakkan tangannya. Alena membuka matanya untuk melihat siapa yang berbuat kurang ajar padanya selagi tidur.

Maliq!

Alena melihat Maliq sedang mencium bibirnya dengan penuh nafsu, lalu dengan cepat memberontak dan berusaha mendorong tubuh lelaki itu dengan kuat. Lelaki yang sedang terbakar birahinya itu makin mencengkram tangan Alena dan memperdalam ciumannya. Bahkan ia menggigit bibir bawah Alena agar ia membuka mulutnya dan taktik itu berhasil.

Tak bisa dipungkiri jika Alena sedikit menikmati ciuman petamanya yang sedikit memaksa. Tubuhnya mulai mengikuti ritme yang Maliq ciptakan, ciuman itu membuat badannya melemah karena terlalu nikmat.

"Eemmmppphhhh"

Terdengar sebuah lenguhan saat Maliq menciumi leher Alena. Lelaki itu tersenyum puas saat rencananya mulai berhasil.

Untung saja ia segera mendapatkan kesadarannya, beberapa saat kemudian Alena menendang titik vital lelaki yang sedari tadi menindihnya.

Brrruuuugggghhh

Lelaki itu jatuh tersungkur di lantai dengan wajah syok. Baru kali ini ada wanita yang melawannya. Semua wanita diluaran sana begitu menginginkan bibir Maliq namun tak ada satupun yang bisa menikmatinya.

"What are you doing! bastard" Alena yang tersulut emosi mulai menyerang Maliq yang telah berdiri.

Alena terlalu dikuasai oleh emosi sehingga ia menyerang Maliq secara membabi buta. Ia mengeluarkan segala jurus yang ia kuasai namun semua itu tak berhasil menyentuh Maliq sedikitpun.

Assalamualaikum My Beloved (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang