Dering ponsel mengusik konsentrasinya saat sedang menggambar sebuah desain ruangan yang Althaff minta. "Siapa sih yang ngganggu gue, ngga tau apa orang lagi syibuk!" gumamnya dalam hati sambil mengambil ponsel dari saku celananya.
"Nona Alena, saya Meera. Bisakah anda pulang sekarang nona?" tanya Meera dengan nada cemas.
"Why?" satu kata yang Alena lontarkan untuk mengetahui motif pelayan itu menghubunginya.
"Nona Clarissa sedang mengamuk di kamarnya, terdengar suara pecahan kaca dari dalam kamarnya. Ku mohon nona, pulanglah sebentar." Kata Meera setengah memaksa.
"Baik saya akan pulang!" kata Alena.
Pada saat yang bersamaan munculah Althaff yang berdiri dihadapannya. "Ada apa Al? kenapa kau cemas seperti itu?"
"Akan aku ceritakan besok. Aku harus pulang sekarang, bisakah aku pulang lebih awal hari ini?" tanya Alena.
"Ya, tentu saja. Silahkan pulang." kata Althaff.
Terdengah suara lelaki yang sedang memanggil namanya saat Alena sedang menunggu didepan pintu lift. Suara itu ternyata adalah Jeremy. Alena menyapa Jeremy dengan hormat, walau bagaimanapun lelaki itu adalah asisten pribadi sekaligus tangan kanan bos besarnya. Artinya posisi Jeremy lebih tinggi dari siapapun di kantor itu.
"Silahkan nona." kata Jeremy sambil membukakan pintu mobilnya.
Jeremy mengatakan bahwa dia mendapat kabar tentang keadaan Clarissa dari Meera. Jeremy tak hanya ditugaskan untuk mengurus pekerjaan kantornya saja, dia masih diberi tugas untuk menjaga keluarga Maliq dan mencari pengkhianat yang mengancam bisnis Maliq.
(Ni asisten banyak amat tugasnya. Borong bang semua ... borong tu tugasnya. Gue ngga usah bagi bagi 😁😁).
"Sedari tadi nona tidak mengijinkan siapapun masuk ke kamarnya. Apa yang harus saya lakukan?" tanya Meera pada Jeremy.
"Minggir biar aku dobrak pintunya!" kata Jeremy.
Sebelum Jeremy menghancurkan pintu itu, Alena menghentikan pergerakan Jeremy yang tengah bersiap-siap untuk menobrak pintu itu. "Stop ... jangan di dobrak, biar aku yang menanganinya!".
Tok tok tok
"Cla,can you open the door?" kata Alena dengan lembut.
Tok tok tok
"Cla aku akan pulang ke rumahku jika kau tidak membuka pintu ini!" kata Alena dengan meninggikan nada suara 1 oktaf.
Beberapa detik kemudian terdengar suara kuncian pintu di buka.
Ceklek ceklek
Dan hasilnya pintu itu dapat dibuka dengan mudahnya oleh Alena. Ia meminta semua orang untuk meninggalkannya berdua dengan Clarissa. Alen meyakinkan mereka semua bahwa Clarissa akan baik-baik saja bersamanya.
Alena melihat kamar yang tadinya rapi dan cantik mendadak berubah seperti terkena goncangan gempa bumi. Tempat tidur yang acak acakan, beberapa peralatan make up yang tercecer dilantai dan pecahan kaca bingkai foto yang menghiasi lantai kamar Clarissa.
Astaghfirullah, Alena membekap mulutnya saat melihat tangan Clarissa berdarah. Nampaknya tangan itu telah menghantam kaca di meja riasnya. Alena menghampiri Clarissa lalu segera membuka kotak P3K yang Meera berikan sebelum masuk tadi.
Tak ada perlawanan dari Clarissa saat Alena membalut lukanya. Matanya terus menatap kosong ke luar jendelanya. Membayangkan wajah manis Deris yang berubah menjadi pengkhianat. Dia sangat benci pada dirinya sendiri bahkan dia merutuki kebodohannya karena telah jatuh cinta pada orang yang salah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum My Beloved (Revisi)
Romance"Don't touch me! we're not muhrim!" bentak Alena. "Oke, I'll get you my muhrim!" kata Maliq dengan tegas. Awalnya Maliq menyukai Alena karena karakternya yang berbeda namun seiring dengan penolakan yang Alena tunjukkan membuat Maliq terobsesi untu...