EMPAT PULUH DEPALAN

2.5K 101 3
                                    


Alena's POV

Setelah pesta usai, kini Alena dan Maliq tengah berada di salah satu kamar special di hotel tersebut. Alena terperangah melihat kamar mewah dengan dihiasan lilin dan bunga yang bertabur di sekitar tempat tidur, menambah kesan romantic kamar pengantinnya.

 Alena terperangah melihat kamar mewah dengan dihiasan lilin dan bunga yang bertabur di sekitar tempat tidur, menambah kesan romantic kamar pengantinnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selagi menunggu Maliq datang, Alena melepaskan gaun dan hiasan yang menempel di badannya. Jujur saja jantung Alena berdegup kencang saat membayangkan Maliq menjamahnya. Alena menutup matanya ketika hayalannya mulai menari liar di pikirannya.

"Astaghfirullah ... nyebut Al nyebut!" kata Alena sambil mengelus dada.

Alena langsung merendam tubuhnya dengan air hangat yang telah di tetesi dengan aroma mawar. Ia merasa seluruh tubuhnya remuk karena kelelahan. Tiga hari yang lalu, ia masih berada di Jakarta dengan pesta yang membuatnya lelah kini ia harus menghadapi pesta yang sama. Belum lagi efek perjalanan London Jakarta yang cukup membuatnya mengalami jet lag. Tak biasanya Alena mengalami jet lag  mengingat sudah beberapa kali ia menggunakan transportasi udara itu.

Setelah dirasa syarafnya sudah mengendur, Alena menyudahi acara berendamnya karena ia tiba-tiba ia teringat dengan suaminya. Mungkin saja Maliq sudah kembali dan sedang menunggunya. Alena mengenakan jubbah mandinya dan menggulung rambutnya dengan handuk sebelum meninggalkan kamar mandi.

Alena melihat kamarnya masih sepi, belum ada tanda-tanda kedatangan suaminya. Alena mengusap rambutnya dengan handuk sebelum mengeringkannya dengan hair drayer. Alena mengambil baju yang sudah ia siapkan di atas tempat tidur. Alena mulai membuka ikatan yang melilit di pinggangnya, namun tiba-tiba ada sebuah tangan melingkar di pinggangnya dan membisikkan sesuatu di telinganya.

"You're very beautiful ... my wife." kata Maliq sambil mengecup cerug leher Alena yang membuat bulu kuduknya merinding disco.


Maliq's POV

Maliq membuka pintu kamar pengantinnya dengan mantap. Ia sudah menyusun rencana special dalam otaknya untuk sang istri tercinta. President suite room dengan pemandangan indah di luar jendelanya sengaja Maliq pilih untuk menjadi kamar pengantinnya.

Maliq menjelajahi setiap sudut kamar itu namun ia tak menemukan sosok istri yang sedang ia tunggu. Ia hanya melihat baju tidur berwarna biru tergeletak di atas tempat tidurnya. Maliq baru menyadari jika sang istri sedang berada di kamar mandi setelah ia mencium aroma mawar dari balik pintu kamar mandi. Maliq memilih duduk di kursi yang terletak di sudut ruangan yang agak remang. Maliq sengaja mematikan lampu di sebelah kursi agar Alena tidak menyadari kehadirannya.

5 menit kemudian Maliq melihat pintu kamar mandi itu terbuka. Matanya tak henti hentinya mengawasi istrinya semenjak keluar dari kamar mandi. Kini ia melihat Alena membuka handuk yang melilit rambutnya. Rambut hitam nan panjang itu memancarkan aroma mawar yang menusuk indra penciuman Maliq. Ia tak bisa menahan hasratnya saat melihat Alena dengan seksinya mengusap-usap rambut basahnya dengan handuk.

Assalamualaikum My Beloved (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang