Rahang Maliq mengeras saat mendengar adik sepupu yang sudah ia anggap seperti adik kandungnya itu hamil. Yang lebih menyakitkan lagi lelaki itu dengan teganya meninggalkan Clarissa hingga membuatnya depresi.
Braakkk
Suara itu merupakan suara pintu yang ditendang kasar oleh Maliq. Alena tak berpikir jika sedari tadi Maliq mengikutinya, mungkin saja dia mendengarkan semua pembicaraannya. Betapa bodohnya mereka berdua, bicara dengan nada setengah berteriak dengan pintu terbuka. Sudah pasti orang yang ada dibalik pintu itu bisa mendengar percakapan Alena dan Clarissa.
"Tell me who?" tanya Maliq sambil mencengkram lengan Clarissa.
Clarissa tidak bodoh, Maliq masuk tiba-tiba dengan tatapan yang mengerikan. Clarissa masih bungkam dalam diamnya. Dia tak berani mengatakan siapa ayah dari anak yang ia kandung.
Maliq mengguncang-guncangkan tubuh Clarissa saat ia tak mendapat jawaban dari pertanyaannya. Bahkan Maliq tak segan segan mendorong tubuh Clarissa hingga menghantam tembok dibelakangnya.
Alena memberanikan dirinya untuk menyentuh tangan Maliq yang mencengkram erat lengan Clarissa, "Stop Maliq, kau menyakitinya!" kata Alena untuk menengkan emosi Maliq.
Maliq terkejut saat tangan Alena menyentuh tangannya. Dia tak percaya jika Alena melanggar aturannya sendiri, mengingat ancamannya waktu itu untuk tidak saling bersentuhan. Cengraman Maliq perlahan mengendur, hal tersebut Clarissa manfaatkan untuk lari keluar dari kamarnya.
Clarissa berlari menuju pintu kamarnya, dia hanya bisa berlari untuk mencari neneknya. Sadar jika Clarissa lepas dari cengkramannya, Maliq dan Alena mengejar Clarissa.
Kaki jenjang Maliq membantunya untuk berlari mengejar Clarissa. Sekarang Clarissa sudah tidak bisa berkutik karena Maliq mencengkram pergelangan tangannya.
"Katakan padaku sekarang, siapa dia! Aku bersumpah akan membunuhnya saat ini juga. Aku akan menghabisi si brengsek yang telah membuatmu menangis. Katakan padaku siapa dia!" bentak Maliq di akhir kalimatnya.
Clarissa bungkam seribu bahasa. Dia tak ingin mengatakan siapa orang itu, ancaman Maliq nampaknya tak main main. Jika dia membuka mulutnya maka lelaki yang ia cintai itu akan lenyap dari muka bumi. Clarissa menyentakkan tangan kakaknya hingga terlepas. Dengan reflek Maliq mengangkat tangannya untuk menampar Clarissa agar mau mengaku siapa orang yang menyakitinya.
Plak
Aaaaaaaaa
Jeritan itu tersengar sangat keras.
Nenek Rose melihat sesosok wanita jatuh terguling ditangga rumahnya. Semua mata tertuju pada wanita yang mulai terguling ke bawah.
"Tidaaaaakkkkk." ucap mereka bersama-sama.
Badan wanita itu berguling menuruni anak tangga yang bisa dibilang cukup tinggi. Matanya terpejam dengan erat sambil merasakan sakit di kepala dan badannya. Suara teriakan yang keluar dari bibirnya membuat semua mata tertuju padanya.
"Ya Allah selamatkanlah hamba. Allahu Akbar!" Alena terus menyebut nama Allah dalam setiap tarikan nafasnya. Berharap agar tidak ada hal buruk yang menimpanya. Setelah berhenti berguling, Alena sempat membuka matanya beberapa detik kemudian pandangannya kabur dan mulai gelap.
Maliq menuruni tangga dengan cepat lalu memeluk tubuh Alia yang tergeletak dilantai. "Jeremy cepat siapkan mobil!" teriakan itu begitu menggema di ruangan yang besar itu.
Maliq mengangkat tubuh Alena untuk membawanya ke mobil. Melihat Alena tak sadarkan diri, lelaki itu terlihat sangat cemas karena merasa bersalah. Maliq membawa tubuh Alena dalam dekapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum My Beloved (Revisi)
Romance"Don't touch me! we're not muhrim!" bentak Alena. "Oke, I'll get you my muhrim!" kata Maliq dengan tegas. Awalnya Maliq menyukai Alena karena karakternya yang berbeda namun seiring dengan penolakan yang Alena tunjukkan membuat Maliq terobsesi untu...