Siang ini langit tak secerah biasanya. Awan hitam seakan menyelimuti pemakaman Daren dan Ricardo. Dua lelaki yang sudah merusak ketenangan keluarga Maliq selama bertahun-tahun. Akhirnya manusia paling bejat itu telah lenyap dari muka bumi. Tak ada keluarga yang ditinggalkan selain keluarga Maliq.
Istri Ricardo meninggal 1 tahun setelah meninggalnya kedua orang tua Maliq. Ricardo adalah anak tunggal begitu juga dengan istrinya. Karena mereka berdua tidak dikaruniai keturunan, maka mereka berdua mengangkat Daren sebagai anak angkat.
Setidaknya alasan utama Maliq menjadi seperti ini sudah tiada sehingga ia bisa menjalani hidupnya dengan tenang. Kini fokus utamanya adalah menjaga 2 wanita yang sangat berarti bagi hidupnya yaitu Clarissa dan nenek Rose.
Di lubuk hati yang paling dalam, sebenarnya hati Maliq menangis melihat tangisan yang keluar dari mata cantik Clarissa. Adiknya itu begitu terpukul atas meninggalnya ayah dari bayi yang sedang ia kandung. Tak hanya Clarissa saja yang merasa kehilangan, di sisi lain terlihat Alena sedang memeluk Abigail dengan mata sembabnya. Kedua wanita itu menangisi satu lelaki yang telah terbujur kaku dalam peti.
Abigail tak bisa melupakan semua kebaikan yang Daren berikan, namun dia juga tidak bisa mengabaikan kejahatan yang ia lakukan. Hatinya kini mulai berdamai dengan keadaan, termasuk menerima anak Daren yang ada didalam kandungan Clarissa. Setidaknya wanita yang ada di seberangnya itu lebih beruntung karena ia memiliki Daren kecil yang akan menggantikan Daren.
1 bulan kemudian
Kandungan Clarissa kini tengah menginjak 19 minggu atau sekitar 4 bulanan. Kini ia merasa perutnya mulai membuncit. Ia bisa mendengar detak jantungnya dengan sangat jelas. Clarissa selalu meminta Alena untuk menemaninya kontrol ke dokter kandungan karena ia belum bisa menerima permusuhan di masa lampau, antara kakaknya dan ayah bayinya.
Alena tidak bisa menolak permintaan tersebut karena nenek Rose sendiri yang memintanya secara langsung. Semenjak Clarissa hamil, ia lebih dekat dengan Alena. Entah mengapa Clarissa merasa nyaman jika berada disamping Alena.
Rumah Dubes Indonesia
Ditempat yang berbeda, terlihat Alena sedang berbincang dengan om Gunawan. Malam ini beliau sengaja meminta Alena datang untuk membicarakan sesuatu. Beliau menawarkan pekerjaan sebagai kepala desain di Colart, sebuah perusahaan yang masih terbilang baru milik anak gubernur Jakarta.
Walaupun Colart bukan perusahaan besar namun namanya mulai diperhitungkan sebagai perusahaan property dan konsultan tata ruang kota. Bisa dipastikan lingkungannya tempat ia bekerja nanti bukanlah lingkungan asing seperti saat ia bekerja di Dixion. Selain itu, pertimbangan yang lainnya adalah adik pemilik Colart adalah teman Dimas.
"Gimana Al?" tanya om Gunawan di akhir pembicaraannya.
Alena masih terlihat berpikir, 2 minggu lagi kontraknya dengan Dixion akan berakhir. Diapun tak ada niatan untuk memperpanjang kontraknya dengan perusahaan Maliq karena ia masih merasa tidak nyaman dengan lelaki itu. Alena merasa Allah telah menunjukkan sebuah jalan di hadapannya.
"Baik om, Al terima. Tapi Al nyelesain kontrak Al dulu ya. Tinggal 2 minggu lagi kok." jawab Alena dengan mantap.
"Oke! om tunggu berita baiknya 2 minggu lagi." kata om Gunawan dengan senyuman.
Akhir pekan merupakan hari yang menyenangkan untuk berkumpul dengan sanak keluarga, tak terkecuali dengan Alena. Semenjak 3 hari yang lalu, Alena semakin dekat dengan keluarga om Gunawan. Seperti siang ini, Alena berkumpul dengan keluarga om Gunawan dan keluarga pak Tomy yang merupakan pemilik Colart. Bisa dibilang pertemuan kali ini sekaligus sebagai sesi wawancara untuk Alena karena mereka membicarakan tentang pengalaman kerja Alena dan segudang prestasi yang ia dapatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum My Beloved (Revisi)
Romance"Don't touch me! we're not muhrim!" bentak Alena. "Oke, I'll get you my muhrim!" kata Maliq dengan tegas. Awalnya Maliq menyukai Alena karena karakternya yang berbeda namun seiring dengan penolakan yang Alena tunjukkan membuat Maliq terobsesi untu...