EMPAT PULUH DUA

2.3K 103 6
                                    


Pagi ini mereka bertiga telah bersampai di Bandara. Alena dan Dimas sepakat untuk menggunakan jet pribadi Maliq untuk mempersingkat waktu. Sesampainya di sana, Jeremy tengah berdiri tegap menunggu tuannya berjalan ke arahnya.

"Maaf tuan, co-pilot kita mengalami kecelakaan dalam perjalanan menuju kemari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Maaf tuan, co-pilot kita mengalami kecelakaan dalam perjalanan menuju kemari. Saya belum bisa menemukan co-pilot penggantinya. Nampaknya kita harus menunda perjalanan sampai kita mencapatkan co-pilot" lapor Jeremy pada tuannya.

Mendengar kabar buruk itu, Maliq hanya bisa memijit pangkal hidungnya untuk menahan amarahnya di depan Alena. "Sial, bisa gagal rencanaku kali ini!" umpatnya dalam hati.

Di sisi lain, Alena langsung melirikan matanya kearah Dimas begitu mendengar kabar dari Jeremy. Sebenarnya Dimas enggan untuk mengendarai burung baja itu namun saat melihat mata Alena mengedip-ngedip seperti orang cacingan, membuatnya menghela nafas.

Setelah mendapatkan anggukan kepala dari Dimas, Alena langsung membuka suaranya "Tenang Jeremy, perjalanan ini tidak akan berakhir disini karena kita mempunyai pilot yang handal." kata Alena sambil menunjuk ke arah Dimas.

"Ooohh aku lupa jika dia adalah salah satu pasukan khusus di Angkata Udara. Bagaimana? Apa anda tidak keberatan menerbangkannya." tanya Maliq dengan merendah.

"In Syaa Allah." jawab Dimas singkat.

Sepuluh menit kemudian salah satu pramugari memberitahukan untuk mengencangkan sabuk pengaman karena pesawat mereka akan segera lepas landas.

Alena makin kagum dengan Dimas saat ia berada dibalik kemudi itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alena makin kagum dengan Dimas saat ia berada dibalik kemudi itu. Tampan, pintar, gagah, santun dan yang paling penting adalah sholeh. Entah mengapa Alena tidak memiliki perasaan apapun walaupun telah mengetahui sifat baik yang Dimas miliki.

Selama dalam perjalanan, Alena terus berdebat dengan hati dan pikirannya yang tak sejalan. Pikirannya menginginkan Dimas namun hatinya selalu bersorak saat berada dihadapan Maliq. Pemandangan indah dibawah sana tak mengalihkan perhatiannya sedikitpun.

Sementara Alena terhanyut dalam lamunannya, Maliq terlihat sibuk membaca laporan yang sekertarisnya kirimkan lewat e-mail. Rahangnya terlihat mengeras saat membaca Jeremy menunjukkan sebuah pesan singkat dari anak buah kepercayaannya.

Assalamualaikum My Beloved (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang