Pagi ini Alena mendapatkan sebuah berita yang mengejutkan. Salah satu staff Dixion Group menghubunginya untuk mengkonfirmasikann kedatangan, karena desain yang ia kirimkan berhasil menjadi pemenang. Rencananya, lusa ia diundang sang pimpinan tertinggi di perusahaan itu untuk membahas planning selanjutnya.
Ia tak tahu harus senang atau curiga dengan berita ini. Pasalnya ia tidak merasa mengirimkan desainnya. Dia masih ingat dengan betul jika malam itu ia membuang desainnya ke tempat sampah. Kenapa bisa dia dinyatakan sebagai pemenang?
"Waahh kayaknya ada yang ga beres nih! Gue kudu tanyain langsung ke panitia" kata Alena.
Sebenarnya Alena senang atas berita yang ia terima pagi ini. Dia sangat bangga bisa masuk ke Dixion tanpa menggunakan jalur khusus yang pernah ditawarkan padanya. Namun dia harus waspada, karena semuanya belum pasti.
Bukan menjadi rahasia lagi jika setiap mahasiswa yang mendapat beasiswa dari Dixion foundation bisa bekerja di perusahaan itu tanpa seleksi. Alena tak memanfaatkan posisinya sebagai salah satu penerima beasiswa itu untuk bekerja di perusahaan sebesar itu. Dia hanya ingin bekerja sesuai dengan kemampuannya.
Di Kantor Maliq
"Maaf tuan, saya ingin memberitahukan bahwa saya sudah menghubungi nona Alena sesuai dengan perintah tuan" kata sang sekertaris pada Maliq.
"Jeremy lanjutkan rencana berikutnya!!!" ucapnya lembut sambil menyesap segelas kopi yang ada dihadapannya.
Keesokan harinya.
"Maaf saya Alena. Saya diminta untuk bertemu dengan Mr. Hudson pukul 10.00" tanya Alena pada resepsionis.
"Apakah anda Alena Kusumoatjo, pemenang lomba desain?" tanya sang resepsionis.
"Ya benar" jawab Alena sembari tersenyum.
"Anda bisa menunggu di ruang tunggu nona" kata sang resepsionis sembari menunjukkan sebuah lounge.
Wanita itu terlihat sedang menghubungi seseorang. Alena hanya bisa menunggu sembari membaca majalah bisnis yang tertata rapi di rak. Tak lama kemudian terlihat seorang lelaki muda mendatangi Alena.
"Selamat siang nona Kusumoatjo, perkenalkan saya Harry assisten Mr.Hudson. Saya akan mengantar menemui beliau, mari ikuti saya." kata lelaki itu.
Baru kali ini Alena masuk ke sebuah gedung dengan arsitektur klasik modern yang sangat indah. Tentu saja indah mengingat Dixion Group merupakan salah satu dari 10 perusahaan paling berpengaruh di Britania.
Tiingg
Setelah beberapa menit kemudian, akhirnya pintu kotak baja itu terbuka saat layar indikatornya menampilkan angka 30.
"Silahkan duduk Miss.Kusumoatjo, saya akan memanggil tuan Hudson" ucap Harry sebelum pergi.
Tak lama kemudian, datanglah seorang pria berumur empat puluh tahunan menyapa Alena sembari mengulurkan tangan. Pria itu bermaksud untuk menjabat tangan Alena namun yang terjadi, Alena hanya menangkupkan telapak tangannya untuk membalas salamnya.
"Maaf nona, saya lupa jika anda seorang muslim" kata Mr. Hudson
Setelah berkenalan Mr.Hudson menjelaskan kriteria penjurian yang dilakukan oleh timnya. Mereka menilai jika desain Alena mewakili gaya Asia yang sangat khas dengan budayanya. Terlebih lagi, desain Alena sangat cocok jika diaplikasikan dalam pembangunan hotelnya di Bali. yang tak lain adalah kampung halaman neneknya. Saat ia mengetahui jika Dixion ingin membangun hotel di Bali, semangatnya mulai memuncak dan ide briliannya langsung datang tanpa diundang.
"Mr.Hudson, may I ask something?" tanya Alena.
"Yes, please" jawab Mr.Hudson.
"Malam itu saya terlambat menyerahkan desain. Kalau tidak salah, saya membuangnya ke tempat sampah. Kenapa bisa desain daya masuk dalam daftar nominasi?" tanya Alena heran.
Mr.Hudson memberikan sebuah kode pada Harry. Ia tak tahu kejutan apa yang lelaki itu siapkan. Tak lama kemudian, ia melihat sesosok wanita yang wajahnya tak asing. Samar-samar, Alena mengingat wajah wanita itu. Wanita itu adalah karyawan yang menerima desainnya malam itu.
"Perkenalkan, ini adalah nona Mary. Bisakah kau menjelaskan kejadian malam itu pada nona ini" kata Mr.Hudson.
Flash back
"Maaf nona saya ingin mengumpulkan desain saya" kata Alena dengan nafas terengah-engah.
"Sayang sekali, anda terlambat 2 menit, saya tidak bisa menerimanya" kata wanita itu.
"Tolonglah nona. Tadi diperjalanan saya mendapat musibah, tidak bisakan anda menolong saya," pinta Alena.
Wanita tersebut hanya menjalankan tugasnya sesuai perintah atasannya. Alena sedih karena kerja kerasnya sia-sia, sebisa mungkin Alena menahan air matanya agar tidak terjatuh.
"Astaghfirullah al adzim kenapa cobaan hari ini begitu berat Ya Allah. " gumamnya dalam hati.
Mary melihat Alena membuang desainnya ke tempat sampah. Mungkin ia kecewa karena desain yang ia buat dengan sepenuh hati terasa sia-sia saja. Mary kasihan saat melihat Alena melangkahkan kakinya dengan gontai.
"Nona, tunggu sebentar nona!"
Alena samar-samar mendengar namanya dipanggil oleh wanita itu namun badannya terlalu berat untuk dihentikan. Ia sudah cukup putus asa untuk melihat kebelakang. Ia mengacuhkan wanita itu lalu memilih memasuki lift secepatnya agar ia bisa pergi dari gedung itu.
Mary mengambil desain Alena lalu membukanya. Walaupun ia tidak bisa membaca desain yang rumit itu tapi dia meyakini jika dia melakukan hal yang benar dengan membantu Alena. Secara diam-diam Mary memasukkan nama Alena kedalam salah satu peserta. Tak disangka perbuatannya malam itu berhasil menyelamatkan sebuah karya yang pantas untuk dipuji.
Flashback off.
Alena mengucapkan terimakasih pada Mary karena mau membantunya. Alena merasa jika Marry adalah utusan Tuhan untuk membantunya. Tanpa keraguan Alena membawa surat kontrak yang disodorkan Mr.Hudson untuk dipelajarinya di rumah.
Di kampus Alena
Alena menemui teman-teman Indonesianya setelah pulang dari Dixion untuk memberikan kabar baik yang ia terima.
"Teman-teman, ada kabar gembira untuk kita semuaaa" teriak Alia dengan semangat.
"Kabar gembira untuk kita semua" kata Nathan mengikuti nada iklan pil.
"Kulit duren kini ada ekstraknya" imbuh Budi melanjutkan irama Nathan.
Semuanya tertawa terbahak-bahak mendengar lelucon yang sederhana itu.
"Garing lo semua " kata Alia.
"Neng cantik kalo datang itu ngucapin salam bukannya teriak-teriak" kata Umar.
"Maaf maaf, diulangin ya" kata Alena sambil mengulang adegan tadi.
Ia berlari mendekati kelima temannya lalu mengucapkan salam saat tiba dihadapannya. Alena memberikan kabar gembira bahwa dia berhasil menjuarai lomba desain itu. selain hadiah yang dijanjikan, dia ditunjuk sebagai leader untuk mengurusi pembangunan hotel itu.
Maliq's POV
Maliq menyesap kopi sembari memandang benda-benda yang terlihat kecil dari lantai 40 nya. Dia sangat menyukai pemandangan dari atas sini karena ia merasa jika dirinya adalah pemangsa di puncak rantai makanan.
"Permisi tuan, saya sudah melaksanakan perintah tuan. Nona Alena percaya dengan cerita saya" kata Marry.
"Terimakasih Marry, kemasi barangmu karena mulai besok kau akan menempati posisi barumu. Ingat kata kata ku, kau harus terus menempel pada Alena tanpa di curigai olehnya" perintah Maliq.
"Yes sir." Kata Marry sebelum undur diri.
"Selamat datang di duniaku Alena" kata Maliq sambil menunjukkan seringainya.
.
.
.
.
Post 26 Desember 2018
Revisi 17 Juni 2019
Next ---->>
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum My Beloved (Revisi)
Romance"Don't touch me! we're not muhrim!" bentak Alena. "Oke, I'll get you my muhrim!" kata Maliq dengan tegas. Awalnya Maliq menyukai Alena karena karakternya yang berbeda namun seiring dengan penolakan yang Alena tunjukkan membuat Maliq terobsesi untu...