Yiyang kini terdiam untuk beberapa saat, ia baru keluar dari tempat aneh itu beberapa menit yang lalu. dan kini, gadis itu berusaha untuk mengatur nafasnya. Memarkirkan mobilnya di jalanan yang sepi. Yiyang pikir ini adalah cara yang lebih baik, berpura-pura untuk tak mengenal Jaemin. Karena, jika Yiyang bilang ia mengenal pemuda manis itu, mungkin saja ia juga akan tetap berada disana, atau harus melakukan beberapa persyaratan aneh. Atau parahnya, para hunter itu mungkin akan menjual Jaemin lebih dulu dibandingkan yang lain.
“unnie, aku tahu kau seorang misce. Apa unnie tega membawa kami kesana.” Tanya gadis manis yang duduk di belakang, dengan keadaan yang masih terborgol. Sedang satu pemuda lagi yang sama terborgol menganggukan kepalanya setuju dengan apa yang diucapkan oleh gadis yang merupakan fire blast itu.
Yiyang mana bisa membawa mereka kesana, ia tak akan tega melakukan itu. Yang dikatakan gadis manis itu membuat Yiyang kembali terdiam. Hingga akhirnya berucap, “dengarkan aku, aku akan mengantar kalian berdua ke tempat yang aman, jadi kalian jangan khawatir. Siapa namamu?” tanya Yiyang sambil menarik tubuhnya kearah belakang. Berniat untuk membuka borgol yang ada di pergelangan tangan mereka.
“Lami,” jawab gadis itu, “aku Xiao Jun!” jawab pemuda yang satunya.
Jawaban dari kedua remaja itu membuat Yiyang terkekeh kecil, mereka berdua terlihat lucu. Yiyang jadi gemas sekarang.
Masa bodoh dengan dirinya yang mungkin akan mendapatkan beban yang berat, ia hanya ingin membantu. Jaemin juga ada disana, ia harus segera pergi ke rumah Chanyeol. Ini bukan hal yang biasa, mungkin ini juga bisa menjadi pemicu perang lagi. Jadi sudah tidak ada lagi tempat untuk bersembunyi. Sudah waktunya untuk melawan. Yiyang tidak ingin hanya diam sekarang.
“halo, Hoseok—oppa, bawa semua orang yang ada di basecamp ke rumah paman Chanyeol. Basecamp sudah tidak aman lagi. Oh iya, bilang pada paman Chanyeol jika aku menemukan Jaemin”
‘yak! Apa maksud—‘
Setelah memutuskan sambungan. Yiyang segera menginjak pedal gas, berusaha secepat mungkin untuk sampai ke rumah Chanyeol. Mata sipitnya melirik kecil kearah jam tangan yang ia gunakan. Ini sudah pukul dua dini hari. Dan Yiyang harap, Prof. Siwon belum ada di lab.
“unnie, kau mengenal Jaemin—oppa?” tanya gadis bernama Lami itu, ia juga sedikit memajukan kepalanya. Membuat Yiyang sedikit terkejut, karena Lami bertanya dengan volume bicara yang bukan main. “hm, aku mengenalnya, kenapa? Kau juga mengenal Jaemin?” tanya Yiyang balik.
“ya, dia kakak kelasku di sekolah.” kata Lami, gadis itu kembali menyandarkan punggungnya. Lalu melirik kearah pemuda bernama Xiao Jun yang sedari tadi hanya diam dan memperhatikan jalanan. Dan itu membuat Lami sedikit gerah, karena pada dasarnya, Lami itu tidak bisa diam. Dan sekarang. ia di kelilingi oleh orang pendiam. Yiyang dan Xiao Jun.
“yak! Xiao Jun, kau seorang misce?” tanya Lami, yang hanya dibalas sebuah anggukan kepala. Sebelum akhirnya kembali fokus untuk melihat kearah jalanan yang sudah mulai sangat sepi, karena memang jalan untuk menuju rumah Chanyeol melewati hutan, tapi tidak sepanjang hutan menuju rumah Jeno.
“kalian tidak seru.” Protes gadis itu, menghembuskan nafasnya kasar. Lami juga melipat kedua lengannya di depan dada, lalu mengerucutkan bibirnya kesal. Yiyang hanya tertawa kecil mendengar protesan yang keluar dari mulut Lami.
Ia tidak menyalahkan jika Lami menyebutnya tidak seru, karena ia memang bukan tipe orang yang asyik. Ninging bahkan pernah berkata seperti itu. “nanti, kau akan bertemu dengan Hoseok—oppa, dia orang yang seru.”
--
“hei, sipit! Boleh aku bertanya?” ucap Haechan, ia juga ikut mendudukan dirinya disamping Jeno yang tengah memperhatikan langit, dengan kedua kakinya yang terendam oleh air kolam yang ada di depan rumah Jaemin. Mendengar Haechan bertanya, Jeno menganggukan kepalanya, tanpa berniat untuk melihat kearah Haechan sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
[I] YOUNIVERSE • The Beginning [nomin] (✔)
Fanfiction[SUDAH DIBUKUKAN] (n). ini adalah awal, sebuah pengenalan untuk kalian. Dimana, di dunia ini sebenarnya tidak hanya di tinggali oleh manusia, karena selama ini manusia tidak tahu bahwa ada sebuah kaum yang berdiam di sekitar mereka.