"Ha..H..Hanb...Hanbin, lo ngapain disini?" tanya Yerin sambil bergetar.Ini kali pertama Hanbin menghampirinya secara terbuka. Dulu kan harus sembunyi-sembunyi.
"Gue? Jelas lah, nganterin lo pulang. Maaf mendadak." ucapnya.
Yerin masih terdiam disitu. Kakinya serasa lemas. Terdengar bisik-bisik di sekitarnya dan Yerin bersumpah semuanya tentang umpatan—ada juga pujian—untuk Hanbin.
Hanbin berjalan mendekati Yerin yang masih membatu.
Jennie, sebagai teman yang baik mendorong gadis itu kepada Hanbin.
"Gue harus ngomong sesuatu sama lo." ucapnya.
"Oh.. oke.."
Hanbin tersenyum. Dan senyuman manis itu mampu membuat Yerin meleleh di tempat.
"Ayo Yerin."
Hanbin menggenggam tangan Yerin lembut dan mengajaknya ke motornya. Ia mengeluarkan helm dari bagasi motor lalu memasangkannya pada Yerin. Setelah itu jaketnya dilepas dan diikat ke pinggang gadis itu.
"Yuk?"
***
"Makan dulu?"
Yerin turun dari motor besar Hanbin dan berjalan masuk ke restoran. Ini mengingatkannya saat dulu.
Mereka berdua duduk di salah satu meja dan pelayan segera memberikannya buku menu. Yerin yang sedari tadi memang kelaparan melihat buku menu itu dengan fokus dan memesan makanan yang ia sukai dengan cepat.
Begitu selesai, Yerin duduk canggung, melihat sekelilingnya.
"Jadi, kenapa lo ngajak gue pulang?"
"Bakal gue kasitau nanti. Agak penting soalnya."
Penting? Sepenting apa? Jangan-jangan Hanbin pengen ngajak dia balikan?!
Jangan ngarep Yerin,
"Lo berani banget ke sekolah gue, langsung. Gak ditutupi pake helm atau sembunyi."
"Ngapain sembunyi."
"Oh.. ya.." Yerin langsung mengerti. Hanbin kan yang ngumumin hubungannya mereka. Tentu aja dia gak peduli omongan orang lain.
"Gue gak peduli diomongin orang lain. Udah biasa." ucapnya datar. "Ngapain dipikirin, malah bikin migrain." Hanbin tersenyum.
"Oh, lo masih sering migrain?"
"Udah minum obat." ucapnya. "Gue jarang liat lo sekarang di pertandingan basket."
"Hahaha, iya.." Yerin menggaruk lehernya.
"Keluar?"
"Nggak, cuman.. um, istirahat." Yerin tersenyum canggung.
"Hm," Hanbin mengangguk. "Padahal gue selalu nungguin lo."
"Apa?"
Hanbin tersenyum. "Sayang, gue selalu antisipasi kehadiran lo. Tapi lonya gak ada."
"Oooh, hahahaha..." Yerin tertawa canggung. "oh ya Hanbin, soal yang pesan—"
Ucapan Yerin terhenti karena makanan yang mereka pesan sudah datang. Yerin tersenyum kecil melihat makanannya.
"Apa? Mau ngomong apa?"
"Ah gak jadi. Selamat makan. Gue udah laper."
"Sure."
Mereka menghabiskan makanannya dan akhirnya pergi ke sungai Han, dimana Hanbin hendak mengatakan 'sesuatu yang penting'. Dan Yerin sudah deg-degan.
Keduanya turun dari motor dan berjalan di pinggir sungai itu. Sungainya terlihat berkilauan terkena sinar matahari senja. Angin berhembus lumayan kencang namun itu tidak membuat mereka pergi.
Hanbin duduk di kursi dan Yerin duduk di sampingnya.
Keduanya terdiam.
Yerin sendiri terdiam menunggu Hanbin untuk mengatakan sesuatu. Toh itu kan tujuan lelaki itu kesini?
Namun 10 menit berlalu Hanbin masih belum berbicara.
"Jadi—"
"Maaf."
Yerin menatap Hanbin kaget. Maaf?
"Maaf? Maaf buat apa?"
"Maaf buat segalanya." ucap Hanbin. "Karena bikin lo nangis akhir-akhir ini. Dan, karena gue seenaknya mutusin lo."
Yerin terdiam.
"Ya, gue emang dilanda amarah dan gue nyesel detik setelah gue ninggalin lo. Gue minta maaf ya, gara-gara gue selalu cepet marah."
"G..gak papa kok. Gue juga minta maaf karena waktu itu takut hubungan kita ketauan."
"Gue tau. Justru gue harusnya yang minta maaf. Lo cuman takut karena pandangan orang-orang ke lo. Mereka benci gue dan lo malah pacaran sama rival mereka. Wajar lo takut. Tapi gue terlalu egois, dan gak mikirin perasaan lo."
"Dan gue marah karena lo dipeluk Min—"
"Ah! itu.. gue minta maaf. Jujur gue gak tau kalo dia bakal meluk gue.. dan gue gak menjauh dari dia karena gue masih nge-blank." ucap Yerin. "Tapi sebenernya gue—"
"Iya. Gue buta sama kecemburuan gue. Maaf ya, karena nyakitin lo karena sikap kekanak-kanakan gue."
Yerin memandang Hanbin yang kini menatapnya tulus. Lelaki itu memandangnya dengan penuh penyesalan dan Yerin tidak tega melihatnya.
"Gak papa. Gue tau kok Mbin. Itu sikap yang wajar." Yerin tersenyum. "Gue maafin lo kok. Gue juga minta maaf ya?"
Hanbin ikut tersenyum dan mengangguk. "Tentu."
Yerin tersenyum lebar. Beban di dadanya berkurang banyak. Sungguh melegakan.
"Kalo gitu Yerin.."
Yerin menoleh melihat Hanbin.
"Let's start over shall we?"
KAMU SEDANG MEMBACA
blind date | Hanbin ❌ Yerin
Fanfictionini semua berawal karena Yerin harus menggantikan Jennie dalam blind datenya. | cover by @puffysnow