삼십칠

3.8K 618 52
                                    




Yerin berjalan ke GOR dengan lemas. Ia diseret dengan teman-temannya kesini. Padahal mereka tau sekolah SHA bakal tanding lawan sekolahnya tetep aja mereka nyuruh Yerin. Temen laknat emang.

Yerin masuk ke dalam GOR itu dan merasakan berpasang-pasang mata menatap ke arahnya. Aduh ya maklum bakal ada pertemuan antara 2 mantan di GOR ini.

Yerin mendengus. Kali ini dia tidak ada di lapangan bersama tim kesehatan. Mino memberikannya cuti setiap ada tanding bersama SHA.

"Ngapain gue liat tanding basket. Ngebosenin.."

"Lumayan lah Yer ketimbang cuman nonton drama sama baca ff." ucap Jennie.

Yerin mencibir dan menatap lapangan itu. Baru saja 2 hari yang lalu ketemu Hanbin di acara nikahannya kakaknya.

Huft.

Pertandingan dimulai. Yerin masih melihat lapangan itu dengan datar. Orang-orang di sekitarnya bersorak-sorak senang.

"Kenapa gue harus kesini.."

Yerin melihat Hanbin yang bermain dengan gesit di lapangan. Dia keliatan kece disana. Tatapan datarnya, auranya bikin Hanbin misterius.

Ia menguap dan meminum minuman yang dibelinya tadi.


"Woi awas!"



Ckit! BRUK!



"ADUH!"

Yerin melihat ke lapangan. Teriakan Hanbin membuat semua orang kaget. Soalnya Hanbin jarang banget keliatan kesakitan. Kakinya sampai mengeluarkan darah. Lelaki itu meringis dan berjalan pincang ke tempat duduknya.

"Woi woi tim medis!"

"Gils, darahnya.." Jennie berbicara pada entahlah, Yerin atau Chungha yang ada di sebelah kirinya.

Yerin menggelengkan kepalanya sambil menyeruput es milonya.

Pertandingan diberhentikan sementara, Hanbin dibawa ke dalam untuk diobati sedangkan pemain lain masih sibuk berbincang-bincang. 

Yerin melihat minumannya yang sudah habis itu. "Huh, habis.. eh Jen, gue mau beli minum nih.." 

"Ha?" tanya Jennie tidak fokus. Ia masih sibuk melihat ke lapangan. 

"Minum! Temeni dong—"


Yerin berjengit saat seseorang menepuk bahunya. Ia menoleh melihat Ten yang keringatan dan ngos-ngosan kini berada di sebelahnya.

"Ngapain lu disini? Gak di lapangan?"

"Lho? Ten?!" Jennie, Chungha dan beberapa teman lainnya menoleh kaget.

"Yer ikut gue."

"Ha."

"Ikut! Cepet! Ah lolot lo!" Ten menarik tangan Yerin paksa dan membawanya ke bawah, tanpa penjelasan. 

"Lah? Eh? Lo mau bawa gue kemana sih? Ten! Eh! CABE!"

Ten tidak menjawab dan terus menggiring Yerin hingga mereka sampai ke ruang ganti dengan beberapa orang yang mengelilingi seseorang. 

Yerin mengernyit, "Ten—"

"Nih, Yerin ada disini. Dia bisa obatin."

Yerin mengalihkan pandangannya dan melongo lebar saat melihat Hanbin dan beberapa tim medis beserta pelatih basketnya ada di depan mereka, lebih buruknya, sedang memandangnya.

"T...tungg...Tunggu! Ten! Maksud lo apa?!"

"Lo bantuin aja ya. Lo kan udah expert. Biar cepet selesai."

"Gue, bukan tim medisnya mereka. Dan gue kesini dipaksa nonton—"

"Gak tau! Ini perintah pak Donghae! Udah lo cepetan!" Ten mendorong Yerin dan meninggalkan Yerin sendirian.

"Lho? Lho?! Eh! Ten! WOI! CABE MURAH!"

Yerin melihat ke beberapa orang di belakangnya yang kini memandangnya. Yerin cuman tersenyum canggung. 

"Uh... s..saya pergi dulu ya?"

"Kata coach Donghae kamu bisa ngobatin dengan cepet. Nah, saya minta tolong kamu ngobatin Hanbin karena pertandingannya harus tetap berlangsung. Bisa kan?" tanyanya.

"Uh, saya gak bisa pasti—"

"Nah, kalo gitu, saya dan lainnya tinggal dulu, atau kamu butuh asisten atau apa?"

"Nggak—" Yerin langsung menyesali perkataannya yang blak-blakkan karena dia sekarang ditinggal berduaan dengan Hanbin. 

"Oh my god." 

Yerin menghela nafas pelan lalu melihat Hanbin yang sibuk mengerang kesakitan. Yerin menguncir rambutnya lalu membuka kotak p3k. 

"Ta..tahan." ucap Yerin agak gemetaran. 

Bukan hanya karena dia nervous, tapi luka di kaki Hanbin ini bikin dia takut, takut kalo dia salah ngobatin.

Yerin mengobati luka Hanbin dalam diam lalu setelah selesai, ia menutup lukanya dengan perban.

"Nah, uh, kam—lo bisa jalan sendiri keluar?" tanya Yerin. "A..at..atau..g..gue bantuin?" 

Hanbin tidak menjawab dan berdiri. Yerin melihat kakinya, berdoa agar setidaknya Hanbin bisa berjalan, atau lebih baiknya berlari. 

Dan untung saja lelaki itu bisa berjalan cukup normal. Walaupun agak pincang. 

Yerin berjalan di belakangnya, mengawasi. 


"Eh! Awas!" Yerin memegang lengan kekar lelaki itu dan menahan tubuhnya agar tidak jatuh. Namun dengan cepat ia melepas tangannya.

"G..gue panggil yang lain aja ya?"

Yerin langsung berlari meninggalkan Hanbin dan menemui pelatih tim basket mereka. Begitu Yerin keluar, pelatihnya masuk ke dalam. 


Yerin melihat Ten dan yang lainnya yang kini memandangnya dengan tersenyum menyebalkan.


"Kampret." desis Yerin.  

blind date | Hanbin ❌ YerinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang