Mobil Sabrina berhenti didepan rumah gadis itu, pria itu memutuskan untuk membawa Sabrina kembali ke rumah gadis itu setelah melihat kartu identitas yang dimilik Sabrina.Pria itu melirik Sabrina yang tidak sadarkan diri disebelahnya, kemudian tanpa berpikir panjang pria itu keluar dari dalam mobil Sabrina untuk memindahkan gadis itu kekursi belakang agar Sabrina bisa beristirahat dengan nyenyak.
Tapi saat hendak mengangkat tubuh Sabrina pria itu tidak sengaja melihat pipi Sabrina yang merah seperti bekas tamparan, dan entah dorongan dari mana pria itu mencari kotak obat yang mungkin saja ada didalam mobil Sabrina dan benar saja pria itu menemukan kotak obat yang dicarinya dan segera mengobati luka pada pipi gadis itu.
Setelah selesai pria itu menggendong tubuh Sabrina dan memindahkannya kekursi belakang. Kemudian pria itu menutup pintu mobil Sabrina dan meninggalkan gadis itu begitu saja karena merasa bahwa tugas kemanusiaannya sudah selesai.
Tok.. Tokk.. Tok
Sabrina menggeliat ketika tidurnya harus terganggu karena suara ketukan dikaca pintu mobilnya.
Sabrina bangun dan terkejut ketika mendapati dirinya yang tidur didalam mobilnya sendiri.
"Kok gue ada disini?" ujar Sabrina seraya memegangi kepalanya yang sedikit terasa pusing.
Dengan masih kebingungan Sabrina kemudian keluar dari dalam mobilnya dan melihat keadaan sekitar yang ternyata dia berada didepan rumahnya sendiri.
"Non Sabrina gak papa? Kenapa non bisa tidur didalam mobil? Kenapa gak tidur didalam rumah aja non," pertanyaan beruntut itu diberikan oleh pak Bejo selaku satpam yang menjaga rumah Sabrina.
Sabrina merasa semakin pusing mendengar rentetan pertanyaan yang diberikan oleh satpam rumahnya.
"Ihh berisik amat sih pak, gak tau kepala saya sakit apa!"
"Nanti tolong bawa masuk mobil saya," perintah Sabrina pada pak Bejo.
Kemudian gadis itu mengambil tasnya dan melangkah masuk ke dalam area rumahnya.
Sabrina membuka pintu rumahnya dan hal itu tentu saja mengalihkan perhatian Airin yang sedang menyiapkan sarapan untuk suaminya.
"Sabrina ya ampun kamu kemana aja sih semalaman gak pulang mama sama papa itu khawatir banget sama keadaan kamu. Kamu gak papakan sayang?"
Airin langsung menyambut kedatangan Sabrina dengan pertanyaan, dan itu semakin membuat Sabrina kesal karena perhatian palsu yang wanita itu berikan kepadanya.
"Mana yang sakit sayang? Sini biar mama obatin ya. Papa udah cerita kalau dia gak sengaja nampar kamu,"
Airin hendak menyentuh wajah Sabrina namun langsung ditepis oleh gadis itu. "Jangan pernah sentuh gue."
Didalam hatinya Sabrina yakin bahwa Airin pasti senang dengan apa yang dilakukan papanya sehingga wanita mengingatkan dirinya tentang kejadian tadi malam. Sabrina kemudian mendorong Airin untuk menyingkir dari jalannya.
"Sabrina," panggil Wijaya namun tidak digubris oleh putrinya itu.
Melihat hal itu Wijaya hanya dapat menghembuskan nafasnya lelah, mencoba untuk lebih bersabar dalam menghadapi sikap putrinya.
Saat sudah sampai dikamarnya, Sabrina langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan bersiap pergi ke sekolah.
Setelah siap Sabrina kembali memoleskan makeup pada wajahnya guna menutupi bekas tamparan yang ada diwajah.
Seraya mempersiapkan diri Sabrina kembali mengingat kejadian tadi malam yang menyebabkan dirinya kehilangan kesadaran dan tiba-tiba terbangun didalam mobilnya yang sudah terparkir didepan rumahnya sendiri.
"Ayo Sabrina ingat-ingat lagi siapa yang udah nolong lo!" ucap Sabrina seraya mencoba merangkai lagi peristiwa yang terjadi padanya tadi malam.
Kemudian Sabrina terlihat terkejut saat dirinya mengingat sesuatu. "Dia?"
..........
Sabrina berjalan menyusuri koridor sekolah mencari seseorang yang sejak kemarin menghantui pikirannya.
"Sabrina!" panggil Vanesa saat melihat sahabatnya itu tengah menyusuri koridor sekolah dengan tergesa-gesa seperti sedang mencari seseorang.
"Lo mau kemana sih Na, buru-buru amat." tanya Vanesa yang keheranan.
"Gue lagi cari seseorang." Sabrina membalas ucapan Vanesa seraya terus mengedarkan pandangannya.
"Emang lo cari siapa? sampai segitunya."
Sabrina berhenti secara mendadak membuat Vanesa sepontan berhenti juga disampingnya, Sabrina bisa melihat pria yang sedang dicarinya sedari tadi sedang berjalan menuju taman belakang. Kemudian Sabrina langsung mengikuti pria itu menuju taman belakang.
Vanesa yang melihat Sabrina meninggalkannya begitu saja hanya menatap Sabrina dengan tatapan heran, sebenarnya apa yang terjadi dengan sahabatnya itu?
Saat sudah sampai ditaman belakang Sabrina melihat pria itu tengah duduk dikursi yang letaknya berada tepat dibawah pohon yang rindang. Sabrina mendekati pria itu dan hendak berbicara, namun suara berat pria itu mengejutkannya.
"Ngapain lo ikutin gue?" tanya pria itu dingin dan ketus.
Pria itu adalah Arga Alenta, murid baru yang kemarin Vanesa bicarakan namun Sabrina abaikan dan lihat sekarang gadis itu sendiri yang datang kepada Arga untuk bicara.
Tanpa menoleh ke belakang Arga sudah tau siapa yang sudah mengikutinya sejak tadi namun Arga hanya membiarkan gadis itu mengikutinya hingga ke sini.
Sabrina melakah maju dan berdiri tepat dihadapan Arga. "Gu--gue mau tanya sesuatu sama lo." Sabrina berkata dengan nada yang terbata-bata.
Entah mengapa setiap berada didekat pria yang ada dihadapanya ini ia selalu saja kehilangan kata-kata untuk bicara, dan detak jantungnya juga berpacu dua kali lipat lebih cepat dari biasanya entah apa sebenarnya yang terjadi padanya setiap kali berhadapan dengan laki-laki yang bahkan belum dikenalnya.
"Kenapa lo nolongin gue kemarin malam?" lanjut Sabrina melanjutkan kata-katanya.
"Sebenernya lo siapa? Kenapa lo nolongin gue? Sedangkan dipertemua pertama kita lo bersikap acuh bahkan terkesan gak peduli saat gue jatuh. Apa yang buat lo nolongin gue kemarin malam? Lagi pula lo gak kenalkan sama gue kalo lo mau juga lo bisa tinggalin gue gitu aja, dengan begitu lo gak perlu repot-repot tolongin gue."
Sabrina mengucapkan semua yang ada didalam pikirannya sejak kemarin tentang pria yang berada dihadapanya itu.
"Udah?" tanya pria itu dingin.
Sabrina dibuat tercengang dengan jawaban pria yang ada dihadapanya ini, Setelah dirinya berbicara dengan panjang lebar pria itu hanya melontarkan pertanyaan yang bahkan tidak lebih dari 10 kata.
"Itu bukan jawaban yang gue mau!" jawab Sabrina sedikit kesal.
"Karena lo butuh pertolongan." jawab pria itu jengah akan sikap Sabrina yang banyak sekali bicara.
Setelah itu pria itu bangkit dari duduknya dan berjalan pergi meninggalkan Sabrina sendiri.
"Hey, tunggu gue belum tau siapa nama lo!"
Pria itu tetap berjalan tanpa menggubris apa yang dikatakan oleh Sabrina.
Oke akhirnya aku bisa nyelesain part 3 ini dengan baik:) aku mau ucapin makasih buat yang udah mau baca cerita ini 💜dan aku berharap bisa nyelesain cerita ini sampek akhir biar gak di gantung kaya cerita ku yang sebelumnya hehe:' jangan lupa vote and komen juga ya
Oke see you next part👋
KAMU SEDANG MEMBACA
SABRINA [Completed]
Teen Fiction(SEDANG DALAM TAHAP REVISI) Ketika takdir mempermainkan perasaan seorang Sabrina Veronica dengan apiknya. Dimana sabrina harus menerima kenyataan pahit, sekaligus memilukan karena Arga seseorang yang di cintainya hanyalah berpura-pura mencintainya a...