Hari ini adalah hari ulang tahun Sabrina, dan kamar tempatnya dirawat pun sudah dihias dengan sedemikian rupa hingga terlihat sangat indah dan ramai.
Banyak kado-kado juga yang disusun dari mulai ukuran yang paling besar hingga yang paling kecil."Happy birthday Na!" ujar Vanesa yang masuk kedalam ruangannya dengan membawa kado dan sebuket bunga.
Aldo pun juga masuk dengan membawa kado dan boneka teddy bear yang ukurannya sangat besar.
"Uh, udah tua aja nih sahabat gue," ujar Vanesa dengan senyum bahagianya.
Sabrina hanya menanggapinya dengan senyum tipis.
Aldo berjalan mendekat ke arah Sabrina dan Vanesa yang sedang berbincang. "Selamat ulang tahun Na," ucap Aldo sambil menyerahkan kado dan boneka teddy bear yang sangat besar.
"Thanks." ucap Sabrina singkat.
Sabrina hanya dapat berharap bahwa Arga akan datang hari ini karena dirinya yang berulang tahun.
Lamun Sabrina tiba-tiba terbuyarkan karena suara dari depan pintu ruangan rawatnya yang membuatnya terkejut, disana sudah ada papanya dan ibu tirinya sedang membawa sebuah kue tar yang berukuran besar dan juga teman-teman satu kelasnya yang membawa kado juga balon ditangan mereka masing-masing.
"Happy birthday Sabrina!" ucap mereka semua serentak.
Sabrina merasa tersentuh dengan kejutan kecil yang teman-temannya dan papanya berikan.
Wijaya berjalan membawa kue ulang tahun Sabrina ke hadapan sang putri. "Selamat ulang tahun sayang," ucapnya sambil mencium kening Sabrina singkat.
Wijaya memberikan kue ulang tahun sabrina untuk dipegang oleh Airin dan langsung memeluk putri sematawayangnya tersebut dengan penuh sayang."Papa sayang sama Sabrina, cuma papa gak tau gimana cara ungkapin rasa sayang papa ke Sabrina. Papa marah sama kamu bukan karena papa gak sayang kamu, tapi papa cuma gak mau terjadi hal-hal buruk sama putri kecil papa. Papa juga mau minta maaf karena papa gak pernah ada waktu untuk kamu, papa ngaku salah dan papa janji bakal luangin waktu untuk kamu mulai sekarang," ucap Wijaya sungguh-sungguh.
Sabrina yang mendengar penuturan sang papa pun merasa terharu, sekaligus senang. Sabrina bahkan sudah tidak bisa lagi membendung air matanya untuk tidak turun.
"Sabrina lebih sayang sama papa, Sabrina juga mau minta maaf sama papa karena selama ini udah nyusahin papa terus." ucapnya disela-sela isak tangisnya.
"Dan buat tante Airin. Sabrina juga mau minta maaf karena udah bersikap kurang ajar selama ini sama tante," ucap Sabrina sambil menggenggam kedua tangan Airin.
Airin yang mendengar penuturan Sabrina pun ikut terharu dan langsung memeluk putrinya itu dengan sangat erat.
Sabrina juga membalas pelukan Airin tidak kalah erat, ia bahkan mengucapkan beribu-ribu rasa syukur karena Tuhan telah mengirimkan Airin sebagai pengganti bundanya. Bahkan Sabrina pun sangat malu sekaligus menyesal dengan sikap buruknya pada Airin selama ini, namun Airin tidak pernah membalas sikap buruknya.
Setelah itu Sabrina meniup lilin kue ulang tahunnya, tapi sebelum itu Sabrina melakukan make wish terlebih dahulu.
Semua yang ada diruangan itu bersorak gembira saat Sabrina meniup lilin kue ulang tahunnya.
Sabrina memotong kuenya dan memberikan potongan pertamanya kepada sang papa lalu kepada Airin.
Sabrina merasa sedih ditengah-tengah perayaan ulang tahunnya karena Arga yang tidak datang diacara spesialnya ini.
Tanpa sadar setetes air mata lolos dari matanya, sesegera mungkin Sabrina menghapus air matanya. Ia tidak mau membuat orang-orang disekitarnya sedih untuk saat ini.
"Sayang," Sabrina langsung menoleh saat pundaknya ditepuk dengan pelan.
Ia mendapati sang papa yang berada disampingnya sambil membawa sebuah kotak kado kecil yang berada ditangannya."Ini kado dari papa untuk kamu," ucap Wijaya seraya memberikan kotak tersebut kepada Sabrina.
Sabrina langsung membukanya dan mendapati sebuah kalung yang sangat ia kenali, ini adalah kalung sang bunda. Tapi bagaimana sang papa bisa mendapatkannya? Bukankah dulu sang bunda mengatakan bahwa kalung ke sayangannya telah hilang, lalu sekarang kalung ini berada ditangan papanya.
Seakan tau apa yang sedang dipikiran oleh sang putri, Wijaya pun langsung memberikan penjelasan tentang bagaimana kalung itu bisa ada denganya.
"Papa waktu itu gak sengaja nemuin kalung itu ditaman belakang diatas rerumputan, mungkin kalung itu jatuh saat bunda kamu lagi nyiramin bunga-bunganya ditaman belakang. Dan karena papa malu mau mulangin ke bunda kamu, jadi papa simpan kalung itu sampai sekarang."
Sabrina tersenyum, ia tidak menyangka bahwa sang papa masih menjaga kalung kesayangan bundanya hingga sekarang.
"Sini biar papa pakein." Wijaya langsung mengambil alih kalung tersebut dari tangan Sabrina dan memakaikan kalung tersebut dileher sang putri.
"Nah sekarang kamu udah mirip sama bunda kamu, cantik." ucap Wijaya menatap sang putri yang sudah semakin dewasa dan mirip sekali dengan mendiang Kasih sang istri.
"Ini kado yang paling berharga buat Sabrina, makasih pa." ucap Sabrina seraya memeluk sang papa.
"Sabrina."
Sabrina pun langsung melepaskan pelukannya terhadapa sang papa saat mendengar namanya dipanggil.
"Ini untuk kamu," ujar Airin seraya memberikan sebuah kado untuk Sabrina.
Sabrina langsung membukanya dan melihat isi kado yang diberikan oleh Airin ternyata adalah sebuah potongan-potongan foto dirinya dengan sang papa dan bundanya yang terlihat sangat bahagia difoto tersebut.
Tapi yang paling membuat Sabrina tersentuh adalah foto terakhir dari sang papa, Airin dan dirinya, tapi foto dirinya tidak murni berada dalam satu foto melainkan Airin menggunting salah satu fotonya dan menempelkan fotonya bersama dengan foto mereka berdua. Sesayang itukah Airin terhadap Sabrina yang selalu membencinya dan menyalahkan dirinya atas kematian sang bunda.
"Makasih tante." ucapnya tulus.
"Tapi mulai sekarang tante gak perlu lagi gunting-gunting terus tempel foto Sabrina cuma buat foto keluarga, karena sekarang kita pun udah jadi keluarga yang utuh." lanjutnya seraya memeluk Airin.
Airin pun tersenyum senang, karena mulai detik ini ia akan memiliki keluarga yang utuh, dan tidak ada lagi kebencian Sabrina terhadap dirinya.
Acara ulang tahun Sabrina pun sudah selesai, dan teman-teman sekelasnya pun sudah pulang. Kecuali Vanesa dan Aldo yang masih tetap berada diruangan rawat Sabrina.
Vanesa dan Aldo pun sedang sibuk membantu Sabrina membuka kado-kado dari para teman-temannya. Sedangkan sang papa dan Airin sedang pulang untuk berganti pakaian.
"Wah gila, si Bryan ngasih lo kado jam mahal Na!" ucap Vanesa sambil menatap takjub kado pemberian Bryan teman sekelas mereka.
"Wajarlah bokapnya kan tajir," ujar Aldo sambil membuka kado-kado yang diberikan para teman sekelas Sabrina.
Sabrina hanya diam dan tidak menanggapi ucapan Vanesa dan Aldo sama sekali, ia malah sibuk dengan pikirannya sendiri.
Sampai suara pintu ruangan Sabrina yang dibuka pun mengalihkan pandangan mereka pada depan pintu, tidak terkecuali Sabrina.
Semua mata yang memandang kearah pintu dibuat terkejut dengan apa yang ada dihadapan mereka saat ini menatap kaget sekaligus tidak percaya dengan apa yang mereka lihat.
"Arga... " lirih sabrina.
Duh.. Ngapain ya sih arga dateng tiba-tiba😰 dah kaya hantu aja:v tapi hantu mana ada yang cakep 😆 wkwkk
Jgn luoa voted, komen and share yang sobat:)
KAMU SEDANG MEMBACA
SABRINA [Completed]
Teen Fiction(SEDANG DALAM TAHAP REVISI) Ketika takdir mempermainkan perasaan seorang Sabrina Veronica dengan apiknya. Dimana sabrina harus menerima kenyataan pahit, sekaligus memilukan karena Arga seseorang yang di cintainya hanyalah berpura-pura mencintainya a...