Cinta yang ku berikan, Luka yang ku dapat. Terkadang Cinta memang terasa begitu menyakitkan.
Saat ini Sabrina sedang berada di bandara untuk menyambut kedatangan Aldo dan Vanesa, jujur saja Sabrina benar-benar sangat merindukan kedua sahabatnya itu.
"Sabrina!" ujar Vanesa saat ia dan Aldo telah turun dari pesawat.
Sabrina yang melihat itu langsung datang menghampiri Vanesa dan Aldo.
"Ya ampun gue kangen banget sama lo Na!" Vanesa memeluk Sabrina dengan erat.
Sabrina pun membalas pelukan sahabatnya itu tak kalah erat. "Gue juga Sa,"
"Ehmm.. "
Aldo berdehem untuk menyadarkan kedua gadis yang ada dihadapanya. "Kalo kalian lupa sama gue," ujarnya memasang tampang kesal.
Sabrina dan Vanesa pun hanya tertawa melihat tingkah Aldo yang merasa diabaikan.
"Gimana kabar kalian?" tanya Sabrina.
"Ya seperti yang lo liat." balas Aldo.
"Yaudah yuk kita langsung ke apartemen gue. Gue yakin lo berdua pasti capek kan?" Sabrina langsung mengambil alih salah satu koper yang ada di tangan Aldo.
"Gue udah nunggu lo ngomong gitu Na dari tadi,"
"Halah lebay lo Do. Kaya baru pertama kali ke Paris aja," ujar Vanesa mengejek Aldo
"Diem lo mak lampir."
"Udah-udah. Kalian kaya anak kecil aja,"
Setelah itu Sabrina, Aldo dan Vanesa langsung pergi menuju apartemen Sabrina yang tidak terlalu jauh dari bandara.
"Gimana perjalanan kalian?" tanya Sabrina saat mereka telah sampai di apartemen miliknya.
"B aja sih, ga ada yang istimewa." balas Vanesa sambil merebahkan tubuhnya yang sedikit kelelahan.
"Na, kenapa sih lo ga mau balik ke Indonesia? Bokap nyokap lo kangen kali sama lo. Emang lo ga mau pergi ke makam almarhum nyokap lo?" tanya Aldo.
Sabrina terdiam mendengarkan perkataan Aldo. Perkataan Aldo ada benarnya, selama ini Sabrina terlalu sibuk memikirkan dirinya sendiri hingga ia lupa kepada orang-orang yang selama ini ada untuknya.
"Gue.. --"
"Arga?"
Sabrina tersentak ketika Aldo menyebutkan satu nama yang selama satu tahun belakangan ini tidak pernah lagi ia sebut namanya.
"Na, harusnya masa lalu lo gak jadi hambatan buat masa depan lo." ujar Vanesa angkat bicara.
"Gue, cuma belum sempet aja buat balik ke Indonesia." alibi Sabrina.
"Na, gue mau cerita suatu hal yang mungkin gak mau lo denger." ucap Aldo menatap Sabrina yang ada di hadapannya.
Sabrina hanya diam pertanda ia siap untuk mendengarkan.
"Arga. Satu tahun belakangan ini dia sering banget nemuin gue buat tanya keberadaan lo, bukan hanya itu. Bahkan dia juga mohon-mohon sama Vanesa dan kedua orang tua lo buat kasih tau keberadaan lo. Apa lo yakin masih gak mau maafin Arga Na? Dan kita semua sepakat buat gak kasih tau Arga keberadaan lo, karena kita semua pengen lo nentuin keputusan tentang masa lalu lo. Untuk melupakan atau memaafkan?"
Entah lah Sabrina tidak tau tentang perasaan yang sekarang ia rasakan. Antara melupakan dan memaafkan, keduanya terasa berat bagi Sabrina. Untuk melupakan rasanya ia tak sanggup, sedangkan untuk memaafkan rasanya ia masih terlalu kecewa. Sabrina tidak tau keputusan apa yang harus ia ambil.
KAMU SEDANG MEMBACA
SABRINA [Completed]
Teen Fiction(SEDANG DALAM TAHAP REVISI) Ketika takdir mempermainkan perasaan seorang Sabrina Veronica dengan apiknya. Dimana sabrina harus menerima kenyataan pahit, sekaligus memilukan karena Arga seseorang yang di cintainya hanyalah berpura-pura mencintainya a...