1.Awal segalanya

57.2K 1.6K 12
                                    


Pagi itu seperti biasa Sabrina melakukan aktivitasnya seperti pergi ke sekolah pada pagi hari, Shopping pada tiap akhir pekan, dan pergi ke club setiap malam berasama teman-temannya dan sikulus itu akan terus berulang setiap harinya. Tidak banyak yang berubah dalam hidup Sabrina setelah insiden 1 tahun lalu itu terjadi.

"Woyy!!... Masih pagi udah nyalon aja lo," Sabrina memejamkan matanya menahan amarah pada Vanesa yang mengejutkannya.

"Bangsat! Cat kuku gue jadi rusak gara-gara lo!" umpat Sabrina pada Vanesa yang kini telah mengambil posisi duduk tepat dihadapannya.

Vanesa yang diomeli hanya cengar-cengir tak berdosa."Eh, Na gue denger ada anak baru di sekolah kita."

"Ya, terus?"

"Ganteng anjirr!! Tajir lagi lumayan Na buat koleksi lo."

"Halah udahlah berisik tau gak! Pagi-pagi juga lo udah ngebacot masalah yang gak penting," jawab Sabrina cuek.

"Mending sekarang lo ikut gue."

"Emang lo mau kemana? Baru juga gue dateng, udah diajak pergi aja."

"Gue mau bolos, males gua hari ini sekolah. Gak mood."

"Oke lo duluan aja entar gue nyusul,"

Setelah mendengar jawaban dari Vanesa, Sabrina segera bergegas pergi meninggalkan kelasnya.

Saat berjalan disepanjang koridor semua mata yang ada disana memusatkan pandangan mereka kepada Sabrina. Karena merasa kagum akan kecantikan dan lekuk tubuh yang Sabrina miliki, tentu saja hal itu semakin membuat Sabrina bangga akan kecantikan yang dimiliki. Sabrina memang salah satu most wanted girl di sekolahnya jadi tidak heran jika banyak pria berebut untuk mendapatkan perhatiannya atau bisa sekedar berkencan dengan gadis itu.

"Sabrina Veronica!!!" suara itu berasal dari belakang tubuh Sabrina dan dirinya tau siapa pemilik suara yang memekakan telinga itu.

Sabrina kemudian berbalik dan menatap seseorang yang memanggil namanya tadi.

"Bu Siska yang cantik, bisa gak ibu gak usah jerit-jerit karena suara ibu itu gak bagus buat kesehatan telinga saya. Lagi pula saya gak budeg kok bu," ujar Sabrina pada Bu Siska yang kini sudah ada didepannya.

Bisa dijelaskan sedikit bahwa bu Siska adalah guru berbadan gempal dan berambut seperti dora. Wanita itu mengajar mata pelajaran matematika yang sangat tidak disukai Sabrina.

"Sudah berapa kali saya bilang sama kamu tentang kriteria seragam bagi siswi SMA Nusa Bangsa haa!!! Liat baju seragam kamu ini rok diatas lutut, baju kaya anak TK, kancing baju atas terbuka dan ini!" bu siska memegang rambut Sabrina yang berwarna biru.

"Rambut kamu ini sudah seperti gulali pasar malam tau!" bu Siska menatap Sabrina dengan geram, sedangkan yang ditatap hanya memasang wajah tanpa dosa.

"Ya ampun, busik ini itu fashion. You know fashion?" jelas Sabrina yang tak terima dikatai rambutnya seperti gulali pasar malam.

Ngomong-ngomong busik adalah sebutan kesayangan yang diberikan oleh Sabrina untuk bu Siska.

"Kamu ini ya!..... Selalu berani melawan guru, sekarang juga kamu ikut saya ke ruang BK!!" bentak bu Siska dengan wajah merah padam karena marah sekaligus pusing menghadapi tingkah laku murid seperti Sabrina.

Sabrina memutar bola matanya malas, ia sudah muak keluar masuk ruangan khusus murid bermasalah itu. Bahkan dirinya sudah hafal diluar kepala apa saja yang akan dikatakan oleh bu Siska padanya nanti.

Sabrina memutar otaknya agar dirinya bisa lepas dari bu Siska. "Bu ada pak Tarjo tu!" tunjuk Sabrina tepat dibelakang bu Siska.

Seketika wajah bu Siska langsung berubah 180 derajat, bagaimana tidak bu Siska sudah menyukai Pak Tarjo yang notabennya adalah guru muda yang lumayan tampan dan mengajar pelajaran kimia di SMA Nusa Bangsa.

"Bagaimana penampilan saya, Sudah cantik belum?" bu Siska langsung membenahi penampilannya. Iya tidak ingin terlihat buruk didepan Pak Tarjo.

"Udah kok bu. Ibu udah cantik, Selena gomez aja kalah!"

Bu Siska terlihat senang mendengar pujian Sabrina, kemudian bu Siska berbalik hendak menyapa Pak Tarjo. Namun yang dilihatnya bukanlah Pak Tarjo melainkan Pak Jono salah staf disekolah SMA Nusa Bangsa. Wajah bu Siska yang semula nampak bahagia kini sudah berubah kembali menjadi merah padam akibat ulah yang Sabrina lakukan bahkan sekarang terlihat tanduk disisi kanan dan kiri kepala bu Siska yang menambah aura mencekam pada guru itu.

Saat berbalik hendak memarahi Sabrina bu Siska sudah tidak lagi mendapati Sabrina yang berada ditempatnya. Dan itu semakin memancing amarah bu Siska.

"SABRINA VERONICAAA!!!!"

Sabrina sudah berlari menjauh mencoba menghindari bu Siska yang marah besar padanya namun saat berlari Sabrina tidak melihat bahwa ada seseorang yang berjalan berlawanan arah dengannya sehingga gadis itu harus menabarak orang tersebut.

Brukkk...

"Aduhh..." Sabrina mengadu kesakitan saat ia merasa pantatnya mendarat dengan mulus dilantai. Sabrina bangun dan hendak memarahi orang yang telah berani menabraknya.

Jari telunjuknya sudah mengacung siap untuk memberikan pelajaran. "Lo... ---"

Namun kata-kata Sabrina terhenti diujung tenggorokannya, rasanya ia tidak sanggup melanjutkan perkataannya karena merasa terpana pada sepasang mata yang kini menatapnya.

Sabrina bahkan tidak mengalihkan pandangannya dari pria yang ada di hadapannya. Yang ditatap pun hanya menatap datar dan malah melenggang pergi tanpa mengatakan sepatah kata pun.

"Kenapa jantung gue jadi berdetak gak berirama gini, Siapa dia sebenarnya?" batin Sabrina dalam hati.

Sabrina masih menatap kepergian pria yang ditabraknya itu hingga tubuh pria itu menghilang diujung persimpangan.

Sabrina tidak tau jika pria yang ditabraknya itu akan membawa perubahan didalam hidupnya dimulai dari awal pertemuan mereka.

Hai seneng banget deh bisa nulis karya lagi:) aku harap kalian suka dengan cerita abal-abal ku ini:') jangan lupa voted, komen, and share ya 😻 tunjukin sama author yang amatir ini kalo karya nya pantas untuk dihargai;)

Oke see you next part❤

SABRINA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang