"Sabrina!" teriak vanesa yang memekakan telinga.Saat melihat sabrina memasuki cafe tempat mereka janjian.
Sabrina yang mendengarkan teriakan maut vanesa hanya dapat menutup telinganya. "Sakit kuping gue gara-gara denger teriakan lo" ucap sabrina kesal.
Sabrina langsung mengambil duduk di samping vanesa.
"Uh, gue rindu banget sama lo" ucap vanesa yang langsung memeluk sabrina dengan erat.
"Gue fikir lo---"
"Gue gapapa" potong sabrina yang seakan tau arah pembicaraan vanesa.
"Na, lo gak perlu sedih. Masih ada gue sama aldo yang sayang sama lo" ucap vanesa mencoba menyemangati sahabatnya yang baru saja patah hati.
Sabrina hanya tersenyum kecut saat vanesa lagi-lagi membuka luka yang sabrina coba kubur dalam-dalam.
Vanesa dan aldo memang sudah tau tentang berakhirnya hubungan sabrina dan arga. Dan vanesa pun turut sedih atas perilaku arga yang hanya berpura-pura mencintai sabrina, agar ia bisa balas dendam atas kematian kekasihnya pada peristiwa kelam itu.
"Gue udah mutusin, kalo gue..." sabrina mengambil nafas terlebih dahulu sebelum melanjutkan kata-katanya. "Gue bakal pindah ke paris" ucapnya dengan susah payah.
"What?! Are you serious?" ucap vanesa terkejut atas ucapan sabrina.
"Gue udah pertimbangin ini semua matang-matang, dan akhirnya gue mutusin untuk pindah dan menetap di paris" ucap sabrina dengan senyum yang dipaksakan.
"What are you kidding me?"
"No, I seriously"
"Why? Na... "
"Gue gak bakal bisa lupain arga sa, kalo gue masih liat muka dia setiap harinya.. Dan untuk benci sama dia pun rasanya gue gak sanggup.." lirih sabrina yang terdengar begitu memilukan.
Bagaimana tidak, sabrina telah mencintai dan mempercayai arga lebih dari ia mencintai dan mempercayai dirinya sendiri. Tapi semua itu hancur saat arga mengatakan bahwa ia hanya berpura-pura mencintai sabrina, agar dendamnya terbalaskan.
Sabrina meneteskan air matanya lagi ketika mengingat luka yang arga berikan padanya. "Gue gak bisa terus-terusan hidup dalam bayang-bayang arga sa.. "
Vanesa pun langsung memeluk sabrina yang menangis, sebenarnya vanesa juga merasa kasihan pada sabrina yang harus tersiksa setiap harinya saat ia harus bertemu arga walaupun itu tanpa di sengaja.
Vanesa mengusap punggung sabrina mencoba menenangkan sahabatnya tersebut. "Udah na, jangan nangisin orang kaya arga. Dia gak pantes buat lo tangisin!"
"Kenapa harus arga sa? Kenapa harus arga yang nyakitin gue... " ujar sabrina disela isak tangisnya.
"Mungkin ini cara tuhan buat nujukin ke lo kalo arga itu gak pantes buat lo na"
Sabrina pun melepaskan pelukannya pada vanesa dan menghapus sisa air matanya.
"Gue bakal dukung setiap keputusan lo selagi itu baik buat lo" ujar vanesa dengan senyumnya.
"Makasih ya sa, gue beruntung masih punya sahabat kaya lo sama aldo" ucap sabrina.
"Gue bakal selalu ada kok buat lo di saat lo butuh" balas vanesa.
"Thanks"
"Sure"
"Jadi lo mau berangkat kapan?" tanya vanesa pada sabrina.
"Besok"
"Apa itu gak terlalu cepat? Dan tentang berkas-berkas surat kepindahan lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SABRINA [Completed]
Teen Fiction(SEDANG DALAM TAHAP REVISI) Ketika takdir mempermainkan perasaan seorang Sabrina Veronica dengan apiknya. Dimana sabrina harus menerima kenyataan pahit, sekaligus memilukan karena Arga seseorang yang di cintainya hanyalah berpura-pura mencintainya a...