"Arga dimana?" ucap Sabrina bertanya pada Vanesa."Hm, Na sebaiknya lo istirahat dulu ya. Kan lo baru sadar dari koma," ujar Vanesa mencoba mengalihkan topik.
"Gak! Gue mau Arga." ujar Sabrina kekeh.
"Sabrina, apa yang dikatakan Vanesa itu benar sayang," ucap Wijaya sambil mengusap kepala Sabrina."Segitu marahnya Arga? Sampek dia gak mau liat gue lagi?" air mata Sabrina pun sudah turun membasahi pipinya.
"Na sebaiknya lo istirahat, nanti pasti Arga bakal dateng." ucap Aldo mencoba menenangkan.
"Gak lo bohong! Gue mau cari Arga," Sabrina langsung melepas paksa selang infus yang menempel pada tangannya, dan mencoba untuk turun dari branka.
Baru saja kedua telapak kaki Sabrina menyentuh ubin, tiba-tiba Sabrina memegangi kepalanya yang terasa sangat pusing. Ia bahkan hampir jatuh ke lantai jika Wijaya tidak cepat-cepat menangkapnya.
"Sabrina!" teriak semua orang terkejut karena melihat Sabrina yang hampir jatuh.
Wijaya langsung mengangkat Sabrina dan meletakkan putrinya itu kembali ke brankanya.
"Aw.." rintih Sabrina memegangi kepalanya yang masih terbalut perban.
"Dokter!...." Wijaya langsung bergegas memanggil dokter untuk memeriksa keadaan sang putri.
Dokter pun langsung datang dengan beberapa perawat.
Salah satu suster langsung memasangkan kembali selang infus pada tangan Sabrina, bahkan salah satu suster menyuntikan cairan bening pada selang infus Sabrina.
Dokter yang menangani Sabrina pun memeriksa keadaan gadis itu, apakah baik-baik saja atau tidak.
"Saya sarankan, Sabrina agar jangan sampai terlalu tertekan, karena itu akan memengaruhi kondisinya yang belum pulih total." ucap dokter tersebut menyarankan.
"Baik dokter," balas Wijaya menatap putrinya yang sedang tertidur karena habis diberi suntikan penenang.
"Baiklah kalo begitu saya permisi dulu." setelah itu dokter dan beberapa perawat tadi pergi meninggalkan ruangan Sabrina.
Airin berjalan mendekati Wijaya."Mas, sebaiknya kamu pulang dulu istirahat, abis itu makan. Dari kemarin kamu belum istirahat sama makan, aku takut kamu sakit kalo kamu terus-terusan kaya gini." ujar Airin.
"Enggak, aku bakal terus jagain Sabrina disini," ucap Wijaya tidak ingin meninggalkan Sabrina disaat-saat seperti ini.
"Om, yang dibilang sama tante Airin itu bener om. Dan sebaiknya tante sama om pulang aja, biar aku sama Aldo yang jaga Sabrina." ucap Vanesa meyakinkan.
"Iya om sama tante pulang aja, kalo masalah Sabrina..om sama tante bisa serahin ke saya sama Vanesa." Aldo pun juga berusaha meyakinkan Wijaya dan Airin untuk istirahat karena pasti mereka berdua kelelahan karena menjaga Sabrina seharian.
"Baiklah kalau begitu," ucap Wijaya pasrah, karena dirinya juga merasa sangat lemas karena belum makan apapun dari kemarin.
"Iya udah tante, sama om titip Sabrina ya." ucap Airin.
"Iya tante sama om gak usah khawatir, ada kami kok disini yang nemenin Sabrina." balas Vanesa.
"Yaudah om sama tante pulang dulu." ucap Wijaya.
Setelah itu Wijaya dan Airin pun pergi meninggalkan ruangan Sabrina untuk pulang kerumah hanya untuk sekedar isitirhat sejenak.
Vanesa memilih untuk duduk disofa yang tidak jauh dari tempat Sabrina tidur. Sedangkan Aldo memilih untuk duduk dikursi yang berada disamping branka Sabrina.
Aldo memandangi wajah Sabrina yang sedang terlelap, sebenarnya Aldo merasa sangat iri dengan Arga. Karena pria itu dengan mudahnya dapat membuat Sabrina jatuh cinta, sedangkan dirinya harus bersusah payah terlebih dahulu untuk mendapatkan Sabrina.
---------------
"Ga,"
Panggilan dari belakang membuat lamun Arga buyar seketika.
"Tante Karina manggil lo ke bawah." ujar gadis cantik berambut pirang yang tidak lain adalah sepupu dari Arleta gadisnya.
Arga tidak mengidahkan ucapan Angel, pria itu masih saja setia berdiri ditempatnya.
Angel melangkahkan kakinya mendekati Arga yang sedang berada didepan jendela besar yang langsung menghadap pada taman belakang rumahnya.
"Ga, ini udah satu tahun semenjak kejadian itu." ujar Angel sambil memegang pundak Arga.
"Lo harus ikhlasin semua yang udah terjadi, dan lepasin gadis itu. Ini semua murni kecelakaan Ga, lo gak bisa nyalahin gadis itu atas meninggalnya Arleta." ucap Angel merasa iba pada Arga.
"Dengan lo nyakitin gadis itu sama aja lo nyakitin diri lo sendiri, karena gue tau tanpa lo sadari lo udah jatuh cinta sama gadis itu."
"Inget Ga, jantung Arleta ada didalam tubuh gadis itu. Arleta pasti sedih banget kalo liat sikap lo sekarang, bukan ini yang Arleta mau Ga.. Dia donorin jantungnya sama gadis itu dengan harapan suatu hari gadis yang terima donoran jantung dari Arleta itu bisa ketemu lo, dengan begitu Arleta tetap bisa mencintai lo walaupun dengan raga yang berbeda. Senggaknya jantung dia masih bisa berdetak hanya untuk lo," ucap Angel panjang lebar dengan air mata yang entah sejak kapan sudah turun.
"Simpen omong kosong lo itu, karena gue gak butuh!" balas Arga dengan tatapan dingin ke arah Angel.
"Lo gak bisa kaya gini Ga! Lo gak bisa hancurin perasaan gadis itu hanya demi dendam lo, dan lo gak bisa terus terusan bohongin perasaan lo sendiri! Lo nyakitin gadis itu dan lo juga ngerasain sakitnya! Lo Munfaik Ga." ujar Angel menggebu-gebu karena emosinya yang sudah tidak bisa ditahan lagi.
Arga berjalan mendekati Angel dan langsung menjambak rambut belakang gadis itu."Tau apa lo tentang perasaan gue!" ujarnya dengan tajam.
Angel mencoba untuk menahan rasa perih yang ditimbulkan karena Arga yang menjambak rambut belakangnya.
"Lo bahkan gak pernah ngerasain apa yang gue rasain, JADI JANGAN PERNAH LO IKUT CAMPUR URUSAN GUE!!!" bentak Arga tepat dihadapan wajah Angel sambil melepaskan cengkeramannya pada rambut Angel dengan kasar.
Angel sedikit terhuyung karena Arga yang melepaskan jambakan pada rambutnya dengan kasar.
"Gue gak nyangka lo bisa berubah secepat ini Ga, bahkan kalo Arleta masih hidup pasti dia bakal kecewa banget liat sikap lo yang kaya gini!"
Setelah itu Angel langsung pergi meninggalkan Arga sendirian dalam keheningan.
Arga mengacak-acak rambutnya frustrasi, ia tidak tau harus berbuat apa lagi. Di sisi lain semua yang dikatakan Angel memanglah benar adanya, namun disisi lainnya egonya mengatakan untuk tetap pada tujuan utamanya.
Arga tidak bisa mengingkari janjinya pada Arleta, ia harus tetap konsisten pada tujuan utamanya. Walaupun dirinya harus ikut merasakan sakitnya.
-------------
"Na lo udah bangun?" ucapan Vanesa tersebut sontak saja membangunkan Aldo yang tidak sengaja tertidur karena rasa kantuk yang menyerang.
"Na lo mau minum?" tanya aldo pada sabrina yang masih terdiam dan tidak mengatakan apapun.
"Besok hari ulang tahun gue.." ucap sabrina dengan raut sedih.
"Dan gue mau arga ada di samping gue pas gue tipu lilin gue yang ke delapan belas" ucapnya dengan lirih.
Aldo dan vanesa hanya dapat terdiam tidak tau harus berkata apa.
Agak gaje ya part ini:v hehe maafken ya, pokoknya jgn lupa vote and komen yes 😍
See you ending part:*
KAMU SEDANG MEMBACA
SABRINA [Completed]
Teen Fiction(SEDANG DALAM TAHAP REVISI) Ketika takdir mempermainkan perasaan seorang Sabrina Veronica dengan apiknya. Dimana sabrina harus menerima kenyataan pahit, sekaligus memilukan karena Arga seseorang yang di cintainya hanyalah berpura-pura mencintainya a...