Sabrina menatap tubuh serta wajah Arga yang penuh dengan luka, air matanya tak henti mengalir menangisi orang yang telah menghancurkan hatinya. Katakanlah Sabrina bodoh karena masih menangisi Arga yang jelas-jelas telah memberikannya luka yang begitu dalam hingga untuk mengobatinya pun Sabrina tak mampu, walau ia mau. Ingat! Melupakan tidak semudah mengingat. Dan teori itu berlaku bagi Sabrina, sekuat apapun ia mencoba melupakan Arga nyatanya itu semua sia-sia.Sabrina tidak bisa melakukan operasi pada Arga. Walaupun ia sudah sering melakukan berbagi operasi pada para paseinnya nyatanya kaliin berbeda, rasanya Sabrina baru akan pertama kali mengoperasi seseorang. Rasanya begitu berat, tangannya pun gemetar karena takut dahinya telah bercucuran keringat bahkan untuk memegang pisau bedah pun rasanya ia tak sanggup.
"Dokter kita harus cepat melakukan operasi, detak jantung pasien semakin melemah!" ucap seorang suster menyadarkan Sabrina.
Sabrina tidak bisa melakukan operasi ini, tapi ia juga tidak mau kehilangan Arga. Dengan berat hati Sabrina melakukan operasi Arga dengan bercucuran air mata dan keringat yang tak henti mengalir, ia harus berusaha sebaik mungkin agar operasi Arga berjalan lancar dan Arga bisa selamat. Dalam hati Sabrina berdoa Agar Tuhan menyelamatkan Arganya. Menit-menit berlalu dan operasi Arga belum juga selesai dilakukan.
"Dokter detak jantung pasien semakin melemah!" ujar salah satu suster panik.
Sabrina yang melihat itu menjadi panik, sebisa mungkin Sabrina mencoba membuat detak jantung Arga setabil. Rasanya bukan hanya nyawa Arga yang berada diujung tanduk, namun juga nyawanya.
Layar monitor yang menampilkan garis detak jantung Arga pun berubah, hanya menampilkan garis lurus yang menandakan bahwa tidak ada lagi detak jantung pada tubuh Arga. Sabrina memerintahkan seorang suster untuk mengambil alat pengejut jantung agar jantung Arga kembali berdetak. Namun semua itu sia-sia jantung Arga sudah tidak lagi berdetak, Sabrina telah kehilangan Arga.
"Kita telah kehilangan pasien dok," ujar suster itu menyesal.
Sabrina menggelengkan kepala tidak percaya. Arga tidak boleh pergi, Arga tidak bisa meninggalkan Sabrina begitu saja! Arga harus tetap hidup agar Sabrina tetap bernafas.
"Gak! Gak mungkin. Argaaa!!!" teriak Sabrina seraya mengguncangkan tubuh Arga yang sudah tidak berdaya.
"Kamu gak bisa tinggalin aku kaya gini Ga! Bangun Ga! Bangun!" Sabrina berteriak didalam ruang operasi layaknya orang yang kehilangan akal.
Arganya, Cintanya, hidupnya tidak boleh pergi begitu saja meninggalkan Sabrina seorang diri. Sabrina tidak akan membiarkan Arga meninggalkannya lagi tidak akan. Sabrina merasakan ngilu pada jantungnya nafasnya berat seakan oksigen telah dirampas darinya, kakinya lemas seperti jelly. Rasanya begitu menyakitkan seakan banyak pisau yang menghujani Sabrina tanpa henti, Sabrina menangis pilu diatas dada Arga menangisi pria yang selama ini ia nanti kedatangannya.
"Arga bangung Ga!"
"Arga bangun! atau aku bakal benci kamu selamanya! Bangung Ga! Bangun! Argaaa!!!" Sabrina menangis sembari memukul-mukul dada Arga tanpa henti berharap pria itu dapat mendengar tangis pilunya.
"Kenapa kamu selalu nyakitin aku Ga! Kenapa Ga, kenapa! Kamu boleh sakitin aku sepuas kamu Ga asal kamu jangan tinggalin aku..."
"Dok." seorang suster memegang pundak Sabrina untuk menyadarkan wanita itu yang hampir hilang akal.
"Jangan tinggalin aku Ga, aku sayang sama kamu." ucap Sabrina lirih seraya memeluk Arga.
"Dokter! Detak jantung pasien kembali!" ucap seorang suster dengan terkejut.
Sabrina langsung mengangkat pandangnya kearah layar monitor, dan benar saja detak jantung Arga kembali itu artinya Arga mendengarkannya kata-katanya. Tuhan telah mengabulkan doa Sabrina dengan mengembalikan detak jantung Arga.
KAMU SEDANG MEMBACA
SABRINA [Completed]
Teen Fiction(SEDANG DALAM TAHAP REVISI) Ketika takdir mempermainkan perasaan seorang Sabrina Veronica dengan apiknya. Dimana sabrina harus menerima kenyataan pahit, sekaligus memilukan karena Arga seseorang yang di cintainya hanyalah berpura-pura mencintainya a...