Ceritanya memang sudah berakhir, namun kenangannya masih tetap tersimpan rapih.
Tidak terasa sudah 4 tahun berlalu, tidak banyak yang berubah dari hidup Sabrina sebelum ia memutuskan untuk pergi dari negara asalnya dan menetap di Paris. Namun tidak bisa Sabrina pungkiri bahwa setelah kejadian 1 tahun lalu telah merenggut separuh dari dirinya, Sabrina mungkin berada di Eropa, namun hatinya?
Sabrina telah menjadi sosok yang lebih dewasa, masa lalunya telah mengajarkannya untuk tidak terlalu mudah mempercayai orang lain melebihi diri sendiri. Karena saat orang yang kita percaya mengkhianati kita itu akan lebih menyakitkan, dari pada seorang teman yang menikam dari belakang.
Sabrina saat ini telah bekerja sebagai seorang dokter disalah satu rumah sakit yang ada di Paris, sebenarnya Sabrina dulu tidak pernah memiliki cita-cita sebagai seorang dokter, hanya saja melayani dan membantu seseorang yang sedang kesulitan membuat Sabrina menjadi lebih bahagia. Bahkan selama 1 tahun berada di Paris Sabrina sama sekali tidak pernah memikirkan untuk kembali ke Indonesia atau sekedar hanya untuk berkunjung, saat ini bagi Sabrina yang terpenting adalah karirnya. Untuk masalah hati Sabrina lebih menutup hati dan dirinya dari para laki-laki yang mencoba mendekatinya, bukan perihal tidak mau membuka hati, hanya saja Sabrina takut jika masa lalunya terulang untuk kedua kalinya. Dikhianati dan dikecewakan oleh orang yang sangat dicintanya membuat luka yang terlalu dalam bagi Sabrina, hingga ia sendiri pun tidak tau caranya untuk menyembuhkannya.
"Na,"
Sabrina menoleh dan mendapati Elsa, temannya yang Sama-sama berasal dari Indonesia.
"Lo mikirin dia lagi?" tanya Elsa.
Sabrina memang telah memberi tahu segalanya tentang dirinya pada Elsa.
"Enggak, gue cuma lagi liat pemandangan kota dari sini aja." Ucap Sabrina.
Elsa menghela nafas lelah, "Na. Mau berapa kali sih lo bohong sama gue?"
"Gue gak bohong El."
"Na, walaupun gue baru kenal lo selama setahun. Tapi gue itu udah kenal lo banget, jadi kalo lo mau bohongin gue itu percuma karena gue pasti tau kalo lo bohong."
"Kenapa sih. Lo gak coba buka hati buat Sean, dia anaknya baik kok. Lagian kita juga sama sama kenal Sean itu anaknya gimana, jadi cobalah buat lo buka hati buat dia. Karena lo gak harus selalu terpaku sama masa lalu lo na." lanjut Elsa yang mencoba memberikan saran pada Sabrina.
"Bahkan rasanya semuruh hidup gue pun gak cukup buat lupain dia. Bahkan dia pun masih jadi alasan gue untuk tetap bernafas sampai detik ini."
"Sadar na! Dia itu udah nyakitin lo, dan lo masih bisa bilang kalo dia masih jadi alasan lo bernafas? are you crazy,"
"Gue udah berusaha semampu gue buat benci dan lupain dia! Tapi gue gak bisa El.." ucap Sabrina dengan suara yang bergetar dan tangis yang sudah membasahi pipinya.
Bahkan Sabrina pun tidak tau cara apalagi yang harus ia perbuat agar ia dapat melupakan Arga dalam pikirannya.
"Na, please lo lupain cowok itu dan buka hati lo buat Sean. Gue cuma mau yang terbaik buat lo na." ujar Elsa sambil memeluk Sabrina.
________
4 tahun juga telah berlalu di Indonesia, dan tidak banyak yang berubah.
Vanesa telah bekerja sebagai seorang pengacara, sedangkan Aldo melanjutkan perusahaan ayahnya. Vanesa dan Aldo sering mengunjungi Sabrina dengan datang ke Paris. Dan rencananya akhir pekan nanti mereka akan berangkat ke Paris hanya untuk menemui Sabrina.
Vanesa yang baru saja selesai menyelesaikan kasus kelainnya pun langsung mengambil ponselnya dan menelfon Sabrina, mengatakan bahwa ia dan Aldo akan mengunjungi akhir pekan.
"Halo na,""...."
"Gimana kabar lo?"
"...."
"Gue baik kok, oh iya na gue sama aldo akhir pekan besok mau ke Paris nemuin lo."
"...."
"Ya pokoknya lo stok makanan yang banyak ajalah, hahah."
"...."
"Keadaan bokap lo baik kok na, kan ada nyokap tiri lo yang ngurus, jadi lo tenang aja disana."
"...."
"Udah dulu ya na, gue masih ada urusan yang perlu gue urus dulu."
"...."
"Oke. Bye,"
Vanesa langsung mematikan sambungnya karena masih ada beberapa berkas yang harus ia urus dahulu.
Sedangkan di sisi lain seorang pria dengan seragam pilot tengah berdiri memandangi hamparan laut yang pernah menjadi saksi bisu akan kisahnya. Pria itu terlihat sangat gagah dengan pakaian pilotnya. Berbanding terbalik dengan perasaannya yang rapuh, tidak ada lagi tawa, senyum atau pun bahagia. Ia telah menjadi sosok di masa lalunya.
Pria itu adalah Arga. Arga memandang kosong pada hamparan laut yang luas, setiap ia merindukan Sabrina ia akan datang ke pulau ini untuk mengingat setiap detik memori bahagia yang ia lewati bersama Sabrina, bahkan Arga masih ingat betul bagaimana gadisnya tersenyum bahagia hingga menitikan air mata. Andai waktu bisa diulang kembali, Arga berharap ia tidak pernah melakukan kesalahan paling bodoh yang ia lakukan.
Rasanya begitu menyakitkan dan menyayat hati ketika melihat gadisnya hancur, apalagi penyebabnya adalah dirinya sendiri. Setiap air mata yang keluar dari mata Sabrina bagaikan seribu tamparan bagi Arga.
Jika Arga memiliki sedikit saja kebaikan dalam hidupnya maka ia ingin tuhan mengabulkan satu permintaannya. Tolong kembalikan gadisnya padanya.
Bahkan jika harus nyawanya yang menjadi gantinya, Arga sudah siap. Bahkan nyawanya pun rasanya tak cukup untuk menggantikan rasa sakit dan luka yang ia berikan pada Sabrina.Apakah pantas jika seseorang yang telah memberikan terlalu banyak luka, mengharapkan kita untuk kembali?
Yeay akhirnya bisa update extra chapter yg ke 2 😊 aku awalnya ga nyangka cerita ini bakal banyak yang suka, dan aku seneng liat komentar kalian yang excited bgt sama cerita sabrina:)
Extra chapter selanjutnya?
Semoga kalian suka sama extra chapternya:')
KAMU SEDANG MEMBACA
SABRINA [Completed]
Teen Fiction(SEDANG DALAM TAHAP REVISI) Ketika takdir mempermainkan perasaan seorang Sabrina Veronica dengan apiknya. Dimana sabrina harus menerima kenyataan pahit, sekaligus memilukan karena Arga seseorang yang di cintainya hanyalah berpura-pura mencintainya a...