16 - Far Away

1.9K 232 5
                                    

Author's POV

"OH! Jimin-ssi! Sedang apa kau disana?"

Pria penuh kharisma itu kemudian berjalan dan memasuki minimarket, menghampiri Chaeyoung dengan senyuman nya.

"JIMIN-SSI!", teriaknya dengan bangganya.

"Chaeyoung-ssi kenapa kau disini sendirian?"

"Aku sedang menikmati kehidupanku, ini sangat nyaman di banding dikantor ataupun dirumah"

Aish! Itu bohong, katakan yang sebenarnya Chaeyoung-ah!

Ia tersenyum menunjukan eyesmile nya yang hampir membuat jantungnya keluar dari tempatnya.

"Aku bahagia melihatmu sepert ini, aku kira kau sedang stress dan tidak mau di ganggu siapapun karena adanya rumor itu."

Chaeyoung tertawa sinis, "aku tidak peduli dengan rumor bodoh itu, lupakan saja. Ayo temani aku minum soju."

Chaeyoung-ah jangan seperti ini! Ini tidak baik!

Dengan cepat ia berjalan kearah kulkas minuman dingin dan kembali dengan 2 botol soju yang sudah berada di tangannya.

Tuangan soju pertama, "Kau bahagia bekerja di perusahaan?" Tanyanya.

"Ya namanya juga pekerjaan, harus dijalankan dengan perasaan bahagia. Walaupun terkadang aku merasa tidak bahagia."

"Iya memang benar, lalu kau dengan Jungkook bagaimana sekarang?"

Chaeyoung memilih untuk menuangkan soju dan meminumnya daripada menjawab pertanyaan Jimin itu.

Setelah itu jimin hanya diam dan memperhatikannya meminum 2 botol soju sendirian.

Kepala Chaeyoung saat ini sudah terasa berat. Berputar putar.

Matanya sekarang memiliki banyak kunang-kunang yang sangat indah.

Perutnya terasa kembung. Mual.

Alhasil ia hanya mengoceh sendirian, "Kau tau? Adik mu yang tersayang itu, iya Jeon Jungkook."

"Dia bilang padaku kalau aku ini berbeda dari wanita lain, ia mendamba-dambakan ku seperti aku adalah wanita pertamanya."

"Itu-itu semua bohong kan?"

"Jungkook! Jawab!"

"Baiklah kalau kau tidak ingin jawab, sekarang aku bertanya lagi. Yeri itu siapa? Siapa?!"

Jimin yang tidak tahan melihat Chaeyoung seperti ini, ia putuskan untuk menelfon Jungkook.

"Jungkook-ah, chaeyoungie.."

"Hyung? Ada apa? Chaeyoung kenapa?"

"Ia mabuk, dari tadi ia hanya membicarakan kau."

"Hyung dimana? Aku kesana sekarang."

"Aku segera kirimkan alamatnya."

Tidak lama kemudian, Jungkook datang. Membawa mobil SUV hitamnya. Memakai hoodie hitam dan masker hitamnya.

"Hyung!" Teriak jungkook.

"Oh Jungkook-ah! Si pembohong ini datang. Ayo semuanya beri tepuk tangan yang meriah!" cetus Chaeyoung sambil melakukan gerakan tepuk tangan.

"Jungkook-ah, kau bawalah Chaeyoung pulang."

Chaeyoung masih memukul-mukul dada Jungkook. Menangis dan manja seperti bayi.

Jungkook masih berusaha mengangkat Chaeyoung untuk berdiri, "Sebaiknya jangan kerumahnya, hyung. Orang-orang dirumahnya akan khawatir."

"Baiklah jadi bagaimana?" Tanya Jimin.

"Kita bawa saja ke dorm, tidak apa-apa kan?"

"Ide bagus! Baiklah ayo pulang."

. . .

Chaeyoung's POV

"Ah! Kepalaku.. Ini dimana?"

Kamar ini.. Bau parfume bayi ini..

Rasa-rasanya aku kenal siapa pemilik kamar ini..

"OH! ini kamar Jungkook! K-kenapa aku dis-..?"

"Chaeyoung-ah, kau sudah bangun?" tanya Jungkook yang sedang duduk disebelahku.

"Kenapa aku ada dikamarmu? apakah aku pingsan lagi?"

Jungkook tertawa lepas, "Kau tau semalam kau itu sangat lucu, mau ku ceritakan?"

Kepalaku sangat berat dan badanku sangat pegal. "Aku tidak ingat apapun.."

"Jelas tidak ingat, untung ada Jimin hyung. Kalau tidak mungkin kau sudah diculik dan diperkosa dijalanan."

Bola mataku membesar, seakan menunggu jawaban. "Wae?"

"Kau tau? semalam kau mabuk di CU (minimarket)." ucapnya. "Kau menangis-nangis seperti bayi, merengek, memukulku. Lucu sekali." ucapnya menambahkan.

Sontak aku terkejut, aku sama sekali tidak mengingat apapun dari kejadian semalam. "Oh tidak.. Lalu apa lagi?"

"Lalu, kau bilang aku pembohong. Aku tidak mengerti.. Memangnya aku berbohong padamu tentang apa?"

Aku terdiam, tidak berani berbicara apapun padanya.

"Jawab aku." cetusnya.

"Jawab apa? Kau mau aku jawab apa?"

"Apapun, aku tidak mengerti maksudmu tentang aku berbohong padamu."

"YERI! Siapa dia, jungkook-ah?"

Ia hanya tersenyum melihatku, "Ya ampun, dia? Jadi kau cemburu?"

"Iya! Aku cemburu!"

"Tidak ada apa-apa diantara aku dengan dia. Jadi, sewaktu aku sedang ingin sendiri, aku menyewa 1 kamar hotel dekat gangnam. Ia mengikutiku, dan mengatakan bahwa ia menyukaiku. Ia sudah beberapa kali memberikan nomer telfonnya lewat sandwich catering di acara broadcasting."

Mataku membulat, "Oh my gosh, that's creepy."

"Iya karena itulah aku kesal kemarin, aku tidak ingin membuatmu terluka dan salah paham. Dia itu ular, dia bisa melakukan apapun yang dia inginkan."

"Seharusnya kemarin kau bilang saja padaku. Tidak usah sungkan, aku ini kan pacarmu.." ucapku.

Masih dalam posisi berhadap-hadapan, ia tiba-tiba menarik badanku.

Seketika mencium keningku dan memelukku. "Iya maafkan aku, aku kemarin hanya kesal." ucapnya sambil mengusap punggungku lembut.

Aku melepas pelukannya, kemudian menatapanya. "Kejujuran itu adalah kunci dalam suatu hubungan."

Jungkook tertawa, "kau itu lucu sekali! Aku gemas."

"Aku serius, no more hiding secrets!"

"Siap! Aku tidak akan menyembunyikan apapun lagi darimu."

. . .

Pagi itu aku menjalankan hari hari seperti biasanya. Berangkat ke kantor, menyusun berkas-berkas dan menyusun schedule BTS untuk comeback minggu depan, kemudian pergi makan siang dengan Claire.

Sampai suatu saat, eomma menelfonku.

"Chaeng sayang.."

"Eoh eomma?"

"Ayahmu.., semalam ia dilarikan kerumah sakit. Karena serangan jantung."

"APA?! Eomma jangan bercanda.."

"Eomma serius.. sekarang ayahmu masih di UGD."

Tubuhku seakan tidak bisa menahan lagi gravitasi bumi, kakiku seakan lemas dan tidak berdaya.

Air mata perlahan jatuh membasahi pipiku..

Hatiku sangat amat sakit. Sakit sekali sampai aku tidak bisa lagi merasakan sakitnya. "Appa.."

Ayah, yang sekarang aku pikirkan hanya dia.

Aku harus pulang.
.
.
.
.
.
.
.
.
To be continued..

StarStruckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang