24 - Glass

1.9K 256 16
                                    

Setelah aku melihat Jungkook di lorong itu, aku putuskan untuk masuk dan mengemas barang-barangku.

Sore itu adalah hari yang sangat berat bagiku. Rasanya aku ingin mengulang waktu disaat dimana aku bertemu dengannya di Hongdae, i wish i never met you.

Dan dipikiranku sekarang adalah..

Apakah aku harus pergi meninggalkannya?

Apakah aku harus pulang ke Canada?

Apakah aku harus putus dengannya dan menghilang dari kehidupannya?

Semakin lama hati ini akan semakin mengeras. Kesabaranku mungkin sebentar lagi akan habis.

Dan baru saja 30 menit yang lalu, aku hampir memaafkannya.

Sekarang masalah terus menerus ada diantara kami.

Jungkook mengejarku sampai ke kamarnya, ia menemukanku sedang menangis sambil mengemas tas dan barang-barangku.

"Tolong dengarkan aku dulu.. dia yang mencoba menciumku!"

"Aku ingin pulang, Jungkook-ah."

Tangan itu menahan tanganku dan menggenggamnya erat, "Stay with me tonight, please. Aku tidak bisa kehilanganmu lagi."

"Untuk apa? yang bisa kau lakukan hanya menyakitiku terus menerus."

Jungkook menundukkan kepalanya dan tiba-tiba ia memohon dengan lututnya di lantai, "Jangan tinggalkan aku lagi."

"Jungkook.. aku hanya butuh sendiri." Ujarku sambil terus mengemas barang-barangku.

Ia berdiri dan tiba-tiba memelukku dengan erat dari belakang, "Chaeyoung-ah, kajima.. hm?"

Laki-laki ini selalu seperti ini, merengek seperti bayi kecil yang sedang lapar.

Tapi aku masih kesal, apa yang harus aku lakukan?

Aku melepaskan pelukannya perlahan, mencoba sekuat mungkin menjauh darinya. "Aku harus pulang. Maafkan aku."

Ia hanya memandangku, keluar dari dormnya.

Ini adalah solusi terbaik menurutku. Jika aku terus bersamanya hari itu, mungkin aku akan melakukan hal-hal diluar akal yang akupun tak bisa membayangkannya.

Langkah kaki ku terasa sangat berat saat mencoba keluar dari dorm itu, jimin hanya memandangi kami berdua.

Wajahnya sangat sedih, entah apa yang berada dipikirannya saat itu.

"Chaeyoung-ah, benar kata Jungkook, jangan pergi." ucap Jimin sunbae dengan tatapannya itu.

"Maafkan aku.."

. . .

Tempat yang pertama kali ada dalam pikiranku adalah rooftop Bighit. Iya tempat kesukaan Jungkook.

Aku tau tempat ini memiliki kenangan yang kurang manis di ingatanku.

Tapi disinilah aku merasa bahwa Jungkook benar-benar menyukaiku, meskipun saat itu aku sangat membencinya karena sikapnya yang menjengkelkan. Aku tau ia akan berjuang untuk mendapatkan apapun yang dia inginkan.

Dan disini, hari ini, malam ini.

Aku menatap langit yang penuh bintang dan berharap bahwa aku disini bersamamu. Menikmati hembusan angin malam, ditemani secangkir coklat panas ini, membicarakan masa depanku bersamamu. That would be nice.

Iya itu hanya angan-anganku dan aku juga yang memutuskan untuk pergi dari semua masalah ini.

Jungkook memang tidak salah, wanita itu yang mencoba menciumnya. Tapi meningatnya membuat kepalaku sakit, sakit sekali.

Entahlah.. aku tidak ingin memikirkannya. Tujuanku disini hanya untuk menjernihkan pikiranku.

15 menit berlalu.. 30 menit berlalu..

Tak sadar aku telah menghabiskan coklat panasku, dan tiba-tiba ponselku berdering.

"Jungkook.. ada apa? sudah kubilang ak-.."

"Chaeyoung-ssi, maaf aku mengganggumu. Ini Jin, jungkook sekarang sedang berada dirumah sakit. Ia lepas kontrol dan meninju kaca kamar mandinya. Tolong segera kesini, ia sangat terluka.."

"A..-a-apa?"

Seluruh tubuhku terasa lemas, oksigen disekitarku terasa menipis dan aku juga tidak bisa merasakan jari-jariku sampai cangkir kosong bekas coklat panasku ini terlepas dari genggamanku. Pecah.

Seketika hatiku hancur, seperti tersayat-sayat.

Sakit sekali.

"B-baiklah.. aku akan segera kesana. Tolong kirimi aku alamatnya, terimakasih sunbae."

Dengan cepat aku langsung menuju Rumah Sakit itu, kau tau BTS memiliki banyak sekali manajer, bodyguard dan juga security yang kini menjaga pintu masuk pasien VIP Rumah Sakit.

Penjagaan malam itu sangat ketat, ada sekitar 4 sampai 5 mobil van hitam berada di tempat parkir pasien VIP.

Sepertinya pihak agensi belum mengetahui masalah ini dan mungkin berita ini tidak akan bocor ke media.

Aku berlari memasuki pintu masuk pasien VIP sambil mencari dimana resepsionisnya. Rumah Sakit ini sangat besar sehingga kau harus berlari dari tempat parkir pasien VIP sampai ke meja resepsionis.

Tanpa sadar sejak tadi di taksi sampai disini pun aku masih menangis.

Cengeng sekali bukan?

"Permisi, aku ingin menemui pasien VIP yang bernama Jeon Jungkook."

"Maaf anda siapanya? Untuk menemui pasien VIP, anda harus memiliki ijin dari pihak dokter dan pihak pasiennya."

"T-tapi.. aku tidak memilikinya."

Tiba-tiba ada seseorang menepuk pundakku, "Chaeyoung-ssi?"

Sontak aku menoleh kearahnya, "Eoh? Manajer Sejin?"

"Jungkook menunggumu, mari saya antar."

Manajer Sejin mengantarkanku sampai ke depan pintu kamar Jungkook, di depan kamarnya ada beberapa manajer dan 3 bodyguard yang menjaganya.

Aku mengumpulkan seluruh tenagaku, menghapus airmataku, mencoba fokus dan tidak panik. Meskipun faktanya aku panik saat mendengar ia dilarikan ke rumah sakit.

"Baiklah.. aku masuk."

Yang aku lihat pertama kali adalah tubuh Jungkook, terbaring lesu dengan tangan kanan yang diperban sampai ke sikunya.

Disampingnya ada Jimin dan Hoseok sunbae, dan di sisi sofa besar ada Namjoon, Yoongi, Taehyung, dan Jin sunbae.

Aku tidak tau harus bagaimana, melihat kekasihku terbaring lesu seperti ini membuatku ingin berada diposisinya.

"A-apa yang terjadi?" tanyaku sambil menghampiri tempat tidur Jungkook dan memegang lengan satunya.

"Ia meninju kaca kamar mandinya, saat ia melihatmu pergi. Kamarnya berantakan. Ini yang aku khawatirkan sejak kemarin. Aku takut ia bertindak sejauh ini." ujar Jimin.

"Jungkook-ah aku tau kau menyukai boxing akhir-akhir ini, tapi kaca kamar mandimu itu bukan benda yang harus kau tinju saat kau sedang marah.." cetus Hoseok sunbae.

"Hyeong aku b-bisa mendengarmu.." ucap Jungkook yang baru saja membuka matanya.

"Jungkook-ah.." cetus semua member sambil berkumpul di pinggir tempat tidurnya.

"Chaeyoung.."

"Dia disini.." ucap Jimin sunbae.

"Kenapa kau melakukan itu Jungkook-ah?" tanyaku sambil mengusap lembut rambutnya.

"Aku hanya marah pada diriku sendiri. Aku lepas kendali.."

"Aku tidak suka kau menyakiti dirimu sendiri. Jangan seperti ini."

Ia terdiam dan memejamkan matanya perlahan. Sampai Manajer Sejin mengetuk pintu.

"Jungkook-ah, ada Yeri ingin menjengukmu.."





To Be Continued..

StarStruckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang