21 - Morning Kiss

2.5K 267 4
                                    

Jungkook, ia seperti orang yang berbeda. Sifatnya berbeda 180 derajat dari Jungkook yang ku kenal seminggu lalu.

Entahlah, kita belum putus.

Mana mungkin ia frustasi hanya karena aku tidak memberikannya kabar.

Justru dengan aku memberikannya jarak, seharusnya ia lebih bisa berfikir jernih dan merenungkan kesalahannya.

Dan aku harus tidur lagi bersamanya. Iya satu kamar.

Aku mencoba mengetuk kamarnya, "Kau sudah tidur?"

"Belum, masuk saja."

"Aku masuk sekarang.."

Langkah pertama aku memasuki kamarnya, yang kulihat adalah tubuh kekarnya. Berkeringat.

Kau tau dia sedang apa? Olahraga.

Dia gila.

"Kau olahraga malam-malam begini?" Tanyaku.

"Apa peduli mu? Kau tidak membalas satu pun pesan yang aku kirim." Jawabnya ketus.

Aku mengernyitkan dahi, "Aku ingin kau berfikir jernih, Jeon Jungkook. Jangan seperti anak kecil."

"Bayangkan saja, aku mencarimu sampai ke rumah tadi. Lalu aku menemukan kalian makan berdua-duaan di tempat makan kesukaanku."

"Sudah kubilang aku dengan Hyeong mu itu tidak ada hubungan apapun. Hanya teman."

Jungkook tidak menghiraukan omonganku.

"Jawab aku.."

Ia masih diam, tidak ada jawaban apapun.

"JEON JUNGKOOK!"

Ia menoleh kearahku, memberikan tatapan sinisnya itu.

"Harusnya aku yang marah padamu karena kau tidur dengan perempuan itu!"

Jungkook menghela nafas.

"Chaeyoung-ah.."

"Apa lagi? Kau sekarang cemburu melihatku dengan Hyeong mu itu. Kau tau aku hanya mencintaimu!" Teriakku.

Jungkook terdiam lagi, berhenti melakukan apapun yang sedang ia lakukan dan memandangiku seperti ia sudah tersihir akan kata-kataku.

"Chaeyoung-ah.. aku merindukanmu.."

"Aku masih marah!"

"Maafkan aku.. " ujarnya sambil berlutut di hadapanku.

Kini ia kembali seperti Jeon Jungkook yang aku kenal.

"Kumohon kembalilah padaku, Chaeyoung-ah."

Aku masih belum maafkannya, ini terlalu sakit. Yang bisa aku lakukan adalah mengalihkan pembicaraan.

"Aku hanya menumpang tidur di kamarmu. Jangan macam-macam."

"Baiklah. Jangan salahkan aku kalau terjadi apa-apa ya?"

"Tidak akan terjadi apa-apa. Mandi sana, kau bau."

"Tidak kok, mau ku peluk?"

"Hah? Peluk? Tidak. Aku tidak mau."

"Yakin?"

"Tidak."

"Tawaranku hanya sekali.. kau yakin tidak mau merasakan pelukanku yang hangat ini lagi?"

"Kau ini kenapa sih? Aku tidak tertarik."

Jungkook tersenyum, dan melanjutkan melakukan olahraga malamnya.

Dan setelah setengah jam, ia langsung mandi.

"Chaeyoung-ah, kau mau ikut mandi?"

Aku menoleh kearahnya, "Kau!"

Ia hanya tertawa. "Kau berubah jadi macan lagi. Aku sedih."

Rasanya aku ingin tertawa, tapi aku ingin menjaga imageku di depannya.

Aku masih kesal dengan kejadian itu.

. . .

Jungkook's POV

Sebelum tidur, Chaeyoung membatasi tempat tidurku menjadi dua bagian.

Bagianku sebelah kanan dan bagiannya sebelah kiri.

"Jangan melewati batas ini ya!" ujarnya.

"Iya, aku tidak akan melewatinya."

"Dan jangan berani-berani memelukku!"

"Lihat saja siapa yang akan menghancurkan batas ini dan memeluk duluan."

"Jelas saja bukan aku!" cetusnya.

"Kau yakin 100%? Kalau kau yang memelukku duluan, aku dapat hadiah ya?"

"Baik! Jika kau memelukku duluan, tinggalkan aku sendiri sampai aku memaafkanmu 100%."

"Setuju!"

Kini sifatnya kembali menjadi Chaeyoung yang galak dan cuek, ia tetap pacarku yang paling aku sayangi.

Aku menyesali semua perbuatanku di masa lalu. Memang itu adalah rahasia pahit yang sudah aku tutupi sejak lama. Dan seharusnya aku menceritakan semuanya pada Chaeyoung.

Bagaimanapun caranya aku akan menyelamatkan hubungan ini.
.
.
.
.
Keesokan harinya, aku sudah menebak bahwa Chaeyoung akan memelukku duluan.

Karena ia tidak bisa tidur dengan posisi tidur orang normal lainnya.

Ia akan memelukku saat ia sudah tertidur lelap. Sudah pasti.

Lucu sekali bukan?

"Ah, Sudah pagi ya.." ucap Chaeyoung sambil memelukku erat.

Ia memejamkan matanya lagi.

Dan kini ia tersadar bahwa ia sekarang tidur dipelukanku.

"Ah shit, aku memelukmu duluan.." cetusnya sambil melepaskan pelukannya.

Aku hanya tersenyum melihat tingkahnya. Menggemaskan sekali.

"Sekarang mana hadiahku?"

"Hadiah apa?"

"Hadiah ciumku."

Ia bergegas mengambil selimut dan menutupi seluruh wajahnya. "Tidak ada!" cetusnya.

Aku membuka selimutnya pelan, "Chaeyoung-ah.."

"Apa?"

"Bolehkah?"

Wajahku semakin dekat dengan wajahnya, oksigen disekitar kami perlahan menipis.

Jantungku berpacu searah dengan urat-urat nadi.

Ia memejamkan matanya. Pipinya memerah, seperti biasanya.

Mencoba melumat bibirnya, membasahinya dengan lembut.

Kini aku bisa merasakan jantungnya berpacu di dadaku.

Morning kiss memang tidak pernah salah.

"Saranghae."
.
.
.
.
.
To Be Continued..

StarStruckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang