Chapter 17

746 110 13
                                    

Tiada henti aku menatapnya...
Demi Tuhan ini semua membuatku semakin buruk. Aku kembali merutuki diriku, ini semua salahku.

Maafkan aku, Yoongi.

Rasa simpatiku muncul begitu saja, sepertinya untuk saat ini aku memang harus memikirkan cara untuk memperbaiki kesalahanku terhadap lelaki itu lebih dulu daripada aku harus memikirkan bagaimana cara memperbaiki hubungan persahabatan Yoongi dengan Taehyung oppa.

Semuanya tidak akan berjalan dengan baik apabila dia masih membenciku.

Yang harus aku lakukan ialah, luluhkan hati lelaki itu. Hanya itu saja.

"Bagaimana ... keadaan-"

"Pergi." Dia mengusirku setelah melihatku. Ini merupakan respon awal yang buruk bagiku.

Bibirku serasa kelu untuk mengatakan satu patah kata lagi, akan semakin buruk jika aku terus berbicara.

"Hyung... kau boleh masuk ke asrama ini sesuka hatimu, tetapi ... bisakah kau tidak membawa orang asing kemari?"

"Yoongi-ah, tenanglah, Sohyun hanya membantuku saja. Setelah itu dia akan pergi, akan aku pastikan dia tidak akan mengganggumu..."

Yoongi mulai melangkah perlahan dengan tongkatnya mendekati Jin. "Dengan hanya melihatnya saja aku sudah terganggu hyung...."

Aku hanya bisa diam, tidak ada hak bagiku untuk berbicara lagi. Sepertinya dia semakin membenciku sekarang.

Yoongi berusaha untuk melangkah, perlahan namun pasti. Melewatiku begitu saja.

👣

Tanganku bergerak memotong-motong sayuran, meskipun sangat tak bersemangat aku tetap memaksakan diri untuk melakukannya.

Sedari tadi aku hanya mengikuti kemana perginya Jin. Karena dia tidak ingin melihatku diapa-apakan oleh para lelaki yang tinggal di asrama ini. Ya, sore tadi si penghuni asrama yang lain datang secara bersamaan.

"Kita akan masak banyak untuk hari ini, pastikan kau memotongnya dengan benar."

Setelah memotong sayuran aku mencucinya dengan cepat agar aku bisa menyiapkan bumbunya. "Tenang saja, meskipun begini aku juga pernah membantu ibuku memasak."

"Hanya membantu, tapi kan bukan kau sendiri yang memasaknya."

Aku meliriknya sekilas. "Kau memang ahli dalam mengejek orang ya, huh."

Lelaki itu tertawa. "Aku kan hanya bicara berdasarkan fakta."

Seperti itulah kami, terus memasak sambil berdebat hingga akhirnya masakan kami siap untuk disajikan.

Saat semua masakan sudah tersaji rapi di atas meja makan, Jin tiba-tiba meninggalkanku karena ia mendapat sebuah telepon masuk entah dari siapa.

Mungkin kekasihnya.

Tak sengaja aku mengintip. Aku mendengar ia menyebut "Ibu."

Tidak seharmonis seperti yang aku perkirakan, Jin sedang berdebat dengan ibunya.

Di saat aku sedang asik-asiknya mengintip Jin, seseorang mengejutkanku dari belakang. Membuat tubuhku menegang. Saat kulihat ternyata lelaki itu adalah Jungkook. "Kenapa lama sekali? Aku kan sudah lapar..." tuturnya dengan santai.

REVENGE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang