Chapter 34

593 89 3
                                    

Mata Jungkook melebar, rasa-rasanya seperti ada sesuatu yang mencekik lehernya, ucapan Jin benar-benar membuatnya tak mampu berkutik.

Sohyun mencengkeram lengan baju Jin, "Tidak perlu. Jangan memaksanya, dia masih belum siap."

Jin berdecak, "Itu hanya alasan."

"Sudahlah, jangan berdebat lagi." Sohyun mendekati Jungkook lalu mencoba menggenggam tangan lelaki itu. "Maaf... malam ini aku akan tidur di rumah. Aku tidak bisa ikut denganmu...."

Jungkook tak mau menatap Sohyun, ia sangat malu untuk saat ini. Melihat ekspresi itu, Sohyun jadi semakin merasa tidak enak. "Kita ketemu lagi besok eoh? Tunggu aku, besok aku kembali ke asrama." Meskipun begitu Sohyun tetap mencoba untuk menghibur kekasihnya itu. Lalu tak lama Jungkook pun memberanikan diri untuk menatap Sohyun. Lelaki itu mengelus rambut Sohyun, "Baiklah... kita ketemu lagi besok." Ujarnya sambil tersenyum.

Sohyun pun ikut tersenyum, "Tentu, kalau begitu aku pamit pulang dulu...." Lalu, ia pun mengawali untuk pergi, ketika ia memutar tubuhnya ... saat itu pulalah air matanya terjatuh. Seperti seseorang yang tak memiliki harapan dan tujuan.

Sekeras apapun aku mencoba, kau tetaplah engkau yang tak bisa menjadi lelaki yang aku harapkan.

Namun, aku tak akan pernah lelah dan tak akan berhenti untuk bersabar.

Karena aku mencintaimu, Jeon.

Jin mengekori langkah Sohyun, bahkan ia enggan untuk berpamitan ataupun memberi salam pada sahabatnya itu.

________

Ketika Jin dan Sohyun sudah kembali ke rumah, mereka melanjutkan obrolan mereka yang masih belum selesai.

Setelah tahu apa yang terjadi pada kehidupan sehari-hari Sohyun, kini saatnya Jin yang menceritakan tentang hubungan asmaranya yang penuh dengan drama.

Kehidupan yang serba diatur tanpa adanya kebebasan dan kesempatan untuk memilih keinginan dan cita-cita.

Ambisi kedua orangtua yang selalu meminta anaknya menuruti apapun yang mereka inginkan tanpa adanya pilihan ataupun kesepakatan, semua itu membuat Jin amat frustasi.

Bahkan, sampai-sampai Jin memilih untuk kabur dari rumahnya hanya ingin menikmati indahnya kehidupan yang ditentukan oleh dirinya sendiri.

Karena apa? Setiap manusia juga mempunyai hak atas dirinya sendiri.

Dan sekarang, Jin sudah merasa lega karena ia bisa memilih jalannya sendiri untuk meraih cita-citanya. Walau terkadang ibunya sering melarangnya untuk menjadi seorang chef. Namun, untuk kali ini Jin tidak mau lagi mengikuti perkataan ibunya.

"Bagaimana dengan tunanganmu itu? Dan bagaimana pula nasib Jian?"

"Tentu saja aku masih mencintai Jian. Aku tidak ingin menikah dengan Gyuri. Wanita itu-" Jin terdiam, ia kembali mengingat masa-masa dimana ia begitu amat mencintai Gyuri dulu.

"Kenapa...? Apakah sangat sulit? Kau tampak sangat membenci gadis itu."

"Dulu aku sangat mencintainya. Ketika kedua orangtuaku memperkenalkan kami, entah dengan maksud apa aku belum tahu. Yang jelas, saat pertama kali bertemu dengannya aku langsung terpikat, aku mengaguminya hingga akhirnya ketika aku tahu dia juga mencintaiku, kami pun segera jadian dan pacaran. Lalu setelah itu-"

Jin menahan napasnya sejenak, lalu ia hembuskan secara perlahan. Luka itu masih sangat terasa perihnya, ini semua terjadi karena ia telah memberikan semua rasa cintanya kepada gadis yang salah.

Kedua mata Jin berkaca-kaca. "Dia berkata padaku, 'Seokjin-ah, aku berat mengatakan ini, tetapi aku sudah tidak bisa menahannya lagi, aku ... tidak pernah benar mencintaimu, selama ini aku hanya pura-pura saja. Sejujurnya saja, aku sudah memiliki kekasih sebelum kau, maaf.'"

REVENGE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang