Sepulang kuliah dengan sangat buru-burunya Sohyun bergegas pergi. Hari ini ia ada janji bersama Yoongi untuk pergi ke kantor penerbit buku.
Sesampainya di sana Sohyun menolak untuk masuk, ia tidak enak karena merasa tidak diundang. Oleh sebab itu ia hanya menemani sampai di depan kantor.
Sebelum Yoongi masuk ke dalam kantor tersebut, antara ragu dan tidak ia kembali berbalik menghampiri Sohyun lagi, ada sesuatu yang perlu ia bicarakan.
Sohyun yang masih berdiri di tempat, merasa heran mengapa Yoongi berbalik padanya. "Ada apa?"
Yoongi terdiam sejenak sambil terus menatap gadis itu, "Kau tidak penasaran kenapa aku memintamu bertemu lalu menemaniku kemari?"
"Ha?" Sohyun tampak bingung harus memberi penjelasan apa, karena yang ada dalam pikirannya Yoongi memang membutuhkannya. "A-aku..."
Entah apa yang membuat Sohyun menjadi gugup. Tatapan Yoongi masih tak mau berpaling darinya.
Sohyun meremas ujung roknya,
"Bukankah kau memintaku menemanimu, itu kan alasannya? Kau pasti sangat gugup ke sini sendiri jadi kau membutuhkanku, benar kan?"Yoongi membuang muka ke samping sambil tersenyum tipis, lalu kembali menatap ke arah Sohyun. Lelaki itu memberanikan diri untuk menggenggam tangan Sohyun, "Kemarin kita menemui ibuku dengan status pacaran tetapi pura-pura. Kalau aku memintamu untuk menjadi kekasihku yang sesungguhnya apakah kau bersedia?"
Mata Sohyun terbelalak,
"Jangan bercanda! Kau ini–""Tidak. Aku serius!" Tutur Yoongi, lalu ia mengambil sebuah kotak kecil dari tasnya. Saat dibuka ternyata isinya adalah sebuah kalung. Ia memberikan kalung itu pada Sohyun. "Nanti malam aku tunggu di gedung bioskop, jika kau menerimaku maka datanglah dan pakai kalungnya."
"Bagaimana kalau misalkan aku tidak datang?"
Yoongi tertawa kecil, reaksi Sohyun itu terlihat lucu di matanya. "Kau harus tetap datang meskipun kau menolakku, jika kau tidak memakai kalungnya ... aku anggap kau telah menolakku."
Setelah mengatakan itu Yoongi kembali melangkahkan kakinya dengan pergerakan mundur, karena ia masih memperhatikan Sohyun yang masih terlihat shock di tempat.
"Jangan sampai telat!" Seru Yoongi.
Ketika bayangan Yoongi sudah tak tampak lagi, Sohyun menatap kalung itu. Haruskah aku datang?
👣
Tok! Tok! Tok!
Ceklek
Wajah pucat serta rambut yang acak-acakan, kaos putih kebesaran serta celana training yang dihiasi robekan kecil di bagian lutut. Itulah yang dilihat pertama kali oleh Sohyun saat Jungkook membuka pintu.
Mendengar suara ibu Jungkook terakhir kali pada telepon saat lelaki itu diminta meminum obat oleh ibunya, hal itu membuat Sohyun sedikit khawatir akan keadaan mantan kekasihnya ini.
Dan ternyata benar, lelaki itu memanglah kurang sehat. Jungkook mempersilakan Sohyun masuk ke dalam rumahnya dengan sangat antusias. Ia bahkan lupa bahwa dirinya sedang sakit, ia bersikap seolah-olah bahwa dirinya baik-baik saja.
Kebetulan juga ibu Jungkook sedang ke pasar, sehingga Jungkook sendirian di rumahnya. Satu lagi, meskipun sakit ... Jungkook masih sangat aktif bermain games.
"Sudah makan?" tanya Sohyun.
Jungkook tersenyum lalu menggeleng. Sungguh tidak ada alasan baginya untuk pergi bahkan berpaling, itu tidak akan terjadi. Kedatangan Sohyun yang langka ini tidak akan ia sia-siakan begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVENGE ✔
FanfictionDendam tidak akan menghasilkan apapun dan tidak akan merubah apapun. -Rasa sakit tidak bisa dihindari. Tetapi penderitaan adalah pilihan- __________ REVENGE Audiaparas 09-01-2019