Chapter 48

584 78 6
                                    

Jimin duduk bersandar pada tembok, menghilangkan segala rasa lelah serta ketakutan yang akhirnya bisa ia lawan selama bertahun-tahun.

Di sini di asrama ini, dimana ia bisa menghabiskan waktunya bersama teman-temannya merupakan sesuatu yang sangat menyenangkan melebihi apapun.

Menghabiskan waktu bersama mereka menjadi poin tersendiri baginya untuk tetap bertahan hidup dalam segala tekanan.

Memilih tinggal jauh dari rumah bukanlah perkara yang mudah baginya, menurutnya ini semua adalah kebebasan yang mestinya ia lakukan.

Hari ini semoga saja ia masih bisa merasakan kehangatan ini, kehangatan bisa memiliki teman serta kebersamaan ini ia ingin tetap merasakannya meskipun pada akhirnya alurnya akan berubah.

"Maafkan ayahku, maafkanlah dia karena sudah membuatmu serta keluargamu terkekang." Ujar Jimin, yang di sebelahnya saat ini terdapat Hosoek.

Hosoek menoleh dengan pikiran bingung, "Tidak, selagi aku masih diam bukankah semua akan tampak baik-baik saja seperti sekarang?"

"Maafkan aku juga ... karena berteman denganku membuatmu jadi menderita."

Hoseok menyikut lengan Jimin, "Hei, ngomong apa kau ini, kata siapa aku menderita? Tidak tuh, faktanya aku masih suka tersenyum, menderita apanya."

"Hyung... aku takut, aku takut mereka akan membenciku."

Hosoek merasakan ada sesuatu yang aneh pada Jimin, wajahnya mengekspresikan kesedihan yang amat mendalam. "Tidak ada alasan bagi mereka untuk membencimu, Jimin."

"Aku sudah menyakiti Taehyung, tentu saja jika semuanya terbongkar maka mereka pasti akan membenciku."

Hosoek pun mulai bersedih, ia juga amat menyesal karena telah menjadi orang jahat bagi temannya sendiri, terkadang rasa bersalah itu ada namun mengingat lagi bagaimana nasib keluarganya ia memang sudah tidak punyai cara selain melakukan jalan yang salah ini.

"Taehyung sudah tahu semuanya."

Mata Hosoek melebar, "Apa?! Bagaimana bisa dia tahu?"

"Jin hyung melihatnya, ia tahu bahwa ayahku yang menabrak Sara." Ujar Jimin, "Hyung, kau tahu sendiri kan ayahku tidak sengaja menabraknya, gadis itulah yang berlari ke arahnya, dia sendiri yang berusaha mendekatkan dirinya dalam kematian, tetapi kenapa harus ayahku...?"

"Jika dipikirkan lagi, memang benar ayahmu yang menabraknya tetapi di sisi lain gadis itu juga berusaha untuk mengakhiri hidupnya."

Ingin sekali rasanya Jimin berteriak dan menangis, hari ini ia telah membuat sebuah keputusan yang sangat berat. Ia harus siap berpisah dengan salah satu keluarganya.

Jimin tak ingin lagi membuat Hoseok serta keluarganya tertekan karena telah mendapat ancaman dari ayahnya agar Hoseok tutup mulut, karena ia tahu jelas bagaimana kejadian kecelakaan itu.

"Hyung..." Lirih Jimin, "Mulai sekarang kau tak perlu merasa khawatir lagi. Siang tadi aku berkunjung ke kantor polisi."

"Jimin-ah kau...,"

"Seseorang harus bertanggungjawab atas perbuatannya." Ucap Jimin, mengingat ucapan Taehyung padanya.

👣

Tok! Tok! Tok!

Beberapa ketukan pintu berbunyi dari luar, Sohyun yang tengah sibuk mengerjakan tugas kuliah terpaksa berhenti sejenak untuk membuka pintu.

Setelah dibuka, perasaan senang serta kesal bercampur menjadi satu. Memang tadi pagi lelaki di depannya ini tidak kelihatan sama sekali.

Perlu diingat, meskipun dalam hati Sohyun begitu amat senangnya namun mimik wajahnya mengatakan sebaliknya. "Apa lagi? Tidak bosan-bosan ya mencariku terus." Ujar gadis itu bersikap tak peduli.

REVENGE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang