Ibu Jin masih tak ingin pergi dari Asrama, ia menginginkan putranya kembali ke rumahnya dan menerima perjodohan yang telah direncanakannya sejak lama.
Meskipun Jin termasuk tipe anak yang keras kepala, sang ibu masih tetap berusaha keras membujuknya dengan cara halus bahkan keras sekali pun.
Bukan maksud hati ingin menjadi anak durhaka, tetapi keputusan ibunyalah yang membuat Jin bertindak semacam ini. Berbuat seolah-olah ia adalah anak yang tak dapat diatur sama sekali. Tentu bukan semacam itu.
Jin hanya ingin mengeluarkan pendapat dan juga haknya sebagai anak. Cinta itu pilihan bukan? Tentu saja Jin berhak memilih mana pasangan yang baik dan sesuai dengan hatinya, bukan seorang pendamping yang syukur-syukur ibunya pilihkan untuknya. Meskipun baik di mata ibunya, tentu belum tentu baik bagi Jin.Yang Jin butuhkan hanya satu, yaituu H A K-nya.
Pikirannya jadi tak karuan karena masalah ini. Jika ia terus menerus memberontak, tentu ibunya tidak akan pernah tinggal diam di tempat.
"Kemarin-kemarin aku dengar eomma mengganggu Jian dan keluarganya. Sekarang ... kau tiba-tiba saja datang ke asrama lalu menampar temanku, Sohyun?! Anda sangat keterlaluan, sangat-sangat keterlaluan." Rasa sesak di dada menjadi satu dengan kemarahan Jin. Tindakan ibunya telah melampaui batas.
"Apa kau pikir ibu akan diam saja melihatmu bersama gadis lain?! Kau ini sudah ibu jodohkan! Jadi turuti saja perkataan ibumu ini!"
"Aku sudah tidak mencintainya lagi, aku pun sudah memiliki seorang kekasih. Apakah semua itu tidak cukup untuk aku jadikan alasan, eomma...?"
Ibu Jin begitu sangat lelah menghadapi putranya ini, sepertinya sebuah perkataan tak cukup untuk membuat putranya itu menurutinya. Satu-satunya cara ialah sebuah tindakan yang dapat membuat hati Jin luluh.
Wanita paruh baya itu mengambil ponselnya di dalam tas kemudian menelpon seseorang. "Bagaimana, apa sudah beres?"
Bibir ibu Jin tersenyum seolah mendengar kabar yang menyenangkan dari seberang sana. Selesai mengobrol melalui telepon, ia pun kembali menatap Jin. "Sepertinya kau harus menghubungi kekasihmu itu untuk yang terakhir kali, Jin-ah...."
Alis Jin terangkat sebelah.
"Apa maksudmu?""Mungkin Jian dan keluarganya sudah sampai di bandara sekarang-"
"EOMMA!!!" Sentak Jin dengan kedua mata yang menajam serta dipenuhi dengan cairan bening yang menumpuk memenuhi kedua bola matanya. Tindakan yang ia lakukan selanjutnya ialah segera menghubungi Jian. "Apa yang kau lakukan pada mereka?! Jika terjadi sesuatu aku tidak akan pernah memaafkanmu!"
Jin sangat frustasi, nomor Jian sudah tidak aktif lagi. "Jian-ah, aku mohon ... aku mohon... aktifkan nomormu...."
"Jika kau tidak ingin dia pergi meninggalkan negara ini maka cukup penuhi permintaan ibumu ini."
Jin mengacak rambutnya kasar, dia sungguh amat gerah dengan tindakan ibunya yang semakin menjadi. "Sampai kapan kau akan terus menerus memaksaku dan melukai perasaanku...? Apakah aset perusahaan lebih penting dibandingkan dengan kebahagiaan anakmu sendiri...? Kalau begitu... mengapa kau lahirkan aku di dunia ini?!! Kenapa?!!"
"Cukup Kim Seokjin! Sepertinya kau benar-benar akan kehilangan kekasihmu itu untuk selamanya!"
Kembali ibu Jin menelpon seseorang dan berkata. "Habisi saja semuanya, SEKARANG!!"
Kedua mata Jin melotot begitu amat lebarnya. "Eomma! Tidak!" Jin merampas ponsel itu dari genggaman ibunya.
"JANGAN MACAM-MACAM KAU!"
KAMU SEDANG MEMBACA
REVENGE ✔
Fiksi PenggemarDendam tidak akan menghasilkan apapun dan tidak akan merubah apapun. -Rasa sakit tidak bisa dihindari. Tetapi penderitaan adalah pilihan- __________ REVENGE Audiaparas 09-01-2019