Tak pernah melihat satu sama lain namun hubungan kala itu sangatlah harmonis. Dengan hanya berkomunikasi melalui surat, rasa itu akhirnya sedikit demi sedikit mulai tumbuh.
Bermula dari teman mengobrol, lalu berubah menjadi sahabat, hingga mereka memutuskan untuk bertemu. Namun, belum sempat pertemuan itu terjadi ... entah mengapa semuanya menjadi sangatlah sulit. Jawaban yang dinanti-nanti telah hilang entah mengapa dan entah apa alasannya.
Apa alasan Sara menahan semua surat itu?
Siapa yang akan memberi jawaban?
Seperti tak ada harapan, begitulah nasib hubungan Yoongi dan Sohyun. Hubungan keduanya seolah lenyap seperti Sara yang telah meninggalkan dunia ini.
Dengan kegigihan diri dan rasa ingin tahu yang tinggi akhirnya Sohyun memilih untuk menelusuri semuanya sendiri.
"Apa yang kau lakukan di situ?"
Tubuh Sohyun menegang ketika ia mendengar suara Yoongi yang amat jelas bahwa dia sekarang berada di belakangnya. Mati aku....
Apa yang harus aku lakukan sekarang...?
Dengan pergerakan cepat Sohyun merapatkan gembok itu lagi lalu mengambil kuncinya. "Ta-tali sepatuku le-lepass...," ucapnya sedikit terbata.
Ia sadari bahwa ia memang terlalu lama berada di dalam kamar itu, yang ia pikirkan sekarang semoga saja ia selamat.
"Jadi dari tadi kau berada di sini? Kenapa tidak keluar? Kau juga berkata padaku katanya ada yang mencariku di luar sana, tapi di sana tidak ada siapa-siapa. Kau tidak sedang berbohong padaku kan?"
Raut wajah Sohyun memucat, jika ketahuan maka tamatlah riwayatnya. "Tadi ada kok,"
Yoongi memajukan langkahnya, "Kau tidak menyembunyikan sesuatu kan dariku?" Tatapan Yoongi menurun membuat Sohyun melototkan kedua matanya, dahi Yoongi mengernyit setelah menatap kotaknya, kemungkinan besar ia curiga. "Kau tidak menyentuh kotak itu kan?"
Mata Sohyun mengerjap, "Aku tak sengaja menyenggolnya ta-tadi,"
"Minggir," titah Yoongi.
Sohyun pun menggeser tubuhnya ke samping, lalu Yoongi berjalan lurus ke arah lemari. Hal itu semakin membuat Sohyun panik, karena kunci gembok kotak itu masih ada padanya. "M-mau apa?!" Tanya Sohyun.
"Bukan urusanmu." Sahut Yoongi, mengacuhkan.
Seperti kebakaran jenggot, begitulah yang dirasakan Sohyun. Aduh! Aduh! Aduh! Hatinya berteriak tak karuan.
Rasa takutnya sudah mencapai ubun-ubun, ketika Yoongi mengulurkan tangannya pada gagang pintu lemari.
Drt... drt... drt...
"Ada telpon!" Seru Sohyun.
Yoongi memutar kepala lalu mengambil ponsel yang diberikan Sohyun padanya. Lelaki itu tersenyum sebelum mengangkat telepon tersebut, "Halo, Saeron..."
"Sibuk apa?"
Yoongi mengusap telinganya dengan gerakan jemarinya yang melambat. "Eemmm... aku sedang... sedang berdiri," jawabnya sambil menghiasi obrolan dengan tawa di bagian akhir.
"Tidak bosan di dalam asrama terus menerus? Bagaimana kalau kita jalan-jalan?"
"Kau ingin jalan-jalan denganku? Dengan laki-laki pincang sepertiku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
REVENGE ✔
FanfictionDendam tidak akan menghasilkan apapun dan tidak akan merubah apapun. -Rasa sakit tidak bisa dihindari. Tetapi penderitaan adalah pilihan- __________ REVENGE Audiaparas 09-01-2019