Chapter 43

539 87 5
                                    

Melihat tingkah Nara yang sedikit aneh, ada sesuatu yang membuat perasaan Yoongi menjadi tidak enak.

Mencoba untuk menghilangkan pikiran buruknya pada Nara, ia kembali melanjutkan niatnya untuk memasak Udon.

Sekilas tatapannya mengarah pada wajan serta ayam goreng gosong yang ditiriskan. Ibunya membersihkan dengan lap sisa-sisa minyak yang terciprat ke mana-mana.

Wajah ibunya masih tampak merengut, entah apa yang membuatnya kesal seperti ini.

Air yang dimasaknya sudah mendidih, Yoongi pun memasukkan Udon ke dalam air panci yang mendidih itu.

"Aku sudah memasak untukmu, tetapi kau malah memasak Udon?!" Ucapan nyonya Min meninggi, seolah menunjukkan rasa kesalnya.

Yoongi menggaruk kepala sambil mendengus, "Aku hanya ingin makan Udon."

Tangan nyonya Min terangkat lalu berkacak pinggang, "Yoongi-ah... sekali saja, ibu mohon dengarkan ucapan ibumu ini...." Tangan itu kembali menurun, ibunya itu melanjutkan untuk bersih-bersih.

Yoongi segera mematikan kompor, ia mengambil satu potong ayam goreng yang tidak terlalu gosong lalu dimakannya. "Enak." Ucapnya sambil mengunyah, "Masakan ibu terbaik." Ia mencoba membuat ibunya itu senang.

Seulas senyuman pun terukir, "Anak nakal," gumam ibunya. "Yoongi-ah...."

"Kenapa Bu?"

Nyonya Min merendam lap ke dalam wadah yang berisikan air, dikucek lalu dilipat dan disisihkan. Sekarang urusan dapur sudah selesai. "Tinggallah lagi di rumah ini...."

Tatapan Yoongi menurun, ia terdiam belum mau menjawab.

"Ibu sangat kesepian, ayahmu jarang pulang, apalagi dirimu yang pulang hanya satu bulan sekali, bahkan lebih dari satu bulan pun kau pernah tak pulang."

Sekali lagi, Yoongi masih terdiam.

"Lagi pula kau bisa lebih hemat kan kalau kau tinggal di rumah ini. Universitasmu juga dekat dengan rumah kita, Yoongi..."

"Apanya yang hemat?" Ujar Yoongi, ia kesal sendiri ketika mendengar ucapan ibunya ini. "Aku menggunakan uang ayah yang seharusnya menjadi milikku dan juga milik ibu. Bukan orang lain! Sebelum uang ayah jatuh pada wanita sialan itu–" napas Yoongi tertahan, ia mencoba meredam amarahnya. Sangat tidak pantas apabila ia berkata semacam ini di depan ibunya.

Ibunya itu melangkah mendekatinya lalu merengkuhnya. "Yoongi-ah... haruskah ... ibu berpisah dengan ayahmu...?"

Rahang Yoongi seketika mengeras, seperti ada sesuatu yang menusuk jantungnya. Mendadak napasnya tercekat.

"Bagaimana? Apa kau setuju? Ibu ... sangat lelah, harapan ibu satu-satunya hanya dirimu sayang... kembalilah tinggal di sini, temani ibumu ini dan ... menikahlah dengan Nara."

"IBU!! CUKUP! Aku tidak ingin–"

"Di saat kau dan ayahmu tidak ada di sisi ibu, hanya Nara ... hanya Nara yang selalu menemaniku, hanya dia yang mengisi kekosonganku. Kembalikan saja uang ayahmu itu, kau bisa tinggal bersama ibu, ibu masih bisa membiayai kuliahmu tanpa bantuan dari ayahmu. Ibu memutuskan untuk positif bercerai dengan ayahmu."

Dalam pikiran Yoongi sama sekali tidak terlintas bayangan tentang kedua orangtuanya yang berpisah.

Seberantakan itukah kehidupan keluarganya sehingga ibunya meminta untuk bercerai dengan ayahnya.

REVENGE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang