Chapter 40

639 102 13
                                    

Yoobi noona?

Yoongi buru-buru merampas ponselnya dan segera membaca isi pesan dari Yoo-Bi itu. Ia termenung sendirian mengabaikan pertanyaan Sohyun padanya.

"Aku ini bertanya padamu, Yoongi."

Yoongi menatap Sohyun, "Iya? Oh dia adalah–" Ucapan Yoongi terhenti ketika mendapat pesan masuk lagi dari Yoo-Bi, mimik wajahnya berubah seketika. "Ini serius...?" gumamnya.

"Apanya yang serius?" Tanya Sohyun, entah mengapa ia jadi sedikit kesal karena diabaikan. "Siapa sih?"

"Itu Yoobi noona, dia adalah seorang staff di sebuah perusahaan penerbit buku."

"Penerbit buku? Lalu kenapa dia memberimu pesan...?"

"Dulu aku pernah memberikan naskah buku padanya sampai akhirnya diterbitkan."

"Jadi kau penulis? Kenapa kau tidak cerita padaku?"

Yoongi menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal, "Ya sebenarnya aku ini tidak berniat untuk menjadi penulis, aku hanya menuangkan sesuatu yang ada dalam pikiranku saja. Tapi entah mengapa semua itu telah menjadi sebuah karya, akhirnya aku pun memberikan tulisanku itu pada Yoobi noona yang dulunya adalah seniorku di sekolah dasar."

"Tadi kau bilang hanya seorang staff, tapi ternyata kau pernah satu sekolah?"

"Iya, tapi kan masih kecil. Kami hanya kembali bertemu ketika aku sudah menginjak remaja."

"Lalu?" Sohyun semakin penasaran dengan wanita itu. "Hanya sebatas itu kan?"

Yoongi tersenyum nakal, lalu ia kembali menatap ponselnya dan membalas pesan dari Yoo-Bi. "Memangnya kenapa? Kalau tidak terbatas bagaimana?"

Sohyun menutupi layar ponsel itu dengan telapak tangannya. "Kalau orang lagi bicara itu diperhatikan." Gadis itu menatap lurus pada Yoongi, lelaki itu pun ikut menatapnya. "Tidak terbatas seperti apa?"

"Kenapa kau ingin tahu?"

Seperti ada sesuatu yang tertahan di tenggorokan Sohyun, rasanya berat sekali. "Ya hanya... hanya ingin ta–hu saja," ujarnya sedikit tergagap. "Ya sudah, aku tidak ingin tahu deh!"

"Hmm, kok kamu kesal?"

"Tidak tuh, sok tahu." Sahutnya cepat, wajahnya sudah merona merah. "Aku tidak pernah melihatmu menulis." Ujarnya sedikit melirik Yoongi.

"Aku sudah berhenti, sejak dua tahu yang lalu. Segala rutinitas itu aku hentikan."

"Dua tahun yang lalu? Bukankah itu ... jangan katakan kalau kau berhenti karena–"

Yoongi menurunkan pandangannya,
"Aku tidak bisa menjelaskan bagaimana perasaanku saat itu. Aku kacau sekali, aku kehilangan dua orang penting dalam hidupku. Kehilangan Sara dan dirimu, hatiku sangat kosong saat itu. Rasa-rasanya aku sudah tak bersemangat lagi untuk melanjutkan hidup. Jadi, aku memutuskan untuk berhenti menulis."

Sohyun mengulurkan tangannya pada bahu Yoongi dan menepuknya pelan, "Kau pasti bisa memulainya kembali...."

Lelaki itu menggapai tangan itu lalu digenggamnya, tatapannya yang menurun kembali lurus. "Terima kasih...." Ucapnya, "Sebenarnya aku masih sangat kesal, kau tidak membalas suratku setelah aku mengungkapkan perasaanku, kenapa? Kau menolakku ya?"

Di saat seperti ini mengapa harus membahas surat itu, Sohyun jadi semakin salah tingkah. Yoongi benar-benar serius ya? Mungkinkah sampai detik ini pun rasa itu masih ada dalam hatinya?

"Tidak, bukan begitu!" Seru Sohyun, membenarkan. "Aku belum menerima surat itu."

Melebarlah kedua mata Yoongi.
"A-PA?! Bagaimana bisa?"

REVENGE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang