Aku mengetuk salah satu pintu ruang meeting di lantai satu, kulihat Ilen tidak sendirian di dalam ruangan. Ada seorang wanita dengan tata rambut sempurna dan setelan blazer yang serasi padanannya atas dan bawah. Wanita itu membelakangiku dan tengah berdiskusi serius dengan Ilen. Ilen berseru, tanpa berdiri dari tempat duduknya, mempersilakan aku masuk. Wanita itu ikut menoleh ke arah suara.
Astaga. Ibu Rani ada di sini juga.
Lusinta Rani, atau yang lebih akrab disapa Bu Rani adalah Direktur Human Resources PT. Asuransi Gemintang. Ilen report langsung ke Bu Rani untuk area sales recruitment. Seharusnya memang posisi manajer yang lapor langsung ke Direktur, namun untuk sales recruitment, Bu Rani berpikir tidak perlu sampai ada posisi manajer. Makin beruntunglah Ilen dengan posisinya yang strategis itu, leluasa berkoordinasi dengan bos besar.
Kenapa Bu Rani sampai ikutan ada di sini ya.
Aku masih bertanya-tanya dalam hati ketika membuka pintu ruangan, pun saat telah menempelkan badanku pada kursi meeting tepat di hadapan Bu Rani. Seperti membaca raut mukaku, Bu Rani lebih dulu membuka suara sebelum Ilem sempat menyapaku.
"Kamu pasti kaget ya kenapa dipanggil hari ini?" suara Bu Rani lembut. Bu Rani memang memiliki pembawaan tegas dan sedikit membuat orang seperti terintimidasi, namun aslinya beliau sangat keibuan dan benar-benar cocok mengayomi departemen kami yang rata-rata perempuan isinya.
Tampak menunggu jawabanku, Bu Rani tidak melanjutkan kata-katanya. Aku hanya mampu mengangguk.
Bu Rani tersenyum, "Kamu pasti sudah dengar Mutia telah mengajukan surat pengunduran diri?"
"Baru saja, Ibu. Nina dan Lucky yang memberitahu," jawabku dengan menyebutkan nama asli Nindon. Nindon memang nama panggilan sayang yang kami berikan untuk Nina Viadya, tentu Bu Rani tidak akan paham apabila aku mengucapkan Nindon.
"Pasti cukup mengejutkan untuk kalian ya, keputusan Mutia ini. Saya sendiri tidak percaya ketika Ylenia menyampaikan kabar ini kepada saya. Terlebih," Bu Rani berhenti sebentar dan menengok kepada Ilen yang tertunduk. "Ketika sekarang sales recruitment masih jauh sekali dari target," lanjut Bu Rani sambil berdeham. Sepertinya Ibu Rani tidak enak harus menyinggung target di situasi saat ini.
"Saya sudah mencoba bicara dengan Mutia, mengingat Mutia telah cukup lama bekerja untuk Gemintang." Bu Rani menghela napas. Aku sampai tidak menyadari kalau sedari tadi pun ikut menahan napas dengan beliau. "Namun sepertinya keputusan telah bulat. Mutia bahkan sudah memasukkan semua sisa cuti yang masih dimiliki untuk pengganti one month notice*-nya. Hari ini akan menjadi hari terakhir Mutia dengan Gemintang."
Aku membelalakkan mata. Hari ini hari terakhir Mutia di kantor? "Boleh saya tahu sejak kapan Mutia memasukkan surat resign, Bu? tanyaku penasaran. Tidak mungkin dia baru memasukkannya minggu ini. Ada banyak prosedur yang harus dilalui sebelum karyawan benar-benar bisa meninggalkan pekerjaannya.
Bu Rani menoleh ke arah Ilen, seperti memberi kode pada Ilen untuk melanjutkan.
"Sudah sekitar dua minggu yang lalu, Let. Sekitar waktu elu di Surabaya, cuma gue minta Mutia untuk merahasikan dari yang lain dahulu. Mengingat target kita masih banyak," jawab Ilen.
Target mah selalu saja ada dan selalu banyak, mau sampai kapan juga. Tentu saja komentar ini hanya kusimpan dalam hati.
"Karena cukup mendadak ini, tentu saja gue belum dapat pengganti Mutia. Makanya, gue mau pindahkan elu ke Metro, Let. Menggantikan Mutia."
Kali ini aku melongo. Entah sudah keberapa kalinya hari ini.
Pindah.
Ke.
Metro.
Metro tuh enak kok, Let. Kandidat melimpah dan usernya pintar-pintar. Yah, paling targetnya saja bikin pusing dan usernya kalau ngejar-ngejar kandidat kayak orang gila. Tiba-tiba aku teringat kata-kata Nindon.
Astaga, pegang regional saja hidupku hanya untuk bekerja, bagaimana dengan handle Metro?
***
catatan:
*one month notice: (istilah) jangka waktu standar pengunduran diri, satu bulan sebelumnya memberitahukan.
Berikut gambaran struktur organisasi Sales Recruitment untuk kemudahan referensi:
KAMU SEDANG MEMBACA
Recruiter Lyfe - (TAMAT)
ChickLitSeperti apa kisah kehidupan Niar Arleta sebagai sales recruiter dengan target puluhan kandidat setiap bulannya? Pastinya, kurang tidur, akhir pekan terpakai untuk bekerja dan selamat tinggal kehidupan sosial. Untungnya Leta punya teman-teman sesama...