"Hanya ada sebanyak ini kandidatnya?" Audrey melihat tumpukan dokumen yang kuberikan di atas mejanya.
Saat ini aku sedang menyerahkan daftar akhir nama-nama kandidat untuk masuk kelas training di Sales Academy.
"Seharusnya ada satu lagi, tapi kandidatku dari Bali ternyata nggak lolos mcu-nya," jawabku, kembali teringat akan Wayan Astika yang entah sedang apa hari ini. Semoga benar sedang liburan. Tapi saat liburan menerima kabar buruk..., ah sudahlah bukan aku yang memintanya datang ke Jakarta.
"Berarti nggak ada satupun peserta dari Bali dong ya? Makin jauh saja ini target cabang Bali terpenuhi."
"Iya Mbak, susah sekali cari kandidat di Bali. Mereka lebih memilih kerja di industri pariwisata," jawabku tidak mau kalah. Benar deh, ini bukan hanya sekedar alibi. Mencari orang yang mau kerja di luar industri pariwisata di Bali itu sungguh susah.
"Terus yang Metro juga masih kurang banyak nih."
"Aku kan belum dua minggu, Mbak, pegang Metro. Ini sambil catch-up kok, ada dua area yang harus kuurus sekarang," elakku. Enak saja dia main menghakimiku, saat ini aku masih pegang dua posisi karena penggantiku di posisi sebelumnya belum ada.
"Oh gitu," Audrey sibuk mengecek dokumen-dokumen yang aku serahkan, dengan data yang ada di laptopnya. Sepertinya sedang menyamakan informasi nama-nama calon peserta training. "Padahal jumlah kandidat Surabaya, Balikpapan dan Makassar pun tidak banyak loh ini," lanjutnya sembari membetulkan letak kacamatanya.
Sial. Benar sih dia. Mati kutu nih aku sekarang.
"Ada dua dokumen juga nggak lengkap nih, punya Adi dari Medan nggak ada kopi identitas diri. Lia yang dari Balikpapan serta ada dua dari Makassar, nggak ada kopi ijazah terakhirnya. Terus yang Metro sih paling banyak bolong-bolong kelengkapan dokumennya, tapi kamu bilang kan baru pegang ya, tapi tetap kerjaan kamu kan ya ini buat melengkapi," lanjut Audrey panjang lebar tanpa melepaskan pandangannya dari layar laptop.
"Ini Aurel Pradnya juga ternyata mcu-nya nggak fit, nggak bisa ikutan training dong," kali ini Audrey mengarahkan pandangannya ke arahku.
"Eh masak Mbak?' tanyaku kaget, berusaha melihat layar laptop Audrey. Aurel adalah salah satu kandidat hasil job fair Surabaya kemarin, salah satu kandidat terbaikku. Mana mungkin aku terlewat mengecek dokumen-dokumennya.
Audrey mengarahkan layar laptop ke arahku dan memperlihatkan hasil mcu yang kukirimkan sendiri kepadanya melalui surel.
Astaga, bagaimana bisa. Aku merasakan wajahku memanas. Aurel sudah di Jakarta, aku tahu pasti, karena besok memang hari pertama training. Dia pasti sudah siap menghabiskan paling tidak dua minggu di Jakarta.
"Nggak bisa ikut training dong ya, Mbak," tanyaku kelu.
"Ya menurut kamu gimana," serunya pendek, kembali fokus melakukan pengecekan pada dokumen lainnya.
"Pulangnya bagaimana ya, Mbak?" Seluruh akomodasi serta transportasi training dilakukan oleh Sales Academy. Sejauh ini aku tidak pernah mengalami masalah seperti ini. Ini kali pertama aku salah melakukan pengecekan kandidat. Ya Tuhan, ada apa denganku.
"Kerjaanku masih banyak nih, training akan mulai besok. Kamu urus sendiri saja, pakai budget Sales Recruitment ya," putusnya langsung. Benar-benar 11-12 kelakuannya seperti sahabatnya, yang sayangnya adalah bosku sendiri.
Melangkah gontai ke arah meja kerja, aku hanya mampu menghela napas. Mati aku. Ilen bisa mengamuk kalau sampai dia tahu ada pembengkakan budget yang tidak perlu, karena kesalahanku dan berhubungan sama Audrey pula. Makin lah dia pikir aku tidak becus bekerja.
Aku baru saja berpikir langkah lanjutan, serta alasan apa yang harus kuungkapkan pada Ilen, ketika kurasakan seseorang menyentuh pundakku. Aku menoleh dan mendapati Timmy tersenyum, sambil menyentuhkan telunjuk tangan kanan di bibirnya. Timmy adalah rekan kerja Audrey, mereka sama-sama mengurus logistik training.
"Tenang saja Mbak, nanti aku yang urus tiket kepulangan Aurel ya. Biar aku juga yang bicara sama dia deh."
Aku menganga. "Nggak apa-apa Tim? Ini semua salahku," tanyaku masih bingung.
"Tenang saja, Mbak. Sales Academy tuh punya petty cash untuk kejadian-kejadian tak terduga seperti ini tahu nggak? Ini kan bukan kejadian pertama ada kandidat harus pulang karena bermacam keadaan. Mbak Audrey sering tuh salah kirim jadwal penerbangan malah, jadi ada saja yang ketinggalan pesawat dan harus dipesankan tiket baru."
Aku kembali menganga. Kurang ajar benar Audrey, sudah bukan 11-12 lagi ini mah kelakuannya dengan Ilen. Sudah 12-12 malah, kalau memang ada istilah itu.
***
Ternyata yaaaa.... dua sahabat ini kelakuannya sama saja.... senang bikin orang susaaaahhh.....
Semoga Leta bisa bertahan!
Ada Aminnn??
KAMU SEDANG MEMBACA
Recruiter Lyfe - (TAMAT)
ChickLitSeperti apa kisah kehidupan Niar Arleta sebagai sales recruiter dengan target puluhan kandidat setiap bulannya? Pastinya, kurang tidur, akhir pekan terpakai untuk bekerja dan selamat tinggal kehidupan sosial. Untungnya Leta punya teman-teman sesama...