Tanpa terasa, setelah puluhan lagu dan keriuhan suara sumbang bersatu, sesi karaoke berakhir juga pukul sebelas malam. Empat jam aku akhirnya terlarut dengan kegilaan Nindon yang bersatu sangat baik dengan Lista. Anak baru itu makin lama bergabung, makin terlihat sama liarnya dengan Nindon ternyata. Hanya mereka berdua, namun mampu membakar semangat kami semua untuk benar-benar lepas di dalam ruang karaoke.
Lista pula yang akhirnya mampu meyakinkanku menyanyikan beberapa lagu sendirian. Suaraku sebenarnya cukup bagus, begitu biasanya pujian yang kuterima, tapi memang aku tidak terlalu suka menyanyi di ruang publik. Hanya bernyanyi di depan keluarga dan teman-teman terdekat saja yang membuatku nyaman.
Malam ini benar-benar membangkitkan kembali semangatku, setelah beberapa bulan belakangan ini hanya memikirkan pekerjaan yang seperti tak pernah selesai. Kalau dipikir-pikir, beruntung juga aku memiliki rekan kerja yang sangat memahamiku. Benar juga kalau dibilang dalam pekerjaan kita tidak mungkin memiliki segalanya, tapi pasti ada keuntungan yang didapat. Misalnya saja selain rekan kerja yang menyenangkan, aku juga mendapat kesempatan bekerja di perusahaan besar serta memperoleh kompensasi yang sangat bagus di Gemintang. Tentu saja di sisi lainnya aku harus berhadapan dengan tumpukan pekerjaan serta memiliki bos dan user yang banyak mau.
"Suara kamu bagus juga," ujar Ibra dari sisi kananku, berusaha mensejajarkan langkahnya.
Berbicara soal user yang banyak mau, entah kemalangan apa yang menimpa hingga berakhir dengan Ibra mengantarkanku pulang. Sementara anak-anak pesan taksi online bareng-bareng.
"Terima kasih," jawabku pendek, tidak berminat melanjutkan pembicaraan. Pikiranku sibuk memikirkan harus bersikap seperti apa nanti di dalam mobil berdua Ibra. Jarak kantor ke rumahku bisa mencapai satu jam dengan mobil, terutama karena sedang ada kegiatan penggalian di dekat area rumah. Terakhir kali Ibra mengantarkanku pulang, selepas job fair Bandung, hanya memakan waktu lima belas menit dan sebagian besar dihabiskan dengan aku mengarahkan jalan.
"Arah sini," ujar Ibra mengarahkanku ketika kami sudah sampai di area parkir.
"Oh oke," jawabku pelan sambil berjalan mengikutinya. Mungkin karena terangnya cahaya area parkiran, baru sekarang aku melihat dengan jelas mobil Ibra dan entah mengapa, terasa semakin mengintimidasi.
Sebelum aku sempat melangkah ke arah kursi penumpang, Ibra mendahuluiku dan membukakan pintu mobil.
"Eh, aku bisa sendiri," ujarku bingung melihat tingkah Ibra.
"Courtesy," jawab Ibra sambil tersenyum. Setelah memastikan aku sudah masuk ke dalam mobil dan mengenakan sabuk pengaman, ia bergegas kembali ke kursi pengendara.
"Kita lewat Senopati?" tanyanya setelah menyalakan mesin mobil.
"Boleh saja," jawabku.
Ibra menjalankan mobil keluar area parkir dengan halus, sepertinya dia tampak menikmati aktivitas menyetir sampai sama sekali tidak berniat membuka obrolan. Seharusnya aku senang sih karena tidak perlu berbasa-basi dengannya, tapi rasanya aura kecanggungan sungguh terasa kental di antara kami. Tidak nyaman sekali rasanya.
"Mobilnya besar sekali ya, Mas," ujarku tanpa sadar dan langsung menyesali diri kenapa bisa komentar itu yang pertama kali keluar.
"Maksudnya?" tanya Ibra sambil memandang bingung ke arahku. Untung saja mobil tengah berhenti menunggu lampu merah, sehingga tidak mengganggu konsentrasinya menyetir.
"Sales Manager yang lain setahu saya memilih pakai city car* agar lebih mudah kemana-mana, tapi Mas Ibra pakai MPV* ya," jelasku lebih lanjut.
"Oh," balas Ibra, ia tampak berpikir sebentar sebelum menjawab. "Simpel sih sebenarnya. MPV ini lebih besar kapasitasnya, jadi kalau nanti saya menikah tidak perlu mengganti kendaraan lagi," lanjutnya santai.
"Memangnya Mas Ibra sudah mau menikah?" tanyaku spontan. Aku mencoba memperkirakan usia Ibra, Nindon bilang dia seangkatan dengan Ilen, berarti sekitar 28-29 tahun. Usia yang sudah pas untuk memikirkan pernikahan sih.
"Penasaran saja atau penasaran banget?" tanyanya balik dengan nada menggoda ke arahku.
Ya ampun, sudah benar tadi aku seharusnya membiarkan saja kecanggungan di antara kami terjadi.
***
city car: Mobil jenis ini diartikan sebagai mobil perkotaan. Sesuai dengan namanya, mobil ini hanya cocok untuk digunakan di dalam lalu lintas dan medan yang terdapat di dalam kota. Jenis mobil ini kebanyakan mobil kecil yang cocok digunakan dalam kondisi lalu lintas yang macet, menuntut mobil bergerak dengan lincah sekaligus irit bahan bakar.
MPV: multi purpose car - Mobil jenis ini memiliki fungsi utama mengangkut banyak penumpang, atau di Indonesia biasa disebut mobil keluarga. Kelebihan mobil ini, ukurannya lebih besar dibandingkan dengan mobil sedan.
here, have Ibra in the car ... entah sejak kapan MPV bisa dibuka kap-nya yaa 😝😝
KAMU SEDANG MEMBACA
Recruiter Lyfe - (TAMAT)
ChickLitSeperti apa kisah kehidupan Niar Arleta sebagai sales recruiter dengan target puluhan kandidat setiap bulannya? Pastinya, kurang tidur, akhir pekan terpakai untuk bekerja dan selamat tinggal kehidupan sosial. Untungnya Leta punya teman-teman sesama...