"Mbak, kenapa sih selalu nggak bawa lebih?" Wuri menutup katup mesin fotokopi dan menyerahkan hasil fotokopiannya ke aku. Kami berdua saat ini tengah berada di kantor cabang Surabaya, mempersiapkan psikotes untuk kandidat yang lolos wawancara saat job fair kemarin di Universitas Erlangga.
Aku menghitung lembar jawaban psikotes yang telah difotokopi Wuri, memastikan jumlahnya sesuai dengan kebutuhan hari ini. "Yah, elu kan tahu biasanya nggak sampai 10 orang yang lolos. Ngapain bawa banyak-banyak. Berat koper gue isinya kertas semua."
"Kirim saja langsung dari cabang kan bisa," jawab Wuri tak mau kalah.
"Terus kalian bebankan biayanya ke sales recruitment ya, bisa mati digoreng Ilen gue," balasku, menggigil membayangkan Ilen mempertanyakan pembengkakan biaya yang tidak perlu.
"Mbak Ilen segalak itu ya, Mbak Leta?" tanya Wuri polos. "Dia kalau kesini baik lho, suka bawa makanan terus sering traktir kami di cabang."
"Yah, sama kalian mah baik, ada maunya kali. Sama anak buahnya beda perlakuan. Sudah ah, kenapa jadi bahas Ilen. Yudhi sudah selesai belum ya?" tanyaku mencoba mengalihkan perhatian ke arah ruang meeting.
Yudhi adalah salah satu Area Financial Manager (AFM) cabang Surabaya, titel untuk sales manager di PT. Asuransi Gemintang. Idealnya, proses seleksi FC setelah wawancara oleh sales recruiter dilakukan wawancara oleh AFM dulu sebagai user, baru kemudian psikotes. Namun untuk regional (non Jabodetabek), biasanya ada dua opsi: user ikut datang saat job fair untuk wawancara langsung atau wawancara user dan psikotes dilakukan pada hari lain bersamaan. Mengingat Yudhi berhalangan hadir saat job fair kemarin, wawancara user baru dapat dilakukan sekarang. Resikonya tentu bisa saja ada kandidat yang user nggak sreg dan akhirnya psikotes menjadi formalitas.
"Sudah, kok. Kandidat sudah siap psikotes semua. Mas Yudhi mah ga banyak syarat, yang penting ada kandidat dia senang ada tambahan anggota."
"Tuh, yang begini yang bikin gue harus seleksi ketat kandidat. Kalian maunya pada cepat saja sih, asal ada orang. Pantas banyak yang nggak betah," gerutuku sambil mengingat-ingat angka turnover* cabang Surabaya untuk posisi FC yang cukup tinggi.
Wuri hanya ketawa mendengarku. Dia sudah biasa mendengar keluhanku soal user yang maunya cepat dan terima beres tanpa memikirkan kualitas. "Sudah, yuk langsung psikotes saja. Pesawat Mbak Leta sore ini kan? Nanti mepet lho ke bandara, sudah jam sepuluh ini.
"Psikotes mah cepat, kandidatnya aja semoga nggak ada yang telmi**," ujarku yakin sambil berjalan ke arah ruang meeting. Sesampainya di depan ruangan, aku mulai menghitung dalam hati. "Sebelas saja ya yang datang?" tanyaku pada Wuri.
"Iya, empat orang aku coba telpon tidak terangkat."
"Padahal yang nggak balas surel gue cuma dua," gumamku sambil mulai menata lembar jawaban psikotes beserta buku soal di atas meja. Standarnya, psikotes hanya akan memakan waktu tiga jam paling lama, sudah termasuk dengan proses pemberian instruksi dan administrasi alat tes.
Perusahaanku hanya menggunakan tiga alat tes. Tes pertama adalah PAPI Kostick untuk melihat kepribadian kandidat akan memakan waktu kurang lebaih satu jam. IST adalah tes kedua yang memiliki sembilan subtes*** dan dilakukan untuk mengetahui inteligensi kandidat dari banyak aspek, sehingga hasilnya akan menunjukkan pola kerja tertentu. Sementara Kraeplin**** akan menguji daya tahan kandidat terhadap tekanan. Kraeplin memakan waktu sekitar 20 menit. Tes terakhir penting sekali, mengingat para FC akan selalu dikejar target setiap saat.
Idealnya psikotes dilakukan pagi hari dengan anggapan kondisi kandidat berada dalam masa terbaik. Penting sekali menjaga kondisi badan saat psikotes karena perlu kondisi tubuh yang prima untuk menyelesaikan serangkaian tes yang akan dilakukan tanpa jeda. Mengapa tanpa jeda? Karena seolah-olah kandidat berada dalam situasi pekerjaan yang terus menerus dengan beragam jenis pekerjaan diberikan. Makanya, sering sekali para recruiter memperingatkan kandidatnya untuk cukup istirahat dan makan sebelum menjalani tes.
"Kenapa sih nggak pakai psikotes daring saja Mbak? Lebih mudah dan hasilnya juga cepat keluar," tanya Wuri di sela-sela jeda waktu pengisian subtes IST. Ia nampak mulai lelah menghitung waktu, padahal sudah dibantu dengan fitur stopwatch di ponselnya.
"Pernah coba, tapi internet Indonesia masih bapuk***** banget. Biayanya juga lumayan sih..."
"...nanti kena omel lagi sama Mbak Ilen ya," sambung Wuri terkikik, tahu persis apa yang mau kusebutkan.
Aku menatap Wuri sebal, namun kalimat Wuri membuatku berpikir. Besok aku sudah kembali ke kantor dan itu berarti bertemu Ilen. Jangan salah, aku tentu saja kangen Jakarta dan tidak sabar update gosip secara real-time dengan geng sampahku, tapi tentu saja aku malas bertemu Ilen. Apalagi target 20 kandidat dari Surabaya ini gagal kupenuhi. Alasan apa lagi yang akan kuberikan pada Ilen? Bisa marah besar dia kalau lagi-lagi aku bilang kandidat di Surabaya tidak ada yang bagus.
Helloooooo Leta, Surabaya itu kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Kalau sampai 20 orang saja nggak dapat, siapa yang salah?
Aku bergidik membayangkan kalimat di atas akan kembali menyapaku besok.
***
catatan
*turnover: perhitungan jumlah karyawan yang telah keluar dan dilihat sebagai persentase dari jumlah total karyawan.
**telmi: (istilah gaul) singkatan dari telat mikir atau dengan kata lain kurang cerdas/kurang cepat menangkap arahan
***subtes: bagian-bagian dari tes. Contoh: IST adalah baterai tes, yaitu suatu pengujian yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan baik secara individual maupun secara keseluruhan. Kemampuan individual dapat dilihat pada sembilan subtes dalam IST, seperti subtes memilih bentuk untuk mengetahui kemampuan sintesa analisa dan atau subtes latihan simbol untuk mengetahui tingkat konsentrasi.
****Kraeplin: bersama-sama dengan Pauli sering disebut tes koran. Tes ini berbentuk susunan angka-angka yang harus dijumlahkan. Perbedaannya dengan Pauli, Kraeplin dikerjakan dari bawah ke atas sementara Pauli dikerjakan sebaliknya.
*****bapuk: (bahasa gaul) usang, tua, nggak bagus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Recruiter Lyfe - (TAMAT)
ChickLitSeperti apa kisah kehidupan Niar Arleta sebagai sales recruiter dengan target puluhan kandidat setiap bulannya? Pastinya, kurang tidur, akhir pekan terpakai untuk bekerja dan selamat tinggal kehidupan sosial. Untungnya Leta punya teman-teman sesama...