40.Meet the lovely Online Apps

4.8K 468 16
                                    


Tepat seperti arahan Bu Rani, aku belum akan fokus pada cabang Bekasi sampai dua bulan lagi. Sekarang pun aku belum terlibat dalam persiapan pembukaan cabang, sehingga tidak terlalu paham sudah sampai mana persiapannya. Namun beberapa kali aku melihat Ibra mem-forward beberapa surel terkait progres cabang Bekasi. Sepertinya dia benar-benar memastikan aku tidak tertinggal informasi, persis seperti titah Bu Rani agar Ibra memberikan dukungan untukku. 

Sebenarnya selain Ibra, sepertinya aku ingat Ilen juga diharapkan memberi dukungan yang sama sebagai persiapanku di cabang Bekasi nanti. Sudah dua minggu terakhir aku menerima tugas tambahan dari Ilen, terkait aplikasi daring untuk pelamar kerja yang harus aku tindak lanjut. Entahlah apakah ini yang dimaksud dengan dukungan itu. Satu hal yang pasti, pekerjaanku semakin menumpuk tentunya. 

Pagi hari sampai menjelang makan siang, aku sibuk wawancara kandidat yang telah dijadwalkan, tentunya sambil tetap memperbarui laporan yang rutin dikirimkan Ilen. Siang hari dihabiskan dengan mengatur jadwal wawancara dengan user , psikotes dan menjadwalkan mcu untuk mereka yang lolos. Paling cepat jam empat sore aku baru kembali ke meja kerja, update laporan rekrutmen (lagi) kemudian menjadwalkan kandidat untuk wawancara esok harinya sambil menyortir semua aplikasi yang masuk. Aplikasi lamaran lewat surel dan surat konvensional ada saja yang masuk setiap harinya, sekarang ditambah dengan target menyortir aplikasi pencari kerja daring. Sebagai gambaran saja, kalau lamaran lewat surel atau surat per hari hanya berjumlah maksimal puluhan, lewat aplikasi daring bisa ratusan. Mungkin karena mudah sekali untuk klik tombol 'lamar kerja' tanpa melihat kualifikasi lebih lanjut. 

Kebayang kan kalau sehari saja tidak disortir?

"Let, cari makan yuk," ajak Nindon yang tanpa kusadari sudah berdiri di sebelah meja kerjaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Let, cari makan yuk," ajak Nindon yang tanpa kusadari sudah berdiri di sebelah meja kerjaku. 

"Nggak bisa, Nin. Gila masih numpuk banget ini kerjaan." Aku melirik jam di laptop, sebentar lagi pukul enam malam. Jam-jam segini biasanya kami suka turun sekedar cari makan atau camilan untuk asupan lembur. 

"Lanjut lagi nanti bisa kali, Let. Kita juga lembur semua," tawar Nindon lagi yang diikuti anggukan Mbak Riesta, Lucky dan Lista yang ternyata mau ikutan turun semua. 

"Tadi juga lu nggak ikutan makan siang bareng, jarang-jarang nih gue sama Lista di Jakarta padahal," tambah Lucky. 

"Gue maunya juga ikutan, tapi lihat nih aplikasi pada sayang banget sama gue minta perhatian semua," keluhku menunjuk ke layar laptop yang memperlihatkan ada 450 kandidat yang meminta perhatian. 

"Ilen gila juga ya, kesempatan banget dia. Mumpung elu masih di Jakarta, dia manfaatkan semaksimal mungkin. Selama ini kan dia yang pegang semua aplikasi daring ini, kita tinggal follow-up kandidat yang sudah disortir dari dia," ujar Nindon tak mampu menyimpan kegeramannya. 

"Entahlah, Nin. Gue harus telepon kandidat nih, dari tadi belum sempat-sempat. Mati gue kalau sampai besok nggak ada yang datang," ujarku setengah mengusir. 

Nindon dan yang lain meninggalkan meja kerjaku, akhirnya menyerah. Aku menarik napas lega, menolak mereka sesungguhnya berat untukku. Aku kangen sekali berkumpul dengan mereka, tapi apa mau dikata kalau pekerjaan ini demikian posesif. Sedikit menghela napas, aku menelepon semua kandidatku satu per satu. Untunglah semua berjalan lancar sampai salah satu kandidat bertanya balik, "Mbak ini rumah atau perusahaan ya?"

"Eh? Ini perusahaan. Asuransi Gemintang," jawabku bingung dengan arah pertanyaan kandidat ini.

"Oh nggak," kandidat itu terdengar tertawa. "Aku pikir di rumah, soalnya teleponnya jam segini," tambahnya kemudian. 

Aku kembali melirik jam di laptop, sudah hampir jam delapan malam. Sungguh tidak biasa sebenarnya menelepon kandidat di atas jam enam sore, tidak profesional tentu saja. Tapi profesional sayangnya tidak berteman dengan target kerja. 

Loyal sekali aku, dua belas jam lebih didedikasikan untuk keperluan kantor.

***

Recruiter Lyfe - (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang