Seperti biasanya, pukul lima sore adalah saat terbaik untuk mulai menyortir kandidat. Hari ini untung saja tidak banyak gangguan, jadi aku sudah selesai menelepon kandidat-kandidat untuk wawancara esok pagi dan membuat laporan rekrutmen paling baru sore ini. Lumayan lah, hari ini bisa pulang cepat sepertinya. Tentu saja makna pulang cepatku berbeda dengan karyawan lain ya, untukku bisa pulang sebelum jam tujuh malam itu tergolong cepat.Baru saja aku membuka aplikasi daring yang rencananya akan kuselesaikan sortir hari ini, Nindon datang ke meja dan langsung menutup laptop dengan paksa.
"Eh, rusak dong laptop gue," teriakku spontan.
"Cuma ditutup saja nggak bakal rusak. Sudah cepat beres-beres tas terus ikut gue," perintah Nindon sambil merapikan beberapa berkas lamaran di atas mejaku kemudian memasukkannya ke lemari.
"Duh ikut kemana sih? Gue masih ada kerjaan ini Nin," pintaku memelas, ingat akan 500an aplikasi yang belum kusortir.
"Sudah, besok gue bantuin sortir. Sekarang lu ikut gue saja dulu, otak lu butuh istirahat kali. Dua minggu lebih lu balik di atas jam sembilan terus kan," tuduh Nindon tanpa bisa kubantah. Nindon pasti mengecek absensiku melalui Mabeth, kalau sampai dia tahu persis jam pulang kantorku.
Apabila seorang Nina Viadya sudah punya kemauan keras, akan lebih aman untuk orang lain mengikuti. Prinsip itu juga yang aku pegang saat mengikuti Nindon berjalan ke arah pusat perbelanjaan yang terletak di sebelah gedung kantor kami.
"Mau ke mana sih kita?" tanyaku penasaran karena Nindon menggunakan eskalator ke lantai atas, bukan ke lantai bawah tempat kami biasa mencari makan.
"Karaoke time!" ujar Nindon ceria setelah kami sampai di lantai empat, lantai teratas pusat perbelanjaan tersebut.
"Wah, sudah lama banget ya kita nggak karaoke bareng-bareng," ujarku antusias, berusaha mengingat terakhir kali kami menghabiskan waktu sepulang kerja bersama-sama hanya untuk bersenang-senang. Sudah lama sekali rasanya.
"Senang kan lu?" ujar Nindon jemawa. "Pokoknya malam ini kita bikin acara khusus buat lu biar ingat rasanya happy."
"Astaga segitunya," ujarku tergelak. "Siapa saja yang ikut?" tanyaku saat kami tengah memasuki tempat karaoke.
"Halo Niar, Nina," ujar seseorang menyapa kami berdua, sebelum Nindon sempat menjawab pertanyaanku.
"Eh Mas Ibra sudah datang?" teriak Nindon berusaha mengalahkan kebisingan musik yang terpasang. "Kita di ruang berapa?"
"Ruang dua belas, saya juga baru sampai. Lucky tadi sms nomor ruangan," ujar Ibra sambil melempar senyum. "Masuk sekarang?" tawarnya menunjuk ke arah lorong-lorong yang berisikan ruang karaoke.
"Yuk," ujar Nindon cepat, meninggalkan aku dan Ibra menuju ruang dua belas.
"Niar?" tanya Ibra melihatku tidak segera bergegas mengikuti langkah Nindon.
"Eh, oh, ayo," ujarku sedikit gagap. Sialan Nindon main ninggalin saja.
Ibra menarik lengan kiriku dan mulai berjalan menuju ruang dua belas. Seakan membaca aura kekagetan yang tampak di wajahku, dia berkata datar, "Nanti kamu hilang di sini kebanyakan bengong, mending sekalian saya arahkan."
Kali kedua malam ini, aku kembali pasrah mengikuti kemauan orang lain. Walaupun ketika sudah sampai di ruang karaoke, aku segera memisahkan diri dari Ibra dan menghampiri Nindon.
"Kenapa ada dia sih? Gue pikir anak-anak saja," bisikku tak sabaran. Aku melihat Mabeth dan Lista tengah berduet salah satu lagu K-Pop terbaru, sementara Lucky sedang menawarkan minum kepada Ibra. Mbak Riesta tidak pernah bisa ikut acara selepas pulang kantor sampai malam begini, maklum saja suaminya sangat posesif.
"Lucky sama Lista yang ajak, katanya sekalian ucapan terima kasih waktu dia antar kalian pulang dari Bandung."
"Let, nyanyi dong. Ibra mau dengar suara lu nih," teriak Lucky tiba-tiba.
"Ih apa sih?" ujarku malas. Mood senang-senangku tiba-tiba hilang karena kehadiran Ibra, lebih karena pria itu membuatku teringat akan pekerjaan yang tertinggal sih.
"Pilih nyanyi atau traktir, Niar?" tawar Ibra sambil mengerling ke arahku.
Astaga, sepertinya malam ini akan lebih melelahkan dari sekadar lembur di kantor.
***
Siapa yang suka karaoke? Saya pasti baris terdepan 🤣🤣🤣🤣
Bab tentang karaoke ini sudah saya rencanakan harus masuk di cerita ini dari awal, jadi puas banget akhirnya bisa nyelip lol.
Oh iya, gambaran Leta di kepala saya itu adalah Wendy (anggota grup cewek Red Velvet), yang memang suaranya bagus banget. Video di bagian paling atas adalah saat Wendy karaoke sendirian. Jadi saya masukin buat dapat gambaran sebagus apa suara Niar Arleta 😝
dari sini... semuanya akan memanas esok hari... nantikan yaaaa 💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Recruiter Lyfe - (TAMAT)
ChickLitSeperti apa kisah kehidupan Niar Arleta sebagai sales recruiter dengan target puluhan kandidat setiap bulannya? Pastinya, kurang tidur, akhir pekan terpakai untuk bekerja dan selamat tinggal kehidupan sosial. Untungnya Leta punya teman-teman sesama...