32.Meet Proud Moments

3.1K 391 6
                                    


Sepanjang akhir pekan, Sabtu dan Minggu, Lista masih belum juga dapat dihubungi oleh aku dan Lucky. Namun staf cabang sudah menginformasikan booth Asuransi Gemintang sudah terpasang dengan baik di lokasi job fair dan sempat bertemu Lista di lapangan. Tentu saja Lista sedang bekerja dengan giat, menurut foto-foto yang dikirimkan ke aku dan Lucky. Namun karena padatnya acara, Lista hanya menginformasikan belum sempat menghubungi aku dan Lucky.

Yah, oke lah ya, setidaknya anak itu ada di lokasi dan bukan entah di mana keberadaannya. Informasi itu sudah cukup untuk aku dan Lucky sedikit lega menjalani akhir pekan ini. Walau kami berdua tetap saja akan menginterogasi anak baru itu habis-habisan hari Senin nanti saat tiba di kantor. Berani-beraninya membuat khawatir rekan kerja dan mengancam terbangunnya macan tidur (Ilen maksudnya) kalau sampai tahu ada pekerjaan yang tidak beres. 

Jadi tentu saja saat tiba di kantor pada Senin pagi, aku sudah berapi-api saja ingin mencegat Lista dan menginterogasinya habis-habisan. Saking semangatnya aku, pukul tujuh pagi sudah tiba di ruangan dan siap menunggu Lista. Namun ternyata bukan aku saja yang terlalu semangat,  lima menit kemudian Lucky pun sudah sampai di kantor.

"Semangat banget kayanya kita ya," ujarku menahan tawa melihat kami berdua yang sudah tiba di ruangan Sales Recruitment yang masih sunyi senyap, hanya ada satu office girl yang tengah membersihkan meja-meja kerja. 

Lucky yang sempat terkejut melihat keberadaanku, ikut tertawa mendengar komentarku. "Harus memastikan pekerjaan Lista sebelum Ilen tanya-tanya nanti," ujar Lucky sesaat setelah meletakkan tas laptopnya di atas meja kerja. 

"Iya banget," ujarku sambil mengangguk kencang. "Gila banget ini Lista, membuat akhir pekan gue benar-benar nggak nyaman. Kepikiran terus. Mana sampai sekarang nggak ada telepon, atau setidaknya pesan masuk," gerutuku sebal. 

"Eh pas banget, itu anaknya datang," tunjuk Lucky ke arah pintu ruangan.

Sontak aku menengok cepat. Lista memasuki ruangan dengan membawa dua kardus yang ditumpuk, jalannya seperti terseok karena sepertinya kedua kardus itu cukup berat. namun begitu, raut mukanya tampak ceria.

"Pagi Mbak Leta, Mas Lucky," sapa Lista ceria setelah melihat keberadaanku dan Lucky.

"Pagi Mbak Leta, Mas Lucky," sapa Lista ceria setelah melihat keberadaanku dan Lucky

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku dan Lucky saling berpandangan, sebelum membalas sapaan Lista hampir berbarengan.

"Sebentar aku turun lagi ya, masih ada laptop dan banner  masih tertinggal di mobil soalnya. Untung saja pacarku hari ini sedang baik hati mau antar ke kantor," ujarnya melesat kembali ke arah lift setelah meletakkan kedua kardus itu di dekat meja kerjanya. 

"Dia kayak nggak bersalah," ujarku ragu ke arah Lucky yang masih bengong melihat tingkah Lista.

Tidak sampai lima menit, Lista sudah kembali lagi dengan barang-barang yang disebutkannya tadi. Belum sempat aku dan Lucky membuka mulut untuk berkomentar, Lista sudah lebih dulu mengalahkan kami.

"Aduh maaf ya Mbak Leta, Mas Lucky, aku nggak balas pesan kalian selama akhir pekan kemarin. Capai sekali aku dan sampai rumah langsung hibernasi habis kemarin. Ini semua ada total 195 kandidat dan setengahnya lebih oke-oke semua, sudah aku rekap juga. Nanti aku kirim ke Mbak Leta dan Mas Lucky dulu ya untuk minta cek, sebelum aku kirim ke Mbak Ilen. Flyer-nya juga sudah habis aku bagi-bagikan di sana. Aku lupa minta tolong orang cabang untuk ikutan jaga, tapi untung Mas Lucky telepon mereka ya, jadi akhirnya mereka bantu aku deh di lapangan," ujar Lista panjang lebar seperti tanpa koma.

Aku dan Lucky kembali berpandangan, kali ini pandangan yang berbeda dengan sebelumnya. 

"Sepertinya tidak ada yang perlu kita khawatirkan, Let," ujar Lucky ke arahku. 

Aku hanya tersenyum menyetujui ucapannya. 

***

Recruiter Lyfe - (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang