Ternyata, yang sebenarnya terjadi, presentasi yang dilakukan Nindon dan Andin ketika rapat Direksi, adalah metode untuk memilih Sales Recruitment Supervisor baru pengganti Ilen. Bahkan Nindon dan Andin pun tidak tahu kalau mereka sedang dievaluasi untuk posisi baru ini. Kami semua tahu persis setelah keduanya keluar dari ruang rapat, dan dengan pucatnya bercerita di area Sales Recruitment."Jadi benar nih Ilen keluar?" tanyaku memastikan setelah Nindon menyimpulkan semua yang terjadi di ruang rapat tadi, sesaat setelah Andin harus kembali ke meja kerjanya.
"Harusnya ya," balas Nindon ragu. "Kalau nggak buat apa gue sama Andin sampai di berondong pertanyaan macam seperti di dalam tadi." Nindon berhenti sejenak, seperti mengambil napas dan mencerna semua peristiwa yang baru saja dialaminya. "Bu Rani jelas-jelas bilang kalau ini proses seleksi sih, Let. Gue juga masih nggak percaya, sih. Gila, nggak ada persiapan apa pun kali. Gue sama Andin benar-benar tahunya hanya presentasi biasa saja, seperti kalau HR weekly meeting," lanjut Nindon.
"Semoga saja ya, entah Mbak Andin atau Mbak Nindon yang terpilih, aku ikut senang. Kalian berdua pasti lebih bisa mendengarkan kami, para rakyat jelata," canda Lista disambut tawa kami semua.
"Tapi serius deh, Mbak Nindon, aku lebih berharap kalau dirimu yang terpilih," ujar Mabeth perlahan. Raut wajahnya serius, sesuatu yang jarang diperlihatkan Mabeth yang selalu terlihat easy-going.
Kami semua saling bertukar pandang, sama bertanya-tanyanya akan perangai Mabeth yang tidak biasa-biasanya.
"Aku tuh ingin jadi rekruter, Mbak Nindon," gumam Mabeth namun cukup keras untuk kami dengar, mengingat area Sales Recruitment cukup sepi saat ini. "Kalau Mbak Nindon naik kan, otomatis akan ada satu posisi kosong ya. Soalnya dari Mbak Mutia resign, sampai kemarin Mbak Riesta resign, aku nggak punya kesempatan terus. Masak aku terus-terusan jadi admin, Mbak," keluh Mabeth.
"Kenapa sampai nggak ada kesempatan Beth?" tanya Nindon mengernyitkan keningnya. "Andin suka terima kandidat internal untuk ikutan diproses, kok."
"Mbak Ilen yang nggak kasih," gerutu Mabeth. "Alasannya sih selalu, katanya aku belum siap. Padahal mah, dia pasti malas saja cari pengganti aku yang sudah paham maunya dia apa. Aku kan semacam personal assistant Mbak Ilen."
"Aduh, Mabeth," Lista langsung memeluk Mabeth yang sepertinya akan menangis. "Semoga saja ya, kita bisa kerja bareng. Pasti seru nanti kalau sampai bisa keluar kota bareng."
"Yakin banget lu Lis, kalian bakal satu bagian," celetuk Lucky yang dari tadi diam saja, memilih menjadi pengamat.
"Yakin dong Mas. Kalau Mbak Nindon naik, kan Mbak Leta pasti menggantikan Mbak Nindon, Mas Lucky menggantikan Mbak Leta dan posisi regional kurang satu. Jadi aku dan Mabeth bisa kerja bareng, deh," papar Lista berbinar-binar, seakan-akan menjelaskan sesuatu yang sudah pasti.
"Wah iya, lu jadi bos kita dong, Nin," ujar Lucky seperti tersadar. Aku pun ikut mengangguk mendengar pernyataan Lucky.
"Idih, belum pasti kali," sergah Nindon. "Bisa juga Andin yang terpilih. Lagi bos amat sih kata-katanya, nggak enak ah," kilah Nindon seperti tak nyaman.
"Kayaknya sudah pasti, Mbak Nindon" sela Mabeth sambil menunjukkan ponselnya. "Bu Rani sudah kasih pengumuman di group chat HR kalau dirimu yang terpilih," tambah Mabeth dengan senyum semringah.
Belum sempat Nindon memberikan reaksi, Lista dan Mabeth sudah memeluknya bareng tanda selamat. Sementara aku dan Lucky saling berpandangan, sepertinya sama-sama bingung harus melakukan apa.
Nindon, teman kita, jadi bos kita sekarang? Gumamku ke arah Lucky.
Sempat terlintas dalam benakku, apakah tergolong berkhianat pada Nindon dan Mabeth, kalau sebenarnya aku lebih mendukung Andin yang menjadi supervisor Sales Recruitment?
Di antara pelukan erat Mabeth dan Lista, Nindon terdengar berteriak, "Awas ya kalau kalian bikin group chat baru yang nggak ada gue di dalamnya."
Aku teringat akan cerita-cerita terkait hubungan pertemanan yang rusak karena jabatan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Recruiter Lyfe - (TAMAT)
Chick-LitSeperti apa kisah kehidupan Niar Arleta sebagai sales recruiter dengan target puluhan kandidat setiap bulannya? Pastinya, kurang tidur, akhir pekan terpakai untuk bekerja dan selamat tinggal kehidupan sosial. Untungnya Leta punya teman-teman sesama...