35.Meet Too Many Things

4.6K 423 12
                                    




"Jadi kali ini kapan bisa wawancara dan mau cari kandidat yang seperti apa?" ujarku siang itu, sengaja bertandang ke area Sales untuk menemui Ibra.

"Sama-sama ya," jawab Ibra pendek masih sibuk dengan laptopnya, tanpa sedikitpun mendongakkan kepalanya melihatku

"Eh maksudnya bagaimana? Kayak ada perbedaan frekuensi ini," tanyaku ketika gagal mencerna jawaban Ibra baru saja.

Ibra melepas kacamatanya dan akhirnya memalingkan muka dari depan laptop, menatapku sambil tersenyum tipis. "Oh saya kira kamu bilang terima kasih atas thai tea-nya," ujarnya manis.

Aku mencibir. Bisa banget nyindirnya ya.

"Terima kasih ya mas atas thai tea-nya," ujarku sambil melebarkan kedua bibirku maksimal, mirip banget Joker-sang musuhnya Batman. "Puas?" lanjutku cepat.

"Lumayan," jawab Ibra menahan tawa. "Duduk Niar," tangan kanan Ibra menunjuk kursi tepat di depan mejanya.

"Nggak usah, nanti jadi lama."

"Tapi saya bukan menawarkan," tangkis Ibra cepat dengan kening berkerut.

Ini bercanda kan ya dia, aku bergumam dalam hati. Aku mencoba mengamati raut muka Ibra dan menunggu munculnya satu tanda kalau dia tidak serius dengan ucapannya. Namun, raut mukanya tidak berubah. Pelan-pelan, aku menarik kursi dari depan meja kerja Ibra dan membenamkan diri di dalamnya.

"Lebih nyaman kan?" tanya Ibra, kali ini tersenyum.

Astaga, apakah Ibra memiliki kepribadian ganda?

"Jadi apa tadi yang kamu tanyakan?" lanjut Ibra.

"Seperti biasa, kalau ada thai tea mendarat di tangan saya dari Anda, pasti ada permintaan kandidat yang luar biasa penting. Kali ini bolehkah dijelaskan kepada saya kapan dibutuhkan FC dan kandidat seperti apa yang Anda cari?" tanyaku sambil membalas senyumnya dengan tak kalah manis.

Ibra menggeleng-gelengkan kepalanya selepas aku menyelesaikan pertanyaan tersebut, keningnya kembali berkerut, senyumku tak berbalas. "Ternyata imaji saya di pikiranmu hanya sebatas itu ya," ujarnya pelan. "Pasti ada udang di balik batu."

"Oh bukan itu maksudnya?" tanyaku hati-hati, perasaan bersalah mulai melingkupiku.

"Tapi karena kamu sudah terlanjur memiliki persepsi begitu, kita lanjutkan saja," jawab Ibra tidak menggubris pertanyaanku. "Minggu ini saya ada beberapa jadwal kosong, jadi kapan saja sebelum makan siang bisa wawancara. Untuk kandidat, sama seperti sebelumnya, saya lebih memilih perempuan, belum menikah dan usia maksimal 25 tahun. Harus menarik tentunya. Kamu pasti tahu kan definisi menarik? Dan satu yang pasti, kamu sering tertinggal detail ini, harus dan wajib lulusan UNRI. Saya tidak mau yang lain." Ibra menjelaskan semua kriteria yang diharapkannya tersebut dalam satu tarikan napas.

Aku hanya bisa melongo mendengar semua penjelasan Ibra. "Ini cari FC atau calon pasangan hidup?" tanpa sadar aku mengucapkan pertanyaan tersebut cukup keras.

"Untuk mendapatkan FC yang berprestasi, saya harus memiliki standar yang jelas kan? Saya tahu pasti seperti apa area dan klien saya, jadi saya juga tahu FC seperti apa yang saya butuhkan."

"Mas Ibra tahu kalau untuk mendapatkan calon FC, dengan standar yang jauh lebih rendah dari yang disebutkan tadi susah kan ya?" tanyaku akhirnya, mencoba mengingatkannya bahwa profesi Sales bukan jenis pekerjaan yang sangat dicari di pasar tenaga kerja. Apalagi fresh graduate, mereka lebih senang memilih pekerjaan yang tidak terbebani dengan target menggila.

"Kamu yakin menanyakan itu ke saya, yang harus menunggu tiga bulan untuk dapat 1 FC saja?" tanya Ibra balik.

Sialan, menyindir sekali dia.

"Justru karena saya tahu kamu lama sekali proses kandidat, sekalian saja kita cari yang sangat berkualitas kan?" lanjut Ibra dengan senyum kemenangan.

fix anak buahnya two-face-musuh lainnya Batman-ini orang.

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Recruiter Lyfe - (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang