"Menurut lu, Ilen balas dendam?" tanyaku sembari mencerna semua informasi yang ada.
"Pasti lah," jawab Nindon dengan suara meninggi. "Apa lagi alasan dia kasih kerjaan aneh ke lu kayak gitu?"
"Tapi masak karena Ibra, Nin? Sebelum gue kerja di area Ibra pun, dia sudah macam begini kan kasih kerjaannya?"
"Tapi dulu kan beda, Let. Semua dapat perlakuan yang sama. Nggak hanya elu yang kena, gue, Lucky, dan Mbak Riesta juga. Tapi semenjak perpindahan ke Metro, elu doang yang bertubi-tubi kena tambahan pekerjaan deh."
Aku memikirkan kembali percakapanku dengan Nindon kemarin, mencoba merenungi semua perkataannya. Kalau diingat-ingat semua yang terjadi beberapa bulan ke belakang, mulai dari perpindahanku ke Metro, tidak hanya kejutan handover ke Lucky dan Lista, namun juga laporan tambahan yang dosisnya seperti minum obat dua kali sehari itu, langsung terbayang di kepalaku. Kemudian kekurangan kandidat yang dilebih-lebihkan oleh Ilen, berujung pada penugasanku ke Bekasi sini yang tampaknya makin membuat Ilen tidak suka. Puncaknya, tentu saja semua presentasi yang sia-sia aku buat selama dua bulan terakhir.
"Masak hanya karena Ibra, dia melakukan semua ini?" gumamku bingung. Hari ini adalah saat-saat langka dalam hidupku bisa merasakan akhir pekan di rumah. Biasanya antara lembur di kantor atau job fair, aku sampai lupa rasanya menikmati akhir pekan yang damai. Mengingat besok adalah hari terakhirku di Bekasi, aku sudah menyelesaikan semua pekerjaan yang tertunda jauh-jauh hari, agar tidak perlu berlama-lama lagi bertemu Ibra di cabang. Berbeda denganku, Ibra masih harus melanjutkan tugasnya di Bekasi karena area itu sudah otomatis masuk wilayah kerjanya.
Aku melanjutkan menjelajah internet, untuk sedikit menenangkan pikiran. Cara terbaik bersantai versiku adalah berselancar di internet seharian, tentu ditemani lagu-lagu kesukaan yang mengalun dari laptop sedari tadi. Entah bagaimana, aku terdampar di situs-situs pencari kerja dan jadi asyik menggulirkan kursorku ke berbagai pilihan lowongan pekerjaan yang ada. Cukup banyak juga lowongan untuk posisi rekruter di luar sana, dan perusahaan-perusahaan yang sedang mencari juga rata-rata bonafide. Benar-benar godaan sekali.
Setelah membuka beberapa lowongan pekerjaan untuk posisi rekruter, aku jadi terpikir untuk merapikan resumeku. Siapa tahu saja jodoh kan. Mungkin karena luangnya hari ini, akhirnya aku menghabiskan waktu berjam-jam untuk memodifikasi resumeku, yang terakhi kali kuperbaharui setahun yang lalu sebelum bergabung dengan Asuransi Gemintang. Berbekal pengalaman sendiri tentang resume seperti apa yang enak dibaca, sekaligus referensi dari kandidat-kandidat yang mengirimkan resumenya, selesai juga aku merapikan tiga halaman resume terbaruku.
Kembali ke laman situs pencari kerja, aku memasukkan resume ke beberapa lowongan yang ada. Kalau dipikir-pikir, sudah cukup lama juga aku tidak lagi menebar-nebar resume. Dulu kala, walaupun masih bekerja di perusahaan sebelumnya, aku tidak pernah berhenti mengirimkan lamaran kerja. Pikiranku tentu saja karena peluang selalu ada di luar sana, siapa tahu ada yang lebih baik kan. Bekerja di Gemintang ternyata membuatku sampai tidak sempat melakukan itu.
Aku mengambil ponselku dan membuka aplikasi whatsapp, mencari-cari group chat Sagem. Mulai bosan juga ternyata seharian tidak ada kegiatan yang berarti. Ternyata group chat pun sepi, sepertinya hanya aku saja yang melalui akhir pekan ini tanpa kegiatan.
Tapi tetap tidak ada salahnya aku mengirimkan chat.
Aku termangu. Mbak Riesta bercanda kan?
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Recruiter Lyfe - (TAMAT)
ChickLitSeperti apa kisah kehidupan Niar Arleta sebagai sales recruiter dengan target puluhan kandidat setiap bulannya? Pastinya, kurang tidur, akhir pekan terpakai untuk bekerja dan selamat tinggal kehidupan sosial. Untungnya Leta punya teman-teman sesama...