Hari-hari berikutnya dilalui penuh dengan teror Google Sheets yang rutin dikirimkan Ilen setiap pukul delapan pagi (bahkan batang hidung sang pengirim saja belum terlihat di ruangan), dan empat sore tepat satu jam sebelum pulang kantor. Terkadang ada bonus surel datang menghampiri menjelang atau selepas jam makan siang. Isinya tentu saja sama menyebalkannya dengan telemarketing yang terus-terusan menelepon walaupun sudah berkali-kali ditolak.Satu-satunya keuntungan, karena sebagai warga negara Indonesia kita terbiasa berucap 'untungnya', adalah ingatanku akan setiap kandidat dan sejarah masing-masing orang semakin meningkat karena terus-menerus diingatkan saat menuliskan laporan. Aku jadi teringat akan status setiap kandidat, siapa yang baru wawancara tahap pertama, sudah bertemu user, sedang tahap psikotes, menunggu mcu, sampai persiapan masuk kelas. Sepertinya memang ini efek lain yang diharapkan Ilen dimiliki recruiter, sehingga tidak ada yang terlewat untuk di-follow up. Tapi tetap saja aku kesal. Waktu kerjaku yang seharusnya bisa dimaksimalkan untuk mencari kandidat sekarang habis untuk memperbarui data.
Siang ini misalnya, karena pagi tadi klinik rekanan perusahaan baru saja mengirimkan hasil mcu terbaru, aku menghabiskan sekitar dua jam untuk memperbarui data siapa saja yang lulus dan tidak lulus mcu. Cukup lama waktu yang kubutuhkan karena Ilen membuat tabel data yang berbeda dengan tabel data yang standar dipakai, sehingga aku harus menyesuaikan saat memasukkan data. Kalau hanya satu-dua data saja yang kumasukkan tentu saja mudah, namun kalau ada puluhan data sekaligus?
"Nin, sepertinya Ryan Mahardika kandidat elu deh, nggak ada nih di data gue," ujarku setelah selesai mengecek satu buku hasil mcu.
"Masak?" tanya Nindon balik. "Coba sini lihat," ujar Nindon meraih buku mcu dari meja kerjaku.
Sudah hal yang lumrah kalau kami, para sales recruiter, sering tertukar kandidat. Ratusan kandidat yang kami proses setiap bulannya, dan tentu saja terus bertambah setiap hari, membuat kami sering sekali tertukar atau bahkan kehilangan dokumen. Data yang dimiliki masing-masing recruiter, serta data yang diisi bersama benar-benar pegangan kami untuk merekam jejak setiap kandidat. Namun namanya juga diisi secara manual ya, pasti ada saja yang terlewat. Asuransi Gemintang belum memiliki sistem pencatatan rekrutmen yang handal dan sistematis.
"Punya gue itu Ryan, aduh dari kemarin gue cari," suara Mbak Riesta terdengar lega.
"Yah, ada di gue Mbak dari kemarin, gue cuekin pas kemarin terima takut lupa belum masukin kan. Baru hari ini setelah cek lagi benar nggak ada nama dia di data gue."
"Kebiasaan deh ini klinik nggak dibedain punya syariah sama konvensional memang, padahal di surat pengantarnya sudah ada," Nindon ikutan nimbrung, sambil menyerahkan buku mcu Ryan ke Mbak Riesta.
"Gila ya masalah simpel saja klinik sering lupa, waktu gue lumayan kebuang banyak nih gara-gara mcu dia," keluhku pelan. "Gue mau turun deh, mumet nih. Jajan thai tea yuk. Ada yang mau temani nggak?" ujarku otomatis mengambil dompet dan ponsel, bersiap mengganti sepatu hak tinggiku dengan flat shoes.
"Eh Mbak Leta aku lupaaaa," teriak Mabeth tiba-tiba dari tempat duduknya. "Ada titipan thai tea dari Mas Ibra di pantry. Tadi aku ketemu di bawah."
"Diam lu nggak usah komentar," ujarku melihat Nindon bersiap-siap membuka mulut. "Thanks ya, Beth. Dalam rangka minta kandidat ini ya dia beliin thai tea?" tanyaku curiga.
"Entahlah, pengganti salam manis mungkin?" jawab Mabeth sambil ketawa.
Aku cepat-cepat berbalik arah ke pantry sebelum Nindon ikutan meledekku. Pasti minta kandidat adalah alasan Ibra membelikanku thai tea, tapi sekarang yang penting tidak boleh disia-siakan!
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Recruiter Lyfe - (TAMAT)
ChickLitSeperti apa kisah kehidupan Niar Arleta sebagai sales recruiter dengan target puluhan kandidat setiap bulannya? Pastinya, kurang tidur, akhir pekan terpakai untuk bekerja dan selamat tinggal kehidupan sosial. Untungnya Leta punya teman-teman sesama...