6

7.6K 327 4
                                    

Bel pulang sekolah berbunyi.
Aleya buru buru membuka jas lab nya yang berwarna putih itu. Yap. Pelajaran terakhir Kelas IPA II tadi di ruang lab. Pelajaran yang disukai Aleya karena hanya pelajaran itulah dan olahraga yang bisa berada diluar kelas. Sayangnya tadi Aleya tidak memperhatikan jelas pelajaran yang di terangkan oleh Bu Anin selaku guru Kimia.

"Buru buru amat ga sabar nih ya mau ketemu Doi" Goda Meli sambil mencoel coel pipi Aleya.

"Doi gundulmu" Dengus Aleya.

"Udah udah kita balik yuk buruan"

Naya dan Jeisha berjalan duluan keluar dari Ruang lab diikuti oleh Aleya dan Meli.
Ah iya. Aleya ingat. Ia harus izin terlebih dahulu ke kakak jeleknya itu supaya tidak menjemputnya. Ohiya lupa. Arvel sudah berkuliah di sebuah Universitas. Ia mengambil jurusan Management supaya bisa menggantikan posisi Papanya.

Aleya menekan kontak Kak Arvel di layar handphone nya. Lalu panggilan tersambung.

"Halo?"

"Kak Arvel gausah jemput lea ya? Lea ada urusan sebentar"

"Oke. Tapi minta temenin Gilang"

"Iya kak. Assalammualaikum"

"Waalaikumsalam"

Setelah itu panggilan terputus. Aku mendongak mencari keberadaan Gilang. Ketiga temanku sudah pulang duluan sedari tadi. Mereka ingin ikut menemaniku tapi aku tolak secara halus. Karena ini tentu saja menjadi privacy ku bersama Alvin. Tapi tentu saja aku berjanji untuk menceritakannya besok.

Kulihat Gilang sedang menggendong tasnya sambil merangkul seorang perempuan. Aku memutar bola mataku jengah. Memang keturunan pamanku yang playboy cap badak itu menurun pada keponakannya, Gilang. Beruntung Kak Arvel tidak keturunan. Jika iya. Bisa digorok sama papa.

Aku menghampiri Gilang dan perempuan yang ia rangkul.

"Gilangg" Panggilku.

Ia hanya menautkan alisnya bingung.

"Kenapa Al?"

"Temenin gue"

"Kemana?"

"Cafe deket sekolah"

"Biasanya sama temen temen lu"

"Udah pada pulang duluan"

Kulihat ia menghembuskan nafasnya pasrah.

"Aku anterin sepupu aku dulu ya. Gpp kan pulang sendiri?" Tanya gilang kepada perempuan itu.

Kulihat ia melihatku sinis. Masa bodo. Toh yang menyuruhku juga kak Arvel. Dan gilang tau itu. Kulihat ia pergi begitu saja dengan wajah yang ditekuk.

"Udah yok"

Gilang berjalan mendahuluiku menuju parkiran.

•••

"Vin,lu serius mau ngeklaim dia seenak jidat?" Tanya kevin.

"Hm" gumamku.

Saat ini Alvin and the geng nya sedang nongkrong di area rooftop.

"Trus gelar lu sebagai cap playboy?"

"Ya masih berlanjutlah. Lo pikir gua serius mau pacaran sama dia?"
Jawab Alvin cuek.

"Itu anak orang bro. Kalo dia sakit hati. Gacuma hati tapi juga mentalnya" Nasihat Arka.

"Terserah. Udah gua mau ke cafe dulu"

Alvin berjalan meninggalkan ketiga sahabatnya itu.

"Udah biarin aja nanti juga dia kena karma" sahut Bima sambil memakan kacang garudanya.

PLAYBOYSHIT~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang