"Kau sudah berjuang sejauh ini. Benar, aku tidak boleh egois. Pergilah .... Aku yakin, kau tidak akan merasa sakit setelah ini. Aku sudah siap melepaskanmu pergi. Ya, aku sudah siap untuk itu."***
"Bagaimana perasaanmu, Sayang?" Soojae, wanita berwajah pucat itu menghela napas berat. Tenggorokannya kering kerontang serta bibirnya pucat. Ia tidak mengatakan apapun selain setitik air mata yang disimpan di balik kelopak mata.
Kenapa ia masih di sini?
Kenapa ia masih bertahan?
Bukankah ia sudah melepaskan semuanya? Satu tarikan napas berat waktu itu. Ia kira itu tarikan napas terakhirnya."Sangat sehat." Suara lembutnya mengalun dengan lirih.
Bersamaan dengan helaan napas berat yang entah sampai kapan akan menjadi mudah. Memang terlihat sepele, tapi baginya bernapas adalah hal tersulit untuk saat ini.
Ia harus tetap bertahan demi Taehyung dan orang-orang yang mencintainya.
"Tae, berapa lama aku tertidur? Kembang apinya bagaimana?"
Kini giliran Taehyung yang menghela napas berat.
Dalam sekejap, pria itu langsung menggenggam tangan Soojae dengan lembut.Soojae tahu apa yang akan Taehyung katakan. Kenyataan di mana ia tertidur sangat lama dan melewati malam tahun barunya dengan sia-sia.
"Sekitar 3 hari, maaf aku telat menemuimu." Ada guratan kesedihan di mata Taehyung. Soojae mengerti, prianya sangat kelelahan. Mempunyai dua istri memang melelahkan.
Terlebih lagi, satu istrinya penyakitan.
Ini bukan masalah poligami yang Taehyung lakukan. Melainkan bagaimana mempertahankan agar ia tetap bertahan memperjuangkan hidupnya dari kanker ganas yang dideritanya.
"Tae, aku merindukanmu." Taehyung mendongak, lalu dengan segenap hati yang hampir hancur, ia tersenyum getir. Ia juga merindukan Soojae, tawa wanita itu adalah sebagian semangat untuknya.
"Maukah kau tetap di sini? Sampai aku tertidur lagi?"
Taehyung tidak tahu apa yang diucapkan Soojae.
Ia hanya mengangguk lambat sebagai jawaban.Tersenyum dalam keadaan seperti ini bagai menginjak serpihan kaca yang sengaja ditebar di jalan.
Seperti kepingan puzzle yang disebar di seluruh dunia. Taehyung tidak tahu arah di mana kepingan itu berada.
Seperti apa takdir mempermainkan mereka. Seperti apa takdir akan membawanya.***
"Di mana Ara, Taehyung?"
Setiap pertanyaan itu dilontarkan Soojae. Taehyung hanya bisa tersenyum, lalu mengelus pipi tirus Soojae dengan lembut.
Bagaimana bisa kau memikirkan orang lain di saat dirimu seperti ini?"Bagaimana dengan bayinya?" Soojae nampak sangat antusias ketika menanyakannya.
Taehyung ingin berteriak. Mengapa seorang wanita bisa sekuat itu. Meskipun hatinya hancur, meskipun tidak punya harapan besar. Kenapa wanita itu sangat kuat. Tidak pernah menunjukan sisi lemahnya di hadapan Taehyung. Malah, Taehyung lah yang terlihat lemah di sana.
Pria itu ketakutan. Kehilangan Soojae bukanlah hal yang ia inginkan. Sampai kapan pun Taehyung tidak akan siap melepaskan Soojae.
Satu-satunya alasan Soojae bertahan, dan satu-satunya alasan wanita itu ingin di sana adalah ia ingin melihat perut buncit milik istri kedua Taehyung.
Soojae tak pernah menyesal. Ia tak pernah menyesal sebab memaksa Taehyung untuk ikut menikahi gadis lain. Gadis yang dianggap Soojae sangat pantas untuk menggantikannya kelak.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Jerk Husband
FanfictionCha Jungha telah menata masa depannya dengan sangat baik, merinci setiap apa yang akan ia lakukan setelah keluar dari bangku SMA. Tapi semua itu pudar, tatkala Ayahnya meninggal dan mengharuskannya dipertemukan dengan seorang duda beranak satu yang...