Cahaya mentari berhasil menyelinap masuk melalui celah gorden, semilir angin pagi yang menyejukkan mampu membuat helaian kain cantik tersebut menari-nari kecil. Menyeruak masuk dan membelai lembut wajah damai si Ibu muda yang masih setia terlelap dalam balutan selimut tebal.
Merasakan dinginnya angin menyapu permukaan kulit wajahnya, membuat Jungha membuka perlahan kedua irisnya. Mengerjap beberapa kali sebelum tersenyum miris. Ia sendirian, tanpa Taehyung. Jadi ia bisa menebak kalau semalam hanyalah seutas mimpi indah yang Tuhan berikan padanya, tidak masalah, karena dengan mimpi indah itu setidaknya Jungha bisa tidur lebih lama dari malam-malam sebelumnya.
Ia segera bangkit duduk, menapakkan kakinya di lantai dingin, lalu menyapa sang buah hati dengan mengelus sayang permukaan perutnya.
"Selamat pagi, Sayang. Terima kasih ya, kau sudah menjadi anak yang baik semalam," ujarnya penuh senyuman.
Ya, setidaknya Jungha masih memiliki penyemangat untuknya tetap tersenyum. Tak peduli apapun masalah yang sedang menderanya, ia yakin bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Jungha segera melangkah menuju kamar mandi, membersihkan dirinya agar terlihat lebih segar sebelum turun menuju dapur. Rumah itu masih sangat sepi, bahkan belum ada tanda-tanda seluruh penghuni rumah bangun dari mimpinya.
Sekilas kedua iris Jungha tertuju pada daun pintu berwarna coklat tua yang terlihat dari dapur, senyuman masamnya kembali ia ukir apik, membayangkan betapa nyamannya Chara tidur dalam pelukan calon ayah dari bayi yang sedang tumbuh dalam rahimnya.
Saat air matanya sudah meminta izin untuk turun, Jungha segera menghela napas panjang. Ia tidak ingin paginya di awali dengan air mata, hari ini Jungha tak boleh merusak suasana hatinya yang sudah membaik. Ia harus bersiap sebagaimana mestinya. Jadi Ibu hamil itu bergerak lihai, menyiapkan setiap bahan yang ia butuhkan untuk membuat sarapan.
Di tengah kegiatan memasaknya, entah kenapa lagi-lagi hatinya terus berontak, pikirannya terus tertuju pada presensi pria tampan yang semalam muncul dalam mimpinya. Betapa bodohnya Jungha yang masih sudi menetap di sana saat Taehyung saja menganggap dirinya hanya sekedar pembantu.
Heol! Ini bukan sebuah lelucon yang sangat mudah untuk di ucapkan, tapi pria itu memang benar-benar mengucapkannya tanpa beban. Tak berperasaan memang, ia tak pernah berpikir bahwa setiap penuturan kasarnya akan membawa dampak yang sangat luar biasa bagi Jungha, namun bukan hanya tubuhnya tapi juga mentalnya.
Beruntungnya Jungha masih memiliki sebuah jiwa mungil yang setidaknya bisa membuatnya merasa jauh lebih kuat. Karena bagaimana pun, ia harus bertahan... demi buah hatinya yang saat ini sedang tumbuh dalam rahimnya.
***
Setelah kegiatan memasaknya selesai, Jungha pun sudah menyiapkan segala masakannya di atas meja. Ia segera memberanikan diri, menapakkan kakinya di atas belasan anak tangga yang menuju lantai 2, berniat membangunkan tuannya karena bisa saja tuannya itu belum bangun, dan akan terlambat pergi ke kantor.
Apa yang akan di lakukannya ini bisa di sebuah sebuah kesalahan?
Jungha telah sampai di depan gerbang neraka itu. Menyiapkan segenap hatinya untuk melihat apapun yang ada di dalam. Kepalan tangannya terulur, mengetuk beberapa kali di sana dengan memanggil lembut nama tuannya. Lima menit berlalu dan Jungha masih belum juga mendapatkan jawaban, ia ulangi sekali lagi namun masih mendapat respon yang sama.
Akhirnya Jungha memutuskan untuk memotek gagang pintu yang sialnya tidak terkunci. Jungha mendorongnya pelan, sampai pintu itu terbuka seutuhnya. Hatinya seakan di remas oleh tangan tak kasat mata saat ia mendapati presensi seorang wanita yang masih terlelap di atas ranjang dengan tubuh bagian atas yang tersuguh polos tanpa balutan benang apapun, hanya sebuah selimut yang membalut sebatas perut hingga kakinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Jerk Husband
FanfictionCha Jungha telah menata masa depannya dengan sangat baik, merinci setiap apa yang akan ia lakukan setelah keluar dari bangku SMA. Tapi semua itu pudar, tatkala Ayahnya meninggal dan mengharuskannya dipertemukan dengan seorang duda beranak satu yang...