Bayi itu tidak punya kesalahan apapun, Jungha....
Jadi jangan mempersulit hidupnya dengan membiarkannya tumbuh tanpa kasih sayang seorang ayah...
Kau tidak perlu cemas, kalau hyung tidak mau bertanggung jawab, aku....
Aku yang akan menggantikan tempatnya. Aku yang akan menjadi ayah untuk janin yang ada dalam kandunganmu....
Oh tidak! Jungha tidak akan bisa membiarkan hal itu terjadi. Ia tidak akan menempatkan Jungkook pada posisi yang memang bukan tempatnya.
Kalimat itu, kalimat itu sangat menyakitkan saat terngiang di kepalanya. Seperti nyanyian kematian. Jungha berharap ia bisa tidur tenang malam ini. Tapi nyatanya ia tidak bisa melakukannya.Jungha.... Jungha.... ayo! Berpikirlah. Semua yang Jungkook katakan benar adanya.
Kau butuh Taehyung untuk keberlangsungan hidup bayimu. Kau butuh pria brengsek itu supaya bayimu tumbuh dengan baik. Jungha.... jangan biarkan ketidakadilan menimpa anakmu. Jangan lagi.... cukup dirimu saja yang merasakannya. Tidak untuk putra-putrimu. Jungha tuntutlah keadilan dari pria Kim itu. Katakan semua keinginanmu.Jungha tersengal-sengal. Seperti ada pegas di punggungnya, Jungha bangkit duduk, tangannya bertautan di atas perutnya yang masih datar. Air matanya tumpah.
Benar..... kalau kau terus diam, ini akan sangat tidak adil untukmu dan bayimu.....
Cepat-cepat Jungha bangkit berdiri, ia merapikan penampilannya sebelum melangkah keluar dari kamar. Sambil menarik napas dalam-dalam, Jungha mengumpulkan seluruh keberaniannya. Kaki-kakinya menapaki lantai dengan cepat, merasakan dinginnya udara malam, ia melihat tirai jendela ruang tamu berkibar-kibar oleh angin.
Ini pukul sembilan malam, Naeun sudah tertidur beberapa puluh menit yang lalu, Jungkook pergi entah kemana, sedangkan pria itu..... ada di ruang kerjanya. Entah sibuk melakukan apa, Jungha pun tidak tahu, dan tidak mau tahu.
Begitu ia sudah berdiri tegak di depan sebuah ruangan dengan daun pintu berwarna cokelat tua. Jungha mengetuknya beberapa kali sebelum suara serak dan rendah milik Taehyung terdengar.
Jantungnya berdegup dengan kencang, kakinya terasa lemas dan ujung jemarinya kaku karena ketakutannya sendiri. Dengan pasti, Jungha memotek gagang pintu, melangkah masuk dan menutup pintunya. Begitu ia mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan. Ia melihat Taehyung denga stelan santainya duduk bersandar di kursinya. Nampak serius, wajahnya menyiratkan kemarah yang entah untuk siapa Jungha pun tidak tahu.
Ada guratan lelah dan letih di tatapan mata sang tuan begitu ia melangkah mendekat, memberikan eksistensi yang nyata pada pria yang telah menanam benih di dalam rahimnya tersebut. Dengan ragu, Jungha menatap sang tuan.
Matanya sudah memerah, hendak membuka suara, tapi bibirnya bahkan tidak mau terbuka saat ia ingin mengatakan patahan kalimat yang selama ini menumpuk tebal di dasar hatinya.
Jungha terpaku diam ketika Taehyung menatapnya tak berkedip, tatapan yang tak bisa di artikan. Jungha tidak kuasa melakukan apa-apa, seakan tubuhnya telah tersihir oleh kegelapan yang melingkupi tatapan mata tuannya.
"Kenapa kau datang ke sini?" Suara Taehyung dingin dan berat. Membuat bulu kuduk Jungha meremang. Tetapi Jungha tidak akan menyerah hanya karena kecanggungan suasana itu.
Ia ingin mendapatkan keadilan untuk bayinya.
"Aku ingin Tuan bertanggung jawab atas bayi ini....."
Jungha menahan napas, air matanya sudah menetes di pipi begitu Taehyung menatapnya geram. Pria itu mendesis sambil membangkitkan tubuhnya.
"Apa?" Tanyanya pada Jungha.
"Aku ingin Tuan bertanggung jawab...."
Bukannya menjawab iya, atau baiklah. Taehyung malah tertawa, lalu tawanya berubah serak dan parau. Kering serta menyiratkan kemarahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Jerk Husband
FanfictionCha Jungha telah menata masa depannya dengan sangat baik, merinci setiap apa yang akan ia lakukan setelah keluar dari bangku SMA. Tapi semua itu pudar, tatkala Ayahnya meninggal dan mengharuskannya dipertemukan dengan seorang duda beranak satu yang...