18

8.2K 800 96
                                    

Barang kali, dosa yang telah ia buat begitu banyak dan menumpuk di atas punggungnya. Sampai air mata saja tidak bisa ia gunakan untuk meminta belas kasihan. Nyawa di bayar dengan nyawa. Dosa di bayar dengan taubat. Dan kesakitan di bayar dengan kebebasan.

Tetapi demi apapun, semua pengorbanannya tidak akan pernah bisa berguna jika itu di mata ibu dan kakaknya. Tidak akan pernah. Sebab, meski ia harus merelakan tubuhnya di nikmati pria brengsek seperti Taehyung; pria pesakitan yang katanya kehilangan kedua istrinya. Ia bahkan tak bisa marah pada ibu dan kakaknya, bencinya hilang begitu saja, padahal jelas; ibu, kakak, dan pria itulah yang telah merusak seluruh aset berharganya.

Dunia memang sekejam ini.
Tidak ada yang bisa ia lihat selain dari pada kegelapan. Gelap itu mencekam mata, mendengung telinga dan pengap jadi satu-satunya yang penghidu tangkap.
Tubuhnya lemas bukan main. Ia merasakan kakinya lumpuh di bawah sana, benar-benar ketakutan kalau sepasang tungkainya itu hilang dari tempat, sampai ia merambatkan kedua tangannya yang di ikat untuk meraba bagian pahanya.

Syukurlah masih ada.

"Dasar jalang pemalas. Cepat bangun!"

Suara berat itu menyadarkan Jungha dari dunia remang yang sejak kemarin menampungnya. Pun, bibirnya yang gemetar dan lidahnya malah jadi kelu. Padahal benda merah muda kenyal itu nampak sehat tak tersentuh.

"O-oppa....?"

"Selamat datang kembali, jalang."

Tidak, tidak. Ia pasti salah dengar kan? Ia tidak mungkin ada di dalam kuasa pria keparat itu lagi kan? Tidak, Jungha harus lari dari sini. Ia harus pergi dari sini.

"L-lepaskan aku, lepaskan aku!" Jungha memberontak, tercekat saat berusaha mengatakannya. Deru napasnya yang keras terdengar bak badai yang menerjang kota. Jungha membuka sedikit bibirnya. Terengah, ada bulir keringat di pelipisnya.

"Apa, melepaskanmu? Oh tentu tidak akan semudah itu, manis." Eunwoo terkekeh. Nampak dengan tenang mengusapkan tapak tangannya ke puncak kepala sang adik. Sementara Jungha gemetaran. Kakinya masih kebas dan seperti mati. Itu pasti efek obat bius.

"Kenapa? Kau tidak bisa merasakan kakimu, ya?" Eunwoo berjongkok di depan Jungha yang terduduk di kursi. Gudang penyimpanan barang-barang bekas adalah tempat paling cocok untuk menyimpan jalang seperti Jungha.

"L-lepaskan aku!" Jungha berusaha memberontak. Ikatan pada kepalanya tak kunjung terlepas, membuat gadis itu kepayahan.

"Cup, cup, cup. Tenanglah jalang kecilku, aku akan melepaskanmu, tunggu ya."

Eunwoo tersenyum tidak asimetris. Kepalanya merunduk, jemarinya meraih tali yang mengikat kaki Jungha. Wanita itu menangis sesenggukan, dan ia tersungkur ke bawah begitu Eunwoo menarik bahunya ke depan dan mendorongnya dari kursi.

Jungha terlempar, begitu pun kursinya. Bunyi gedebuk terdengar keras, bersama Eunwoo yang terbahak. Jungha meraba-raba lantai berdebunya, mencari-cari garisan jalan untuk ia bisa menapak pergi. Berharap dari epidermis yang terletak di tapak tangan itu bisa membantunya berlari. Kendati napasnya terputus-putus, Jungha terus berusaha mengais kebaikan Tuhan. Berharap dirinya hanya sedang bermimpi, dan atau berharap si anak Kim yang sudah memperkosanya itu datang dan menyelamatkannya dari sang predator kejam seperti Eunwoo.

Jungha mengesot di lantai. Kakinya lumpuh, dan itu nyeri sekali. Tangannya bahkan masih di ikat. Dan Jungha merasakan kakinya di tarik begitu kuat. Tubuhnya di seret tidak manusiawi, seakan kakaknya itu sedang bermain-main dengan penderitaannya.

The Jerk Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang