Nyatanya. Semua kegaduhan yang ia rasakan takan pernah bisa ia tepis setelak-telaknya. Semua kesakitan itu seperti bumbu-bumbu penyedap rasa yang sengaja di taburi di atas luka-lukanya. Kilatan kesakitan, serta merta ingatan kelam yang tidak terasa terjun saja di ujung batang otak seperti mengalahkan kesakitan yang ia terima tepat pada beberapa waktu yang lalu.Ia tidak berharap, ia tidak mau. Ia lebih memilih menumpuk dosa bersama Taehyung. Setidaknya, jika ia di sakiti oleh Taehyung, ia akan segera mati tanpa harus lama berpikir sekejam apa Taehyung terhadapnya. Sebab, mereka hanya orang asing. Berbeda dengan apa yang saat ini ia lihat.
Di sana; berdiri, tegap, dengan pakaian mahal, serta merta tatapan tajam dan seringai. Jungha ingin sekali langsung menghilang atau menenggelamkan dirinya di dalam lautan. Lalu, esoknya ia akan di temukan mengambang di atas air, atau lebih baik tubuhnya habis di lahap ikan-ikan laut.
Ia tidak mau, bahkan untuk di sentuh sedemikian oleh pria itu. Jungha lebih tersakiti, ia lebih menderita ketimbang rasa sakit yang Taehyung berikan.
Rasa-rasanya, ia lebih baik menyerahkan dirinya pada Taehyung. Meminta di hancurkan, dan di lecehkan, dan dihisap kulit-kulitnya, dan dinikmati desahnya, dan dinikmati segala macam bentuk penolakannya.
Taehyung memanglah buruk. Bajingan, keparat, pria berkepala keras. Tapi, pria itu tidak lebih brengsek dan keparatnya ketimbang dengan kakanya. Jungha mau mati. Tetapi ia sudah lama mati dalam bayang-bayang kekejaman saudara lelakinya.
Ia benci, dan selalu seperti itu.
"Ikut aku pulang!"
Jungha tersentak, tangannya tak bisa menggapai sesuatu yang kuat.
Tubuhnya terhuyung, dan jatuh tersungkur di tanah. Kepalanya membentur ujung sepatu si pemuda. Lalu isakan kesakitan muncul dari kerongkongannya. Sementara, Naeun menjerit-jerit karena Jungha.
"Pergi! Jangan sentuh aku!"
Jungha tidak mau di cekal tangannya, Jungha tidak mau di perlakukan seperti binatang lagi. Ia ingin menembak kepala kakanya dengan pistol atau setidaknya menghapus ingatan tentang orang brengsek tersebut. Dalam lingkupan itu, Jungha terus di seret paksa, meninggalkan Naeun yang menangis merangsek-rangsek.
Tempat itu sepi, tidak ada yang mendengar tangisan Jungha atau bahkan Naeun. Mereka hanyut dalam kepiluan, Naeun berlari mengejar Jungha dan pria asing yang di sebut Jungha sebagai 'Bajingan'
"Eonni!! Lepackan Eonnieku! Lepac!!!" Naeun berlari cepat, menarik-narik pakaiannya pria itu sambil berteriak tidak terima. Jungha ingin meraih Naeun, ingin menyelamatkan gadis itu, tetapi semua sudah terlambat.
Naeun terpental jatuh mencumbu tanah, menangis sesak dan berteriak.
"Naeun!!!"
"Ka!!! Lepaskan aku! Lepas!!"
Jungha menendang kaki kakanya, sampai sang kaka jatuh tersungkur dengan pakaian mahal yang jadi kotor. Jungha langsung berlari meraih Naeun, menggendong bocah itu lalu membawa tubuh mungil Naeun dalam gendongnya.
"Na-naeun.... k-kau tidak apa-apa? Maaf, m-maaf, Naeun....."
Jungha menangis dan peluk tubuh mungil Naeun yang lemas. Sekejap Jungha merasa ia telah berlari cukup jauh, tapi ia malah di sentak, dan terkejut ketika kakanya sudah meraihnya lagi. Menyeretnya pergi.
Sedang Naeun terpejam, tubuhnya lemas dan Jungha ketakutan.
Ia takut terjadi sesuatu pada Naeun.
Ini salahnya, ini salahnya.
"TIDAK!! JANGAN LAGI! KAK EUNWOO! LEPASKAN AKU!!!"
"Kau sudah cukup hidup bahagia di rumah orang kaya itu! Sekarang kembali, dan bekerja lagi untukku!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Jerk Husband
FanfictionCha Jungha telah menata masa depannya dengan sangat baik, merinci setiap apa yang akan ia lakukan setelah keluar dari bangku SMA. Tapi semua itu pudar, tatkala Ayahnya meninggal dan mengharuskannya dipertemukan dengan seorang duda beranak satu yang...