Di sanalah Jungha saat ini, berdiri termanggu sembari terisak tepat di hadapan jasad sang putra. Hatinya terasa begitu sesak saat melihat tubuh mungil tak bernyawa itu terbaring kaku, ia bahkan masih terlalu kecil untuk menghadapi kenyataan sepahit ini. Andai Jungha boleh meminta, maka ia yang akan menggantikan putranya, sebab ia tak memiliki alasan apapun untuk tetap hidup.
Tangan gemetarnya bergerak pelan, meraih tubuh mungil yang sudah pucat tersebut. Air matanya tak pernah bisa berhenti menetes, terlebih saat Jungha berhasil merengkuh jasad bayinya. Memperhatikan setiap lekuk wajah manisnya.
"Maafkan mama ya, Sayang. Mama tidak bisa menjagamu." Jungha mendekapnya erat.
Saat ia merasa akan jatuh, saat itu pula Jungkook yang selalu setia berada di samping Jungha datang untuk menopangnya dari belakang. Menyadari bahwa pria Kang itu masih setia berada di sampingnya, membuat Jungha menolehkan kepalanya, menatap pada Jungkook dengan sorot mata yang hancur.
"J-Jungkook... B-bayiku... dia tampan, 'kan?" Jungkook melipat bibir bawahnya ke dalam, menahan perih saat melihat Jungha hancur seperti saat ini.
Perlahan ia mengangguk pelan, menyetujui pernyataan Jungha sambil menatap nanar pada bayi dalam gendongan Jungha.
"Dia pasti sedih jika melihatmu terus seperti ini, Jungha. Kau juga harus ingat kalau kau masih memiliki satu bayi yang saat ini keadaannya masih kritis." Jungha masih setia mendekap bayinya itu sembari mengecupi setiap lekuk wajah mungil yang rapuh seperti bunga.
"Jaga dirimu baik-baik. Mama menyayangimu." Jungha kembali mendaratkan sebuah kecupan lagi sebelum meletakkan kembali jasad bayinya ke dalam box bayi di ruang jenazah. Jungkook kembali merangkul Jungha, menggenggam satu tangannya dan mengelusnya pelan-pelan.
"Kita kembali, kau juga perlu istirahat. Aku akan siapkan pemakaman untuk bayimu," ujar Jungkook yang malah membuat Jungha terkekeh pelan meski air matanya masih meleleh.
"Kau ini bicara apa?! Bayiku masih hidup, dia hanya sedang tidur, lihat?" tunjuk Jungha pada bayinya itu.
Hati Jungkook mencelos, ia tak bisa melihat wanita tercintanya terus seperti ini. Jungkook segera meraih kedua bahu Jungha, menuntunnya agar menatap dalam pada manik sejernih jelaga milik Jungkook.
"Kau tidak bisa terus seperti ini, Jungha. Kumohon." Jungkook berujar lirih, menatap dalam pada sepasang iris milik Jungha. Tangisan wanita itu meledak, ia terisak dengan tubuh bergetar hebat.
"Hiks... putraku pergi telalu cepat, Jungkook... hiks... aku bahkan belum sempat memberinya ASI.... hiks ... Aku belum sempat melihatnya saat pertama kali dia menapak bumi... Kenapa semesta sedemikian jahatnya?! Kenapa harus mengambil putraku?! KENAPA?! KENAPA BUKAN AKU?!"
"Cha Jungha!" Jungkook mengguncang tubuh ringkih itu.
"Dengarkan aku!" Katanya dengan wajah tegas. Jungha terdiam, meski air matanya terus jatuh beruntuhan. "Apapun yang terjadi padamu hari ini! Kau harus percaya bahwa tidak ada yang kebetulan, semua ini terjadi karena Tuhan telah merencanakan sesuatu untukmu. Coba saja kau pikirkan, kalau kau yang kehilangan nyawamu, lalu kau pikir bagaimana anak-anakmu bisa hidup tanpa Mamanya? Bagaimana mereka bisa merasakan kasih sayang darimu? Coba katakan!" Tubuh Jungha semakin melemas, sesekon darinya, ia jatuh dalam dekapan hangat Jungkook.
"Jungkook.... tapi ini terlalu cepat, dia masih sangat kecil. Aku tidak bisa menerima ini. Apa salahnya? Apa hanya karena Taehyung tidak mau mengakuinya, putraku sampai marah dan pura-pura tertidur?"
"Jungha... dengarkan aku...."
Jungha mengusakan wajahnya ke dada Jungkook, menangis sesenggukan. Tubuhnya gemetar seperti orang yang tiga hari tidak makan. "Bayimu memang sudah tertidur, dia aman bersama Tuhan, jadi, kau tak perlu khawatir lagi, ada Soojae nuna dan Ara nuna yang menjaganya. Tenang saja..."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Jerk Husband
FanfictionCha Jungha telah menata masa depannya dengan sangat baik, merinci setiap apa yang akan ia lakukan setelah keluar dari bangku SMA. Tapi semua itu pudar, tatkala Ayahnya meninggal dan mengharuskannya dipertemukan dengan seorang duda beranak satu yang...