Ruangan dengan cahaya minim tersebut menjadi saksi kebisuan mereka berdua. Jungha masih duduk diam di atas ranjang dengan pandangan kosong, membuat Jungkook menatap nanar pada wanita malang itu.
Semenjak kepergian dokter wanita yang sudah memeriksa keadaan Jungha tadi, tak ada yang perlu di takutkan, beruntung tidak ada cidera serius yang di alami Jungha, hanya pendarahan ringan yang masih bisa di obati. Kini waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam dan agaknya mata Jungha masih tak mau terpejam. Memilih diam dan mengabaikan Jungkook yang terus memandanginya, sampai kedua iris indah Jungkook mendapati baju Jungha robek di bagian bahunya.
"Jungha, itu..."
Jungha menatap Jungkook penuh tanda tanya.
"Ya?"
"Bahumu...."
Jungha menatap lukanya dengan menolehkan kepala ke sisi bahu, pandangan Jungha jatuh sedikit lama di sana, melihat ada lebam dengan noda darah.
Apalagi kalau bukan hasil karya Taehyung yang dengan tega melukainya."Aku pantas mendapatkannya," ujar Jungha lalu kembali menatap kedua kakinya yang kini terlapisi selimut tebal.
Jungkook menghela napas pelan, berjalan menuju nakas dan membuka laci, melihat ada kotak P3K kecil tergeletak di sana. Ia segera meraihnya lalu duduk semakin dekat dengan Jungha, bergerak mengobati luka di bahu kecil wanita hamil tersebut.
Membuat sang empunya meringis dan berjingkit kaget hingga gesit menahan tangan Jungkook yang ingin mengobati lukanya.
"Sakit," lirihnya, namun Jungkook tersenyum lembut. Ia menarik tubuh itu dalam dekapannya, memegang kepala bagian belakang Jungha dan membenamkan wajah itu di dada bidangnya.
"Lakukan apapun yang kau mau, lukamu harus di obati agar tidak infeksi, mengerti?"
Bagaikan sihir, Jungha pun hanya bisa memejamkan matanya erat, sesekali meremas kuat punggung Jungkook saat kapas dengan obat merah itu mencumbu bahu lebamnya.
Jungha makin membenamkan wajahnya di dada Jungkook, sedikit banyak pria itu merasa senang pasalnya ia memang jatuh hati pada bocah sok kuat itu. Bukan karena ia kasihan, tapi ia memang menyukai Jungha dari hati terdalamnya.
"Sudah, sekarang tidurlah. Kau dan bayimu butuh istirahat," kata Jungkook setelah beres dengan urusannya mengobati luka di bahu Jungha.
Jungkook membenarkan posisi Jungha untuk berbaring, menarik selimut tebal itu hingga sebatas lehernya. Tersenyum sesaat mendapati Jungha masih tak merespon apapun.
"Selamat malam." Jungkook melangkahkan kakinya pergi namun terhenti saat tangannya di tahan oleh Jungha.
Ia melihat tangan mereka yang masih terkait, beralih menatap Jungha yang kini juga menatapnya dengan mata berkaca-kaca.
"Jungkook... bisakah kau menemaniku malam ini? Perutku rasanya sakit sekali. Bisa kau meletakkan tanganmu di atasnya?" Kata Jungha takut, tapi memang benar, ia rasa bayinya sedang sedih jadi bocah mungil tersebut sedikit rewel, mulai berulah dengan menciptakan rasa nyeri luar biasa dan itu sangat menyiksa Jungha.
Jungkook tersenyum, kembali duduk di sisi ranjang lalu mendaratkan tangan hangatnya di atas perut rata Jungha sambil sesekali mengelusnya penuh kasih sayang. Tak bermaksud apapun, hanya agar bayi di dalam sana tak merasa kalau ia tak di inginkan di dunia ini. Bahwa di sini, masih ada orang yang dengan tulus menyayanginya.
"Kau tidak perlu takut, selama aku ada di sini. Kau akan baik-baik saja," kata Jungkook pada perut Jungha, berharap agar bayi di dalam sana bisa mendengarnya.
Mata Jungha memang terpejam, mencoba untuk tidur, namun lagi-lagi pikiran itu kembali menghampirinya. Harusnya yang ada di posisi itu bukan Jungkook, harusnya itu Taehyung dan Jungha hanya menginginkan pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Jerk Husband
FanfictionCha Jungha telah menata masa depannya dengan sangat baik, merinci setiap apa yang akan ia lakukan setelah keluar dari bangku SMA. Tapi semua itu pudar, tatkala Ayahnya meninggal dan mengharuskannya dipertemukan dengan seorang duda beranak satu yang...