13

11.1K 894 167
                                    

Cha Jungha sudah pulih. Gadis itu sedang sibuk melamun sambil berdiri lemah di depan jendela--yang lebar dan berkaca bening, ia sudah mengganti pakaian rumah sakit jadi pakaian rumahan, meringis kesal dan penuh kekang dalam poros ketidakberdayaannya. Jungha tahu, ia tidak akan bisa begitu saja pergi dari Taehyung.

Dan Jungha terlampau marah atas dirinya sendiri yang selalu lemah dan tidak bisa melawan. Satu-satunya yang ia bisa hanyalah menangis penuh dengan penyesalan.

Oh, ayolah! Siapa sih yang tidak kesal melihat gadis lemah, yang cuma bisanya menangis dan memohon-mohon.

Rasanya Jungha ingin sekali marah atau berontak, tapi ia tidak bisa--dan memang, mungkin, Tuhan menciptakannya untuk membuat dosa manusia lain menumpuk.

Tapi, ya ampun, itu hanyalah pemikiran yang kelewat dangkal kalau-kalau ia benar-benar akan mengikuti semua kehampaan itu. Jungha tidak tahu arah atau cara semacam menghadapi orang berotak--yang tidak bisa di tebak sejenis Taehyung.

Jalan satu-satunya, ya hanya harus menurut dan menunggu seseorang menolongnya. Atau setidaknya, membunuhnya agar Jungha bisa lari dari dunia ini.

Ketika asik dalam senandikannya. Jungha meremang bukan main ketika sesuatu yang kekar telah melingkar di pinggangnya, Jungha merasakan punggungnya di tekan oleh sebidang dada kokoh yang berotot keras, sampai ringisan kecil keluar saja dari dalam kerongkongan.

Bisikan berat yang penuh akan paksaan itu seakan membuat kepala Jungha mabuk dan pening.

Ada beberapa langkah agar ia tidak di kasari.

Pertama, menurut.

Kedua, merespon perlakuan pria itu.

Satu hela napas panjang mampu menyadarkan Taehyung dari aksinya. Pria itu lekas membalik badan Jungha. Menyuruhnya berdiri tegap, sedang ia masih asik memeluk gadis itu dari belakang. Dan Taehyung tidak berekspresi sama sekali, ketika Jungha sudah benar-benar menghadap ke arahnya.

Ada setitik perasaan kesal melihat Jungha malah sok berani ketika menatapinya, seharusnya, iya! Seharunya Jungha menatapnya dengan ketakutan.

"Sudah merasa cukup melamunnya? Sekarang Ayo! Kita pulang."


Dalam sepersekon detik ketika tangannya yang besar menarik tubuh Jungha untuk ikut dengan daksanya yang kekar.

Taehyung menaruh antesi pada obsidian Jungha yang agak memendam perih dan kelam. Dan Taehyung tidak mau mengerti perasaan gadis itu. Sama sekali tidak mau.

Sampai sepasang tungkainya berhenti ketika sudah benar-benar keluar dari gedung bertingkat itu. Lalu, Taehyung menyeret Jungha untuk masuk ke dalam mobil. Mengendarainya dengan ugal-ugalan.

Jungha sampai memohon dalam hati, supaya mereka kecelakaan dan ia bisa mati secepatnya. Setidaknya, kalau ia mati, tidak ada yang bisa torehkan rasa sakit lagi di dalam dadanya.

Jungha tetap diam dengan bibir setengah kering, setengah pucat, dan setengah di kulum, dan setengah di gigit, dan setengah menggoda.

Bayang-bayang ketakutan bahkan merebak masuk ke dalam benak ketika tidak sadar mereka sudah sampai ke tempat yang di anggapnya Jungha sebagai jelmaan neraka--padahal, tadi--mereka masih berada di halaman rumah sakit.

The Jerk Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang